Siji tersenyum memperhatikan adiknya. Dia merasa bangga kepada dirinya sendiri atas semua pencapaian ini.
"Kau tidak akan menemui saudara sepertiku di tempat lain, Rei. Aku adalah satu-satunya saudara yang rela berkorban banyak demi dirimu. Jadi, seharusnya kau merasa bangga." Siji berucap. Namun, tangannya masih mempermainkan tali yang dipegang Reiji. Siji menarik ulur tali itu. Kapan lagi coba mengerjai adiknya? batin Siji.
"Kenapa sikapmu sekarang jadi seperti Bang Yuji kalau mode marah sih, Siji? Dede kira kamu lebih baik dari Bang Yuji selama ini!" Reiji memprotes. Pasalnya, dia tidak pernah dikerjai Siji sekejam ini sebelumnya.
"Hati manusia itu cepat berubah, Rei. Jadi, meski sekarang aku begitu menyayangimu, aku bisa berubah tidak suka padamu jika kamu tidak menghargai pengorbananku ini." Siji berucap sambil tersenyum. Namun, ini terdengar seperti ancaman bagi Reiji.
Siji juga sengaja masih menarik ulur tali yang ia pegang, membuat Reiji takut tenggelam