Chereads / The Envoy of Darkness For The New Beginning / Chapter 8 - Sebuah Perbandingan

Chapter 8 - Sebuah Perbandingan

"Eh kenapa?" Sakamoto bertanya-tanya kepada hatinya, mengapa serangan yang dia lakukan berkesan apa-apa.

Bingung melanda hatinya, tubuh menjadi menggigil. Takut Sakamoto kalau hanya dirinya yang tidak memiliki kemampuan apa-apa.

Semua menatap heran, kepada dirinya. Tatapan sinis, mulai terlihat dari mata sang raja dan menteri.

Sakamoto mencoba lagi, namun tetap tidak memberikan damage yang cukup kuat. Setelah mencoba berkali-kali, Sakamoto akhirnya menyerah.

Dia kembali ke posisi awal, dengan pandangan menunduk. Wajahnya layu kecewa, jika dia bisa menangis, maka dia akan melakukannya, namun sudah cukup untuk dirinya mempermalukan diri sendiri.

"Baiklah! Aku rasa, hari ini sudah cukup untuk membuktikan kemampuan kalian! Tuan Amiru, Tuan, Zuru, Tuan Adred, dan Tuan Haru kalian akan diberikan kamar khusus, dan disiapkan senjata serta armor mewah. Sementara, untuk penipu seperti anak muda ini, dia akan dijebloskan ke dalam penjara."

Sakamoto menjadi terkejut, dirinya sudah dianggap sebagai seorang penipu. "Tungu, kenapa aku harus masuk ke dalam penjara?"

"Apakah kau masih mempertanyakan apa kesalahan yang telah kau lakukan?" Vilion menatap dengan sinis, dia tidak ingin mendengar perkataan dari mulut hina milik Sakamoto. "Kau merupakan manusia yang muncul, entah dari mana, lalu menganggap dirimu sebagai seorang pahlawan."

Sakamoto terdiam, dia ingin menjawab namun, ada benarnya kalau dirinya tiba-tiba muncul, bahkan ingatannya juga hilang, tentu setiap opini yang dikeluarkan mulutnya tidak akan berguna.

"Jikalau kau, masih tetap ingin hidup sebaiknya kau nikmati sisa umurmu di dalam kurungan!"

"Cukup!"

Tiba-tiba seorang pria tua datang ke arena latihan. Setelah mereka menoleh ke arah sumber suara, itu adalah Nazren yang berjalan ke arah mereka.

"Ada apa Tuan Nazren? Apakah kau ingin melindungi pemuda ini? Apakah kau memiliki rahasia sehingga kau ingin menyelamatkannya?" Vilion tidak memberikan celah untuk Zanren bisa memberikan ucapan yang membuat Sakamoto menghindari kebijakan yang telah terlontar dari mulutnya.

"Aku mengerti Perdana Menteri! Akan tetapi, jika kita hanya menilai mereka dari segi kemampuan fisik saja, itu sangat tidak adil. Karena besok, kita masih akan melakukan sesi kekuatan, yang berdasarkan sihir."

Vilion memasang wajah cemberut, dia benci mengakui hal tersebut. "Apa yang bisa diharapkan dari pemuda ini? Fisiknya saja, tidak berguna untuk, menjadi seorang petarung. Apalagi disuruh menggunakan sihir, tentu hal tersebut adalah sesuatu yang konyol."

"Perdana Menteri, kita tidak bisa menilai potensi seseorang, hanya melalui kekuatan fisiknya!"

Mereka saling memandang tajam, opini yang berbeda menyebabkan udara di sekitar mereka menjadi terasa sangat berat.

Vilion menoleh ke arah Raja Aaron, beliau mengangguk.

"Baiklah! Aku akan menuruti keinginanmu! Namun, ketika dia terbukti, tidak memiliki kekuatan apa-apa, kau harus mengakui kalau dirinya merupakan seorang penipu, yang mencoba menjadi pahlawan untuk negeri ini."

Vilion memberikan ucapan, dengan nada merendahkan. Nazren mencoba untuk tetap tenang.

"Baiklah! Aku setuju dengan ucapanmu!"

Setelah mendengar hal tersebut, Vilion menatap Sakamoto. "Hei… kau!" Sakamoto mengangkat kepalanya menatap Vilion. "Mungkin, kali ini kau selamat, namun besok kau akan masuk ke dalam penjara jika tidak bisa membuktikan bahwa kau merupakan orang yang pantas menjadi penyelamat negeri ini."

Hanya mulut yang terkunci rapat, tidak ada satu kata yang keluar dari mulut Sakamoto.

***

Setelah kejadian itu, perlakuan sangat berbeda didapatkan oleh Sakamoto. Keempat temannya, ditempatkan di dalam kamar yang mewah dengan kasur yang empuk, serta makanan yang enak.

Sementara, Sakamoto hanya, tinggal di dalam kamar yang sangat usang. Bahkan sarang laba-laba menjadi hiasan di dalam ruangan itu.

Sakamoto tidak mengeluh, untuk hal tersebut. Dia duduk di atas tempat tidur yang terbuat dari kayu, ruangan yang dingin, dengan lantai yang penuh dengan debu.

"Huh… aku tidak mengerti, apa yang salah dengan diriku? Apakah aku ini memang seorang penipu? Siapa sebenarnya aku ini, kenapa aku tidak mengingat dari mana aku berasal." Sakamoto marah, dengan dirinya sendiri kedua tangannya menggenggam kepala.

Seperti air yang mendidih, Sakamoto memaksakan diri demi mengingat masa lalu. Namun semuanya percuma, tidak ada sedikitpun yang terjadi.

Sakamoto berbaring di atas tempat tidur yang sama sekali tidak membuat, perasaannya menjadi jauh lebih baik. "Aku rasa, besok hari-hari yang akan aku lewati jauh lebih buruk!" Bayangan mata Raja Aaron dan Vilion, terlintas di benaknya. "Apa-apaan tatapan mereka itu?"

Tatapan yang sanga merendahkan, tidak menganggap Sakamoto selayaknya manusia.

***

Raja Aaron dan Vilion mendiskusikan masalah yang baru saja mereka hadapi.

"Sudah aku duga, kalau salah satu dari mereka merupakan pertanda bencana!" Dengan keteguhan hati terhadap legenda yang sudah tertanam di otaknya, Aaron menjadi sangat membenci Sakamoto.

"Yang Mulia, apakah kita harus membunuh pemuda itu? Terlebih lagi, Nazren seperti ingin membelanya terus!" Vilion tidak ingin terlalu, lama masalah tersebut terus dipertahankan. Dia ingin segera memadamkan api yang sudah terlihat, sebelum api itu membesar, harus segera dipadamkan.

"Aku setuju dengan dirimu, namun kita tidak bisa melakukan itu!" Sebagai seorang raja, Aaron ingin terlihat sangat bijaksana. Menetapkan hukuman, tanpa kejelasan akan menodai dirinya sebagai seorang raja. Kepercayaan diri yang sangat tinggi itu, telah membuat dirinya menjadi seorang raja yang terkenal akan kebijaksanaannya.

"Lantas, apa yang harus kita lakukan?"

"Sebaiknya, kita turuti keinginan Nazren. Setelah terbukti kalau pemuda itu, tidak memiliki kemampuan apa-apa, kita masukkan dia dalam penjara, setelahnya kita kirim dia ke Surga!"

Raja Aaron tersenyum menyeringai.

"Begitu rupanya! Aku paham!" Vilion turut senang dengan ucapan Aaron.

Pada besok harinya…

Sesi latihan kedua, dipimpin oleh Nazren. Mereka melakukan latihan di lapangan yang berbeda. Masing-masing dari mereka, berdiri di depan sebuah bola kecil, seukuran bola baseball.

"Kemarin malam aku tidur dengan sangat nyenyak!" ungkap Amiru, dengan sangat bangga.

"Apakah kau pikir, kau saja yang mendapatkan service terbaik? Aku juga mendapatkannya!" jawab sombong Adred.

"Heh… ternyata kau masih bisa berbicara setelah, melihat kemampuanku kemarin."

"Tentu saja, itu hanya permulaan!"

Perdebatan itu, terus berlangsung hingga Nazren datang. Pria tua itu melirik ke arah lima laki-laki yang ada di hadapannya.

"Baiklah! Hari ini, merupakan latihan kedua! Kali ini, kalian harus mengecek, elemen sihir apa yang cocok dengan diri kalian! Bola yang ada di depan kalian, coba kalian genggam lalu bayangkan energi mengalir terhadap bola tersebut. Jika bola sudah mengeluarkan, warna merah, kuning, biru, coklat, atau hijau. Itu pertanda kalian sudah memiliki kekuatan sihir!"

Lalu mereka mulai mengambil bola yang tersebut. Mereka memfokuskan diri, dan berusaha menyalurkan energi dari dalam tubuh mereka.

Yang pertama mendapatkan perubahan adalah Haru. Bola berubah menjadi warna biru. Pertanda kalau elemen yang bisa digunakan merupakan dua unsur antara air dan petir, terlebih biru yang dipancarkan sangat terang layaknya aliran listrik.

__To Be Continued___