Chereads / The Envoy of Darkness For The New Beginning / Chapter 9 - Sudah Berhenti Untuk Menaruh Harapan Hidup

Chapter 9 - Sudah Berhenti Untuk Menaruh Harapan Hidup

Satu persatu, bola mulai bersinar. Zuru, mendapatkan sinar hijau, Adred mendapatkan sinar kuning, dan Amiru mendapatkan sinar merah. Hanya Sakamoto yang tidak mendapatkan apa-apa.

"K-Kenapa! Kenapa! Kenapa!" Dengan rasa kecewa yang mendalam, Sakamoto menggenggam kuat pergelangan tangannya, sambil memejamkan mata.

Crack!!!

Tiba-tiba suara retakan terdengar, suara tersebut mengejutkan semua orang. Nazren bergegas memeriksa apa yang terjadi.

"Ini…!" Mata Nazren melotot kaget, setelah melihat bola sihir hancur, tepat di atas telapak tangan Sakamoto.

Semua menjadi heran, apa yang membuat bola tersebut bisa hancur, seperti dari digenggam dengan kuat oleh Sakamoto.

"Eh…?" Sakamoto menjadi bingung, kenapa bola itu bisa hancur. Padahal dirinya tidak melakukan apa-apa.

"Hmmm…." Aaron menggeram, dengan tajam ke arah Sakamoto. "Ini pasti pertanda buruk!"

Sakamoto tertunduk layu, dirinya tidak mengerti apa yang salah dengan dirinya.

"Cukup!" Nazren membuka suaranya setelah, semuanya telah mendapatkan kekuatan sihir mereka.

Mereka kembali berkumpul untuk mendengarkan ucapan dari Nazren.

"Setelah melihat apa yang kalian lakukan, aku bisa simpulkan kalau. Kalian berempat memiliki elemen khusus. Elemen tersebut, masih sangat lemah. Besok kalian akan, melakukan latihan di alam luar. Kalian akan, diuji untuk mengalahkan monster. Semakin besar kalian mengalahkan monster, level kalian akan meningkat! Dengan begitu, ketika para pasukan iblis datang, kalian bisa mengalahkannya."

Semuanya memasang, wajah gembira selain Sakamoto. Tangannya mengepal kuat, sebagai bentuk rasa kesalnya terhadap dirinya sendiri.

***

Hari terasa sangat lambat, setelah latihan itu. Sakamoto terdiam di atas bangku. Yang lainnya, sedang menikmati hidangan makanan di dalam istana.

Sedangkan dia, tidak dipedulikan. Sakamoto ingin sekali, mengutuk dirinya sendiri, namun mulutnya tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun.

Di dalam ruangan Nazren, Vilion, dan Aaron sedang berdiskusi.

"Bagaimana menurutmu Tuan Nazren?" Vilion ingin Nazren mengakui kalau dirinya telah salah menganggap Sakamoto masih memiliki harapan.

Nazren terdiam, tidak ada hal yang bisa dirinya katakan.

"Baiklah!" Aaron yang memilih untuk angkat bicara. "Nazren, aku hargai usahamu untuk membuktikan kalau pemuda itu, bisa dijadikan harapan. Namun berdasarkan legenda, hanya empat pahlawan yang bisa dipanggil, dan sekarang lima orang yang muncul, itu merupakan pertanda yang tidak baik." Dia menjelaskan dengan nada yang terdengar sangat bijak.

"Iya, aku merasa juga seperti itu. Aku tidak mengerti, kenapa ada kejadian seperti ini. Aku sangat yakin, bahwa ketika aku melakukan ritual itu, tidak ada kesalahan yang terjadi." Nazren mengakui kesalahannya, matanya menunduk menyesal.

"Apakah kau yakin, kalau semua ini tidak ada kecelakaan yang tejadi?" Vilion menyangkal kalau kejadian yang terjadi, mungkin adalah sebuah kesengajaan yang dilakukan Nazren.

Nazren menatap Vilion dengan tajam. "Apakah kau ingin mengatakan kalau aku ini tidak becus dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Raja Aaron?"

Wajahnya sedikit mengangkat, lalu berkata, "Jika memang seperti itu, apa yang ingin kau ucapkan? Kenyataan yang terjadi, kau memunculkan lima orang laki-laki, padahal sudah sangat jelas tertera kalau hanya empat orang yang bisa dikatakan sebagai seorang pahlawan." Vilion dengan nada angkuh, ketika menyampaikan opini miliknya.

"Aku tidak, pernah berniat untuk memunculkan lima orang laki-laki. Dan semua ini berada di luar pengetahuanku!" jelas Nazren menggunakan nada kesal.

"Sudah!" Aaron kembali angkat bicara, demi meredam perdebatan di antara kedua orang itu. "Kita tidak bisa selalu mengungkit, masa lalu! Tapi, kau harus ingat Nazren, bahwa kejadian ini sepenuhnya adalah tanggung jawabmu. Kesalahan yang terjadi, harus segera kita selesaikan, supaya tidak sampai ke telinga publik. Ini pasti akan menjadi kesempatan besar bagi musuh, untuk segera melakukan tindakan pencegahan, bisa saja laki-laki itu merupakan mata-mata yang dikirim untuk menghancurkan kerajaan ini!" Aaron mencoba memikirkan semua kemungkinan yang terjadi.

Lawan yang dihadapinya saat ini terlalu tangguh, hingga pikiran buruk terus menghinggapi otaknya.

Diskusi ditutup dengan kesepakatan kalau Sakamoto akan dikurung di dalam penjara.

Sakamoto tidak mengeluh atau menjawab, ketika dibawa para prajurit. Orang-orang di istana, menatapnya dengan tatapan heran, beberapa menatap dengan kebencian, simbol ancaman dan kehancuran sudah mulai menyebar di istana.

"Entah kenapa kau merasa kasihan dengannya, padahal dia juga datang dari dunia seperti kita!" ujar Adred.

Keempat laki-laki lain menatap Sakamoto.

"Mau bagaimana lagi, semuanya tergantung keberuntungan masing-masing. Dia dihinggapi kesialan yang tidak akan mungkin bisa dihapus. Dan ini semua adalah buktinya!" Amiru, merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sebenarnya dia hanya ingin mengatakan kalau dirinya sedang sangat bahagia tidak di posisi Sakamoto.

***

Sakamoto duduk dengan pandangan mata yang tidak memiliki semangat untuk hidup. Matanya tertuju ke arah lantai, dingin yang tidak sama sekali akan mengembalikan semangatnya.

"Kenapa, aku mengalami ini semua?" Dirinya masih mempertanyakan, tentang keputusan takdir yang terasa sangat tidak adil. "Apakah aku memang tidak pantas untuk hidup?"

Cahaya kehidupan meredup. Lalu satu hari berlalu, keempat laki-laki yang sudah dianggap sebagai pahlawan mulai melanjutkan latihan mereka.

Satu hari itu, mereka mendapatkan banyak EXP, dengan cepat mereka naik level. Sementara Sakamoto hanya terdiam, di dalam jeruji besi yang dingin.

Satu mangkuk berisi makanan di masukan ke dalam kurungan. Sama sekali Sakamoto tidak melihat makanan itu. Bagi dirinya, tidak ada lagi harapan untuknya tetap hidup.

"Biarlah, aku mati! Aku rasa, memang seharusnya aku mati, tidak perlu lagi aku melanjutkan kehidupan di dunia yang kejam ini!"

Kegiatan itu terus Sakamoto lanjutkan, hingga 1 bulan berakhir.

Tubuhnya, menjadi sangat kurus, matanya sama sekali tidak seperti makhluk hidup.

Di hari itu, sebuah kunjungan tidak terduga terjadi. Beberapa prajurit datang, dan mereka masuk ke dalam ruangan penjara.

"Bangunlah! Hari ini, kau akan mendapatkan latihan khusus!"

Sakamoto masih menganggap kalau, semua itu hanya lelucon. Secara tidak terduga, dirinya dibawa ke ruangan yang di atasnya telah terdapat satu mangkuk yang berisi makanan. Sakamoto ragu untuk memakan makanan tersebut, namun setelah salah satu prajurit mengatakan kalau itu adalah makanan untuknya, barulah Sakamoto berani untuk memakannya.

Dengan sangat lahap dia menghabiskan makanan tersebut, sudah lama dirinya tidak mendapatkan makanan yang layak. Selama di dalam penjara, yang diberikan hanya makanan basi, dengan kuah air putih. Nutrisi dalam tubuhnya, menjadi berkurang drastis.

Wajahnya masih tidak tampak baik, namun sudah lebih dari cukup untuk mengajaknya melakukan latihan di alam liar.

Dengan lima prajurit yang dikhususkan untuk mengawalnya. Sakamoto dibawa ke dalam hutan, hingga dirinya bertemu dengan monster lemah.

Sakamoto berusaha menghabisi monster berbentuk seperti serangga itu. Beberapa luka dirinya dapatkan, dan juga Exp juga berhasil diperoleh.

Sakamoto menjadi senang, dirinya terus dituntun hingga tiba di daerah dekat tebing yang di bawahnya terdapat aliran sungai deras.

"Uh? Mengapa kita mencari monster itu di sini?" Heran Sakamoto sama sekali tidak, melihat tanda-tanda kalau area itu ditempati oleh para monster.

Ketika Sakamoto menatap ke arah lima prajurit itu, mereka sedang menatap dirinya dengan sorotan mata menyeringai.

___To Be Continued__