Chereads / The Envoy of Darkness For The New Beginning / Chapter 6 - Menuai Kontroversi

Chapter 6 - Menuai Kontroversi

"Haah… bagaimana kau, bisa lupa dengan namamu sendiri?" tanya Amiru dengan nada merendahkan.

Ucapan Sakamoto yang tidak mengingat siapa dirinya, mengagetkan empat orang yang ada di sana. Mereka menjadi heran, apa yang terjadi dengan Sakamoto sebenarnya.

"Apakah kau yakin, kalau dirimu itu tidak mengingat siapa namamu?" Zuru, ingin memastikan bahwa laki-laki itu hanya, tidak mengingat namanya.

"Aku memang tidak mengingat siapa diriku, dan kenapa aku berada di sini. Apakah kalian, mengenal diriku?"

Amiru, Zuru, Adred, dan Haru saling menatap. Mereka bingung bagaimana cara menjelaskan situasi yang sebenarnya mereka saja, juga bingung.

"Huh… baiklah biar aku yang mengatakannya!" Adred berkata dengan senyuman percaya diri. "Kita semua yang ada di sini, masuk ke dalam dunia fantasi. Kau bisa lihat tadi bukan, kalau di sini masih zamannya kerajaan. Di sini, smartphone, komputer, atau internet tidak ada, yang ada di sini hanya sihir dan bertarung menggunakan pedang. Seperti di dalam dunia game!"

"Aku setuju!" Amiru mengangkat jari telunjuknya. "Dengan kata lain, kita dipanggil ke dunia ini untuk menyelamatkannya dari permasalahan yang sedang terjadi, seperti ancaman dari Raja Iblis, atau bencana alam yang diakibatkan oleh proses supernatural."

"Ya, yang jelas kita saat ini harus, melakukan apa yang sudah diberikan takdir untuk kita!" Adred berdiri dengan tangan yang memegang pinggulnya.

***

Di dalam ruang tahta, Raja Aaron merasa sangat heran. Dengan para menterinya, dia mendiskusikan apa yang sedang terjadi.

"Yang Mulia, apakah masalah ini tidak akan menjadi bencana?" tanya dari salah satu menteri, yang bernama Vilion.

Aaron sedang termenung, kepalanya bersandar di atas tinju miliknya. "Aku rasa ini merupakan pertanda buruk. Karena, tidak mungkin ada lima orang anak. Padahal seharusnya hanya ada empat orang yang berhasil dipanggil ke dunia ini!"

"Aku setuju! Apakah ada kesalahan saat dalam proses ritual?" tanya Vilion kepada Nazren.

Nazren merupakan kepala penyihir kerajaan. Dia yang diperintahkan untuk memanggil, orang-orang dari dunia lain, yang nantinya sebagai harapan untuk kerajaan supaya bisa terhindar dari konflik yang terjadi.

Nazren memberikan tatapan sayu, pria tua ini sudah berumur 150 tahun. Wajar kalau dirinya, menatap orang dengan sangat layu.

"Y-Yang Mulia, aku sudah sangat yakin kalau, dalam pemanggilan itu tidak ada kesalahan sama sekali! Hanya, saja mungkin kali ini kasusnya sedikit sangat berbeda!" Nazren tidak bisa menjelaskan lebih.

Ucapannya, itu membuat para menteri dan raja menjadi bingung. Mereka yang tidak memiliki kekuatan sihir, hanya bisa mencerna pakai logika, tanpa mengetahui apa makna dari peristiwa yang terjadi.

Sejak dari 400 tahun lalu dunia sudah mengalami peperangan yang sangat lama. Peperangan tersebut, melibatkan semua ras, dan tujuan mereka sama yaitu melawan Pasukan Raja Iblis. Kekejaman Raja Iblis benar-benar membuat dunia menjadi sangat sengsara, lalu seorang penyihir hebat yang bernama Zeying, melakukan ritual pemanggilan.

Dari ritual itu muncul 4 orang kesatria yang menjadi pahlawan dan berhasil, mengalahkan Raja Iblis. Setelah bertahun-tahun, legenda itu tetap dipertahankan sebagai warisan leluhur yang harus diceritakan ke generasi yang akan datang.

Setelah 400 tahun berlalu, sekarang lebih tepatnya selama 20 tahun terakhir dunia diguncang oleh kemunculan Raja Iblis yang baru.

Raja Iblis itu bernama Nova. Sejak kemunculan Nova para monster menjadi aktif, dan mereka sudah menguasai benua timur. Benua yang dulunya, merupakan tempat damai, kini menjadi wilayah dari para iblis.

Raja Iblis Nova, saat ini sedang melakukan invasi besar-besaran terhadap, wilayah selatan dan Kerajaan Scaevola merupakan bagian dari wilayah selatan.

Kerajaan yang memiliki populasi terbesar untuk ras Manusia. Di sini, hanya manusia yang bisa hidup, makhluk selain manusia hanya akan menjadi pembantu dan pelayan.

Di kerajaan Scaevola dipenuhi oleh wanita dari ras Beast Human. Mereka digunakan untuk menjadi pemuas nafsu, atau hanya sekedar menjadi pelampiasan emosi.

Aaron terdiam, dirinya sudah cukup dipusingkan dengan konflik yang terjadi. Beberapa kali jari telunjuk kiri mengentak meja. Semua orang hanya bisa diam, tidak ada satupun orang yang berani bicara.

Mereka sangat paham, kalau Raja Aaron kesal, dia akan melakukan hal itu, bibir cemberut dengan tatapan lurus tajam ke depan. Yang dilihat Aaron adalah Nazren.

"Nazren, apakah kau bisa menjamin kalau kelima orang yang kau panggil, bisa menyelamatkan negeri ini?"

"Mohon maaf! Aku hanya, seorang penyihir yang mengikuti panduan dari penyihir terdahulu. Aku sendiri, tidak bisa memastikan kalau mereka, merupakan manusia yang memiliki kekuatan hebat yang mampu membantu kita, dalam menyelesaikan masalah yang ada!"

Mereka saling menatap. Aaron sangat tidak menyukai ucapan Nazren, yang seakan tidak bisa meyakinkan dirinya.

"Tuk!"

Satu hentakan kuat dari jari telunjuk Aaron membuat kesunyian ruangan menjadi cukup menegangkan.

"Baiklah! Sepertinya, kita tidak memiliki pilihan lain. Besok kita akan menguji mereka."

Diskusi itu lalu ditutup.

Nazren langsung pergi ke dalam kamarnya. Di atas kursinya, dia termenung menatap rembulan malam yang bercahaya terang.

"Apakah, ini memang merupakan pertanda baik?" Nazren memiliki kegelisahan yang tidak bisa dirinya ungkapkan di depan semua orang.

Kegelisahan itu, tertuju ke arah satu laki-laki.

***

Di sisi lain, ketika semua tertidur dengan senyuman di wajah mereka. Sakamoto duduk merenung di depan cahaya bulan yang menyinari wajahnya. Matanya menjadi sangat bercahaya.

"Apa yang akan terjadi dengan diriku ini ya?" Sakamoto terus saja merasakan perasaan aneh, yang sulit untuk dijelaskan olehnya. "Aku tidak tahu, siapa namaku. Tapi kenapa mereka bisa mengingat siapa diri mereka sendiri. Sebenarnya apa yang salah dengan diriku ini?"

Tidak beberapa lama, di langit terlihat bintang yang melintas. Pupil mata Sakamoto membesar.

"Benar, aku mungkin bisa menggunakan nama itu!" Sakamoto berdiri dari tempat duduknya. Senyuman bahagia terukir di wajahnya. "Apapun yang terjadi, aku pasti akan menjadi orang yang berguna!"

***

Besok harinya…

Mereka sudah dikumpulkan di sebuah lapangan luas, di sekelilingnya terdapat beberapa boneka kayu.

"Baiklah, biar aku jelaskan mengapa kalian ada di sini!" Vilion yang menjadi petugas untuk mengawasi mereka. "Di sebelah sana!" Tangan Vilion menunjuk ke arah senjata yang sudah ditumpuk sangat rapi, senjata itu terdiri dari tombak, pedang, panah, staff, dan hammer.

"Tugas kalian, adalah mengambil satu dari senjata itu yang mana menurut kalian yang paling cocok. Ketika, kalian selesai segera kembali ke sini, nanti aku akan jelaskan selanjutnya!"

Kelima laki-laki itu mulai menghampiri tumpukan senjata yang sudah tersedia. Semua senjata hanya berbahan besi biasa, kecuali staff yang memang dikhususkan untuk mereka yang berbakat dalam menggunakan sihir, akan tetapi orb yang digunakan, hanya orb biasa yang dijual sangat murah.

Mata kelima anak itu menjadi sangat kagum dengan senjata asli yang baru saja mereka lihat.

__To Be Continued__