Malam itu Felix dan Carlos terpaksa harus menginap di sebuah hotel.
Felix sengaja tidak menginap di rumah ibunya, padahal ibunya juga tinggal di London. Hal itu sengaja ia lakukan agar orang tuanya tidak ikut panik, dan tentunya dia tidak mau jika Sea juga akan menganggu keluarga Felix.
Dalam hotel itu Carlos dan Felix tidur dalam satu kamar, sepanjang malam mereka selalu saling mengingatkan untuk tidak mengosongkan pikiranya dan senantiasa membaca doa. Agar arwah jahat Sea tidak bisa merasuk atau mengganggu mereka lagi.
***
Sampai malam sudah berganti pagi, mereka tidak beranjak dari kamar hotel.
Mereka menunggu kabar dari Bella.
Keduanya tampak gusar, menanti kepastian.
Setidaknya jika hari ini urusan Sea sudah selesai, mereka bisa pulang ke Oxford dengan tenang, dan menjalani kehidupan di sana seperti biasa.
"Bagaimana? Sudah ada kabar dari Bella belum?" tanya Carlos.
"Entalah ... pesanku belum dibalas sama sekali," jawab Felix.
"Ah ... aku baru kali ini merasakan hal aneh yang benar-benar jauh dari logika!" kata Carlos seraya mendesis jengah.
"Sudahlah ... berhenti mengeluh, kita berdoa saja supaya Bella bisa memberi kabar baik untuk kita, dan kita bisa memusnahkan Sea, serta menguburkan jasad Madam Anyelir dengan baik," kata Felix.
Mendengar nama 'Madam Anyelir' disebut, mambuat Carlos teringat akan suatu hal.
Yaitu kematian Madam Anyelir.
"Felix, kemarin kau menyebut jika aku yang telah membunuh Madam Anyelir, apa kau sedang bercanda?" tanya Carlos pada Felix.
"Hei, Carlos! Kau pikir aku ini sekonyol itu? Ini bukan saatnya untuk bercanda!" jawab Felix dengan ketus.
"Ja-jadi ... apa itu benar? Aku yang telah membunuhnya?" tanya Carlos dengan raut wajah yang kecewa. Sejujurnya dia benar-benar tidak ingat apapun.
Namun hal ini bisa saja terjadi kepadanya, mengingat Alice yang telah membunuh Caroline tanpa mengingat apapun. Dan hal yang di alami oleh Alice itu mungkin sekarang sedang di alami oleh Carlos.
"Aku seorang, Pembunuh?" gumam Carlos dengan kedua mata yang memerah.
"Aku bukan hanya lelaki Hidung Belang, tapi aku juga seorang Pembunuh!" tukasnya.
Carlos benar-benar tak bisa menerima kenyataan ini bahwa dia seorang pembunuh.
Dan tepat di saat itu juga dia menangis seperti anak kecil.
"Aku ini Pembunuh! Aku seorang Pembunuh, Felix!" teriak Carlos dengan usah tangisnya.
Felix malah dibuat pusing oleh tingkah Carlos ini.
"Carlos, berhenti menangis! Tidak ada gunanya menyesal!" kata Felix.
"Tapi aku sudah membunuh orang, Felix!"
"Hei, Carlos! Kau melakuannya tanpa sadar! Jadi ini bukan salahmu! Tapi salah arwah jahat wanita itu!" kata Felix.
"Tapi, tetap saja, Felix! Aku tidak bisa menerima ini semua!"
"Lalu kau mau apa, Carlos! Semua sudah terjadi!" sengut Felix.
"Aku mau mati saja, Felix!" tegas Carlos. Dan pria itu langsung bergegas membuka jendela hotel.
"Hei, kau mau apa?" tanya Felix.
"Aku akan bunuh diri!" jawab Carlos.
"Hei, Carlos! Kau sudah gila, ya!"
"Aku memang gila, Felix! Aku sudah membunuh orang tanpa sadar! Sebaiknya aku mati saja!" jawab Carlos.
Pria itu sudah berhasil membuka jendelanya dan dia sudah mengeluarkan kepalanya bersiap untuk melompat saat ini juga.
Namun Felix tidak tinggal diam, dia pun menarik bagian belakang baju Felix.
"Jangan gila, kau! Jangan bodoh, Carlos!" teriak Felix.
"Lepasakn aku, Felix! Biarkan aku mati saja!" kata Carlos.
"Aku tidak pantas hidup! Aku sudah menghilangkan nyawa orang! Dan aku tidak siap masuk penjara!" teriak Carlos samvul meronta.
Felix tak menyerah, dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menarik tubuh Carlos.
Dan akhirnya Carlos berhasil ia tarik, hingga terjatuh ke lantai dalam kamar lagi.
Glubuk!
"Ah, syukurlah ...." Felix bernapas dengan lega.
Namun Carlos masih belum tenang.
"Kenapa kau malah menyelamatkanku, Felix? Aku ingin mati saja!" teriak Carlos.
"Hei, Carlos! Sadarlah! Kau jangan berbuat bodoh!" pekik Felix.
"Tapi, aku tidak pantas hidup, Felix! Aku ini orang pembawa sial! Aku sudah membuat Alice sengsara, dan sekarang aku juga sudah membunuh Madam Anyelir!" kata Carlos.
Felix pun mulai geram dan dia menampar wajah Carlos dengan kencang.
Plak!
Carlos pun sampai terjengkang.
"Coba berpikirlah dengan jernih, Bodoh!" pekiknya pada Carlos.
"Kalau kau bunuh diri itu sama saja kau menyerah pada Sea!"
"Kau tahu Sea sedang mempermainkan kita! Oleh karena itu kamu harus bisa menguasai dirimu, agar dia tidak bisa masuk ke tubuhmu lagi! Dan agar kita bisa memusnahkan arwah jahat itu dari muka bumi ini!" kata Felix.
Carlos pun terdiam, dan hanya bisa menangis mirip seorang gadis.
Dan dengan terpaksa Felix memeluknya untuk menenangkan Carlos.
"Sudah, sudah tidak apa-apa, kau bukan pembunuh. Dan pembunuhnya adalah Sea!" ucap Felix meyakinkan Carlos.
"Tapi, bagaimana dengan polisi? Apa mereka akan percaya dengan omong kosong ini?"
"Carlos, Madam Anyelir itu tidak punya keluarga. Jadi kita yang akan mengurusnya. Kalau kita menguburnya dengan layak seperti pada umumnya, maka tak akan ada yang menanyakan penyebab kematiannya" ucapan Felix, "dan Polisi juga tidak akan menangkapmu, Carlos!"
Kalimat Felix berhasil membuat Carlos kambali bernapas lega.
Kini dia juga berusaha untuk membuat dirinya yakin bahwa dia tidak bersalah.
"Benar juga katamu, Felix! Aku tidak membunuh. Dan aku akan memperbaiki semua kesalahnku kepada Alice, dengan tetap hidup. Dan aku juga akan memakamkan jasad Madam Anyelir dengan layak!" kata Carlos.
"Bagus! Sekarang mari bersemangat lagi untuk melenyapkan arwah wanita jahat itu, Carlos!" kata Felix.
"Baiklah, Felix!"
Dan tak berselang lama Bella menghubungi mereka, dan sekarang dia baru saja turun dari bus.
Ya ... Bella sudah sampai bersama dengan Alice.
Entah bagaimana caranya wanita itu bisa mengeluarkan Alice dari Rumah Sakit Jiwa. Yang jelas ini adalah sebuah kabar baik bagi Carlos dan Felix.
Dan ini juga akan menjadi penentu hidup dan mati mereka semua.
Tanpa berpikir panjang, mereka pun segera menjemput Bella di terminal bus.
To be continued