Dengan langkah tergesa-gesa, Bella, Alice, Felix, dan Carlos mulai memasuki kediaman Sea.
Dan saat memasuki rumah itu, tubuh Alice mulai bergetar, sebenarnya bukan hanya tubuh Alice. Namun juga tubuh yang lainnya. Bulu kuduk mereka seketika meremang dengan jantung berdegup kencang.
Rumah ini benar-benar sangat menyeramkan.
Dan mata Alice terperangah saat mendapati tubuh Sea yang tergeletak di atas lantai.
"Itu, jasad siapa?" tanya Alice seraya menunjuknya.
Dia tak mengenali mayat yang ada di hadapannya itu. Karena bentuknya sudah berantakan.
"Dia Sea!" jawab Felix.
Lalu Alice menoleh di sebelahnya juga ada Madam Anyelir.
"Dia ... Madam Anyelir?!" Alice menunjuk mayat wanita itu dengan wajah syok.
"Iya dia juga sudah mati. Dan aku yang membunuhnya, Alice!" kata Carlos sambil menudukkan kepalanya.
"Kau!" Alice kembali syok mendengar pengakuan dari Carlos
Namun Felix pun segera menjelaskan kronologis kejadian itu kepada Alice.
"Bukan Carlos yang membunuhnya, tapi Sea!" tegas Felix.
"Sea?" tanya Alice.
"Iya, Sea yang membunuhnya, dengan cara merasuk ke dalam tubuh Carlos. Sama halnya saat Sea merasuk ke tubuhmu lalu kau membunuh Caroline!" jelas Felix.
Alice pun menajamkan kedua matanya. Dan dia menggepalkan kedua tangannya.
"Aku masih tak percaya
jika tangan ini telah membunuh orang! Maski Caroline itu Wanita Jalang, namun tidak sepantasnya aku membunuhnya!" teriak Alice.
Dia mengedarkan pandangan ke arah langit-langit rumah itu.
"Sea sudah membuat hidupku hancur! Sea telah membuatku seperti orang gila!"
"Gara-gara Sea pula, aku juga harus mendekam di Penjara dan di Rumah Sakit Jiwa!"
Alice berbicara dengan suara lantang, sementara yang lainnya hanya diam tanpa menimbrung ucapan wanita itu. Bella malah ketakutan dan dia memeluk Carlos.
Alice masih bermonolog, dan dia meluapkan segala kekesalannya kepada Sea.
Entah mengapa wanita itu terus menggangunya bahkan sampai dia mati pun terus ikut campur pada kehidupan Alice.
Mungkin Sea bukan roh jahat lagi, namun Iblis bagi Alice.
"Sea! Aku sudah lelah menghadapimu! Aku lelah menjadi Alice yang lemah dan selalu kau tindas! Aku jengah, Sea!" pekiknya.
"Sekarang aku sudah datang! Apa yang kau inginkan dariku? Apa?!"
"Apa maumu, Sea!? Katakan!"
Bahkan Alice sampai menendang jasad Sea.
"Baiklah, kau tak muncul atau bahkan menyerangmu lagi! Itu artinya sudah saatnya aku memusnahkanmu dari dunia ini!" ucap Alice. Lalu dia menoleh ke arah Felix.
"Ambil bahan bakarnya!" suruh Alice pada Felix.
Felix menjawab dengan anggukkan yang bersemangat.
"Baiklah, Alice!" Felix pun langsung mengambil bahan bakar yang sudah ia siapkan sejak tadi.
Dengan tergesa-gesa ia membawa dirigen-dirigen kecil dari mobilnya.
Sementara Carlos dan Bella tengah sibuk memindahkan jasad Madam Anyelir ke luar rumah Sea. Rencananya mereka akan membawa Madam Anyelir ke Oxford setelah urusan Sea selesai.
Alice pun berjalan mengitari rumah itu, dengan memegang sebuah korek api, dia mengacungkan benda itu dengan tangan kanannya.
"Ini, yang kau mau, Sea! Kau ingin aku yang memusnahkanmu, 'kan?!" teriaknya.
"Kenapa kau tidak muncul lagi? Apa kau takut? Atau justru kau sedang ingin melihat aku lengah lalu merasukiku?" tanya Alice. Namun tetap saja ... tidak ada jawaban maupun tanda-tanda kedatangan Sea.
Lalu dia mulai menyalakan koreknya.
Seketika api berkobar dengan cepat.
Rumah Sea di penuhi dengan jilatan si jago merah yang menebarkan hawa panas.
Mereka semua menyingkir jauh.
Masih beruntung rumah ini terpencil, dan agak jauh dari penukiman warga yang lainnya. Sehingga saat insiden kebakaran tampak aman-aman saja.
Tidak ada warga sekitar yang datang.
Alice dan yang lainnya berdiri di depan mobil. Dan tepat di saat itu Alice tiba-tiba mengalami sesak napas.
Wanita itu memegangi dadanya.
Bella, Felix, dan Carlos secara kompak membacakan doa pengusiran roh jahat untuk Alice.
"Pegang ini, Alice!" Bella memberikan sebuah salip kecil kepada Alice.
Dan Alice pun menggenggam salip itu sambil membaca doa pula di dalam hatinya.
Kini pikiran Alice seakan melayang, sebenarnya dia pingsan. Namun dalam angan wanita itu sedang berada di tempat yang berbeda.
Dia seakan menjadi seorang saksi dalam beberapa adegan.
Semua kejadian dari awal mula ia bertemu dengan Sea, hingga ia berselisih lalu beradu pukul di dalam rumah itu, terpampang begitu nyata di benak Alice.
Dan setelah putaran adegan itu selesai, Alice diperlihatkan dengan kedatangan Sea yang tersenyum kepadanya.
Wanita itu mendekat, dia tidak terlihat menyeramkan lagi.
Perlahan Sea menyentuh tubuh Alice, dan tangannya terasa begitu dingin.
"Alice, mungkin kau tak pernah tau jika kau sangat berarti bagiku. Meski aku pernah menyakitimu. Tapi sejujurnya aku sangat menyayangimu." Kata Sea. Sementara Alice hanya terdiam dan mendengar wanita itu melanjutkan kalimatnya.
"Aku sangat menayayangimu. Bahkan lebih dari apa pun. Sebelumnya aku tidak pernah memiliki teman. Tidak ada yang mau berteman dengan tulus kepadaku. Hanya kau! Bahkan kau pernah mengobati luka yang ada di tanganku." Tutur Sea.
Mendengar kalimat itu, Alice teringat kembali di mana dia yang begitu sibuk mengobati dan kembalutkan perban pada tangan Sea yang terluka.
Dan pada saat itu Sea terluka karena baru saja membunuh Livy Jones.
Namun Alice tidak mengetahuinya, jika Sea baru saja berbuat keji terhadap seseorang. Dan dengan polosnya ... Alice pun bersimpati, serta memberikan perhatian kepada Sea, lalu mengobati luka-lukanya.
Bagi Sea, itu adalah hal yang paling berharga dalam hidupnya. Lalu muncul keinginan Sea untuk memiliki Alice selamanya. Dia takut jika Alice akan meninggalkan Sea seperti yang lainnya.
Dan dari situ Sea ingin Alice menjadi mayat koleksi pribadinya. Agar Alice tidak bisa pergi ke mana pun.
Bagi Sea itu wujud kasih sayangnya pada Alice.
Dia tidak menyadari jika tindakan yang ia lakukan itu salah.
Dia menyayangi Alice dengan cara yang berbeda.
Bahkan Sea sendiri juga nyaris tak mengenali jati dirinya. Terkadang dia menjadi Sea yang baik seperti malaikat, namun juga bisa menjadi Sea yang brutal seperti Iblis. Dan membunuh orang baginya adalah hal yang lumrah.
Bukan berarti dia tidak mengingat perbuatan jahatnya itu, bahkan dia sangat mengingatnya. Namun anehnya tak ada sedikitpun rasa bersalah dalam hati Sea.
"Alice, aku menyayangimu. Dan aku harap kau tidak melupakanku!" kata Sea.
Lalu Sea berjalan mundur, kemudian muncul cahaya putih berkilau.
Perlahan cahaya itu berubah menjadi kepulan asap tebal dan kobaran api.
Terdengar jeritan kesakitan dari seorang wanita.
Entah itu suara Sea, hantu, atau mungkin Iblis. Alice tidak mahaminya, dan kini deru napasnya kembali normal, kemudian dia tersadar dari pingsan.
"Alice, kau baik-baik saja?" tanya Bella.
"Iya, aku baik-baik saja!" jawab Alice.
Lalu mereka pun pergi meninggalkan rumah Sea, dan pulang ke Oxford saat itu juga.
To be continued