Madam Anyelir masih berada di alam lain. Dia mencoba untuk membujuk Sea, agar tidak lagi mengganggu orang, khususnya Alice.
"Sea, jika kau tidak menganggu kami. Kami akan malakukan upacara kematianmu dengan layak!" tukas Madam Anyelir.
"Kau, pikir aku membutuhkan itu?" Sea tersenyum sinis, "tidak! Aku tidak butuh!" ucapnya.
"Sea, bukankah kau pernah menujukkan keberadaan jasadmu kepada Alice? Dan bukankah itu artinya kau ingin agar jasadmu diperlakukan dengan baik?" tanya Madam Anyelir.
"Tidak! Aku tidak mau!" tegas Sea.
"Tapi bukankah kau—"
"Aku hanya ingin Alice yang menemukan jasadku! Aku hanya mempercayainya!" tegas Sea. Lalu Sea berjalan mendekati Madam Anyelir, sorot matanya tajam, bibirnya menyeringai seram.
"Aku akan membunuhmu sekarang!" tegas Sea.
"Tunggu! Kau itu hanya hantu! Kau tidak bisa membunuhku!" sahut Madam Anyelir.
"Ah, begitu, ya?" Sea tersenyum tipis, "kita lihat saja nanti!" timpalnya.
Lalu Sea menendang tubuh Madam Anyelir. Dan tepat saat itu juga Madam Anyelir langsung terbangun.
Bibirnya berteriak secara reflek. Dan hal itu membuat Carlos serta Felix tersentak.
"Ada apa, Madam?" tanya Felix.
"Iya, apa yang terjadi?" tanya Carlos.
"Jangan banyak tanya, ayo cepat bakar rumah ini!" suruh Madam Anyelir.
"Tapi bagaimana kalau ada yang menuntut kita, lalu memenjarakan kita?!" tanya Carlos.
"Sudah! Kamu jangan banyak tanya! Lakukan!" sergah Madam Anyelir.
Seketika Felix menarik tangan Carlos, dan mengajaknya menuju mobil untuk mengbil bahan bakar di mobilnya.
"Cepat! Cepat!" teriak Madam Anyelir.
Namun hal yang tak terduga terjadi, kaki Carlos pun terkilir lalu terjatuh.
"Hei, Bodoh! Kenapa malah tidur di situ!" pekik Felix.
Namun Carlos malah tak segera bangkit. Dia masih duduk dengan kepala menyentuh tanah, dan tak beranjak dari tempat ia jatuh.
Felix benar-benar tak habis pikir melihat Carlos yang malah tak santai.
Pemuda itu pun tak sabar lagi, lalu menghampiri Carlos dan menarik tangannya.
Namun tubuh Carlos mendadak kaku. Dan dia enggan berpindah dari tempatnya jatuh.
Felix semakin kesal, dan mengira jika Carlos itu sedang bercanda.
"Hei, cepat bangun!" teriak Felix.
"Ayo, bantu aku mengambil bahan bakar, Bodoh!" pekik Felix. Dan secara perlahan Carlos mengangkat wajahnya. Kedua matanya memutih seluruhnya. Bola hitam yang ada pada netra itu mendadak hilang.
Felix benar-benar syok, dia segera melepaskan tangan Carlos.
Dan dari kejauhan Madam Anyelir berteriak seraya berjalan mendekat.
"Hai, Felix! Cepat ambil bahan bakarnya!" teriaknya.
"Madam! Di-dia, Madam!" ujar Felix seraya menunjuk kearah Carlos.
Dan di saat itu juga Carlos menoleh kearah Madam Anyelir, pria itu mengerang seperti monster.
Lalu dia berlari secepat kilat lalu menubruk tubuh Madam Anyelir hingga terjengkang.
"Akh!" Madam Anyelir jatuh kewalahan.
"Felix! Tolong aku!" teriaknya.
Felix pun segera mengambil dahan pohon kering yang ada di sampingnya.
Kemudian dia menggunakan dahan itu untuk memukul Carlos.
Buak! Buak!
Bunyi pukulan Felix sangat keras, namun Carlos tak merasa kesakitan sedikitpun. Dia menoleh kearah Felix, lalu menendangnya hingga tubuh Felix terpental.
Carlos seakan memiliki kekuatan super.
Madam Anyelir pun langsung menjauh saat melihat Carlos lengah.
Namun Carlos kembali mengejarnya lagi.
"Mau lari kemana kau, Anyelir!" teriak Carlos seraya menyeringai. Suara pria itu berubah menjadi suara perempuan.
Memang saat ini tubuh Carlos sedang dikendalikan oleh roh jahat. Yaitu Sea.
Madam Anyelir berjalan mundur dengan pelan. Langkahnya benar-benar penuh perhitungan.
"Keluar dari tubuh Carlos!" ucap Madam Anyelir.
"Tidak!" jawab Carlos.
"Aku minta keluar sekarang!" bentak Madam Anyelir.
Carlos tersenyum tipis mendengarnya, ia masih dengan suara wanitanya menjawab,
"Aku akan keluar dari tubuh pria ini, setelah aku membunuhmu!" ucapnya.
"Baiklah, Sea! Kau sudah menantangku rupanya!" Madam Anyelir berhenti sejenak dan menatap wajah Sea penuh amarah.
"Aku tidak menantangmu, Anyelir. Tapi kau yang mengusikku. Jadi aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan!" jawab Carlos.
Madam Anyelir memejamkan matanya sesaat dan mulutnya komat-kamit membaca sebuah mantra.
Pada saat itu tubuh Carlos mendadak gemetar.
Dan dia berteriak-teriak kepanasan.
"Akh! Panas! Panas!" Dia menjatuhkan tubuhnya di atas rerumputan sambil menggeliat.
Madam Anyelir membuka matanya sedikit, melirik kearah pria itu.
Dia tersenyum lega, setidaknya dia dapat melumpuhkan Sea. Kini dia mulai menunjukkan kuasanya.
"Cepat keluar, atau kau akan terbakar dalam tubuh pria itu!" ancam Madam Anyelir.
"Ba-baik! Baik! Aku akan keluar!" jawab Sea yang masih berada di tubuh Carlos.
Tak lama tubuh Carlos kejang-kejang lagi seperti sebelumnya. Namun kali ini pria itu langsung pingsan. Yang artinya arwah Sea sudah meninggalkan tubuh Carlos.
Madam Anyelir segera memerintahkan Felix untuk segera membakar rumah Sea.
"Felix! Cepat!" sergah Madam Anyelir. "Ambil bahan bakarnya!"
Dengan sigap Felix maraih dirigen dan mengisinya dengan bahan bakar dari mobilnya.
Lalu membawanya mendekat ke arah Madam Anyelir, dan dia mengguyurkan di seluruh permukaan rumah.
"Apa ini sudah cukup? Karena bahan bakar di mobil kita sudah habis, Madam?" tanya Felix.
"Cepat Bakar saja! Nanti apinya juga akan menjalar dengan sendirinya!" ujar Madam Anyelir.
"Baiklah!" Felix merogoh korek api dari sakunya.
"Astaga! Koreknya!?" Felix tidak menemukan korek dalam sakunya.
"Cepat, Felix!"
"Maaf, Madam! Tapi koreknya hilang!" sahut Felix.
"Dasar, Bodoh! Cepat cari!"
"Baik, Madam!" Felix kembali masuk ke dalam mobil untuk mencari korek apinya yang terjatuh.
Madam Anyelir juga ikut mencarinya.
Keduanya sedang sibuk memeriksa setiap sudut mobil.
"Astaga! Di mana benda itu!" ujar Madam Anyelir yang geram.
"Sepertinya terjatuh Madam! Kita cari dulu!" sahut Felix.
"Iya, tapi waktu kita tidak banyak, Felix!
Namun pada saat itu, Carlos kembali bangkit dari pingsannya. Dan lagi-lagi dia bangkit bukan sebagai Carlos, melainkan sebagai Sea.
Arwah wanita itu kembali merasuk ke tubuh Carlos.
Dia berjalan sambil menyeringai. Dan dia mencekik leher Madam Anyelir dari belakang.
Madam Anyelir menoleh secara spontan, namun Carlos semakin menekan kencang leher wanita itu.
"Astaga!" Felik meraih kunci ban mobilnya, dan dia memukul kepala Carlos dengan kunci itu.
Carlos melemparkan tubuh Madam Anyelir ke atas tanah, dan berbalik menyerang Felix.
Dia mengangkat tubuh Felix dan melemparnya dengan kuat.
Kemudian dia kembali menyerang Madam Anyelir lagi.
Carlos mengakar-cakar wajah wanita itu hingga berlumuran darah.
"Hen-tikan! Tolong ... hentikan!" teriak Madam Anyelir.
Namun Carlos tak mendengar ucapan wanita itu. Tindakkannya malah semakin brutal, dia bahkan juga menjambak serta membentur-benturkan kepala Madam Anyelir ke tanah. Madam Anyelir benar-benar kewalahan. Dia hanya bisa pasrah tak bisa melawan.
"Haha! Haha! Mati! Mati, kau!" teriak Carlos seraya tertawa bangga.
To be continued