Di ruang perapian aroma busuk masih tercium, namun tidak separah saat Felix datang bersama Bella pada waktu itu.
Namun aroma itu terasa begitu nyata, Madam Anyelir menghentikan langkanya. Dia mengedarkan pandangannya lagi sambil mengusap-usap rambut boneka arwahnya.
"Anong, apa kau merasakan sesuatu?" tanya Madam Anyelir pada benda yang ada dalam pelukannya.
"Ada apa, Madam?" tanya Carlos.
"Perapian itu!" Madam Anyelir menujuk tempat yang ia maksud.
"Ada ada dengan perapian itu?" tanya Carlos yang heran.
Namun Felix langsung teringat dengan ucapan Alice jauh sebelum wanita itu membunuh Caroline.
Alice pernah berkata jika Sea dan Clara menggiringnya menuju ruangan perapian.
Alice juga bilang jika keduanya seakan ingin menunjukkan sesuatu dalam ruang itu.
Felix tak mempercayai ucapan Alice pada kala itu, karena semua hanya mimpi Alice saja. Dan itu tidak berarti apa-apa.
Namun setelah mendengar ucapan Madam Anyelir tentang perapian, Felix mulai meyakini jika Mimpi Alice itu sebuah pertanda, bahwa ada sesuatu dalam perapian itu.
"Madam, apakah jasad Sea ada di sana?" tanya Felix secara spontan.
Seketika Madam Anyelir dan Carlos menoleh kearah Felix.
Madam Anyelir menghela napas sesaat.
"Bagaimana kalau kalian priksa bagian dalam perapian itu?" ucapnya.
"Maksudnya, kami harus masuk ke bagian dalam perapian yang bau itu?" tanya Carlos yang tampak keberatan.
"Iya!" sahut Madam Anyelir.
Felix dan Carlos saling memandang, mereka tampak ragu untuk masuk dan memeriksa lubang itu. Terlebih aroma busuk itu semakin lama, semakin terasa menusuk.
Sejujurnya mereka tidak siap melihat mayat Sea, yang pastinya sudah terlihat menyeramkan dan tak bisa dibayangkan lagi.
"Ayo! Tunggu apa lagi! Cepat masuk!" sergah Madam Anyelir.
Lalu keduanya dengan tergesa-gesa mulai memasuki ke lubang perapian itu, dan memeriksa setiap sudutnya.
Tiba-tiba keduanya dengan kompak melihat ke arah atas, saat wajah mereka kejatuhan belatung-belatung yang masih hidup.
Cerobong perapian tersumpal sesuatu hingga tidak ada udara yang bisa masuk.
Felix dan Carlos kembali saling memandang, kedua mata mereka saling beradu dengan raut wajah yang ketakutan.
"Di-di-dia, ada di sana!" ucap Felix yang mendadak gagap dan terbata-bata.
"A-a-pa kau yakin jika itu jasad Sea?" tanya Carlos dengan suara yang juga terbata-bata.
"Kalau dia bukan Sea siapa lagi!" sahut Felix.
"Bisa saja orang Lain, kan? " tanya Carlos.
"Tidak mungkin orang lain! Itu adalah jasad Sea!" kata Felix.
"Bagaimana kau bisa yakin?"
"Sudah cepat ambil! " sergah Felix.
"Ba-bagaimana caranya?" tanya Carlos, "jujur aku sangat jijik," gumamnya dengan mata menyipit dan kedua alis mengernyit.
"Lupakan rasa jijikmu, Carlos! Ayo kita lakukan demi Alice!" sergah Felix.
Akhirnya mereka saling bahu-membahu mengeluarkan jasad Sea dari lubang perapian itu.
Keadaannya terjepit, dan sangat sulit untuk mengeluarkannya. Ditambah lagi jasad itu sudah rusak, sebagian daging sudah lumat karena membusuk.
Felix dan Carlos menahan semua ketakutan dan rasa jijik mereka demi berhasil mengeluarkan Sea.
Cerobong asap sangat kecil, mereka benar-benar harus bekerja keras.
"Ah, aku benar-benar tak habis pikir mengapa wanita itu bisa masuk di lubang sekecil ini?" gumam Carlos.
"Ah, sudahlah! Jangan pikirkan hal lain! Ayo tarik!" seru Felix pada Carlos.
Akhirnya mereka berhasil mengeluarkan jasad itu, namun ada beberapa bagian tubuh yang patah saat di tarik. Mungkin karena sudah saking lamanya berada di lubang itu hingga jasadnya menjadi rapuh.
Setelah jasad itu sudah berhasil turun, Felix dan Carlos keluar dari ruangan dan muntah sejadi-jadinya.
Sementara Madam Anyelir masih berdiri dan menatap jasad itu dengan sorot mata yang tak dapat diduga.
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu.
Beberapa datik kemudian Madam Anyelir melihat sekelibat bayangan anak kecil.
Dia adalah Clara, gadis kecil itu ingin mengatakan sesuatu kepada Madam Anyelir.
Dan wanita paruh baya itu pun menuruti ajakan Clara. Dia memejamkan mata dengan tangan masih memegangi bonekanya, dan tak lama dia mulai masuk ke alam lain.
Carlos dan Felix tampak heran melihat Madam Anyelir yang masih terdiam sejenak dengan kedua mata yang terpejam.
"Ssst, dia itu lagi ngapain, sih?" bisik Carlos di telinga Felix.
"Sudah diam saja!" kata Felix.
"Tapi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Carlos.
"Sudah kita tunggu sampai dia selesai bermeditasi!" jawab Felix.
"Oh, jadi dia ini sedang bermeditasi?" Carlos pun mengangguk paham.
Dan mereka pun duduk diam sambil menunggu wanita itu kembali berbicara lalu memberikan intruksi berikutnya.
Sementara Madam Anyelir sudah berada di alam lain, dia menemui Clara yang sedang berdiri di sudut tembok. Tempatnya masih sama, yaitu rumah Sea.
Hanya saja keadaan rumahnya sangat berbeda dari saat ini.
Rumah Sea terlihat rapi dan bersih, tidak kotor dan dipenuhi dengan satang laba-laba seperti saat ini.
"Sini, Nak! Jangan takut," ucap Madam Anyelir.
Lalu Clara mendekat dengan langkah yang agak ragu-ragu.
"Kemarilah, aku bukan orang jahat," ucap Madam Anyelir.
Setelah mendekat, Madam Anyelir menyentuh wajah Clara.
"Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya wanita itu dengn suara yang lembut.
Clara memberikan jawaban dengan anggukan kepalanya.
"Kau ingin bicara apa?"
Clara masih diam, lalu Madam Anyelir kembali melontarkan kalimatnya lagi, "ayo katakan saja, Nak. Tidak usah ragu, " suruh Madam Anyelir.
Perlahan Clara mulai mengeluarkam kalimat dari mulutnya.
"Tolong, lakukan upacara pemakaman yang benar untuk Ibuku. Aku tidak mau dia menjadi iblis yang jahat!" tukas Clara.
"Hanya itu?" tanya Madam Anyelir, Clara menjawab dengan anggukkan lagi.
"Baiklah, aku akan berusaha menuruti permintaanmu, Clara," tukas Madam Anyelir. Lalu wanita itu hendak pergi meninggalkan Clara dan kembali ke raganya lagi, namun ada seseorang yang tiba-tiba menarik tangannya.
"Kau mau kemana?" teriak orang itu pada Madam Anyelir.
"Sea!" teriak Madam Anyelir dengan raut wajah syok.
Sea tampak marah melihat kedatangan wanita itu.
"Kau mau apa datang kemari?" Sorot mata Sea begitu tajam, "kenapa kau lancang?!" teriaknya. Lalu dia mendorong tubuh Madam Anyelir hingga terjengkang.
"Sudah cukup kau ikut campur dengan urusanku! Atau aku akan membunuhmu!" ancam Sea pada Madam Anyelir.
"Sea, aku datang kemari hanya ingin memperlakukan jasadmu dengan baik!" tukas Madam Anyelir.
"Tidak perlu! Dan kau juga tidak perlu mengeluarkan aku dari persembunyianku!" bentak Sea.
"Iya, tapi kenapa? Bukankah kau sangat tersiksa di sana?" tanya Madam Anyelir.
"Tidak! Aku tidak tersiksa! Ini rumahku dan selamanya aku akan berada di sini!" tegas Sea.
To be continued