Tiga minggu sudah Alice mendekam di penjara.
Dan secara bergantian, Bella, Felix, dan Carlos menjenguknya.
Hari ini Bella tengah bersiap-siap untuk menemui Alice bersama dengan Felix, sedangkan Carlos bertugas untuk menjaga Diana dan Daniel di rumah Bella.
Semenjak Alice berada di jeruji besi, hubungan Felix dan Carlos sedikit membaik.
Mereka sering menengok Alice secera bersama-sama.
Lagi pula Carlos juga sudah menyerah, dia berhenti mengejar Alice dan menyerahka Alice sepenuhnya kepada Felix.
Carlos ingin melihat Alice bahagia. Dia tidak mau egois lagi. Sudah cukup dia membuat Alice menderita hingga membuat Caroline meninggal secara tragis.
Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Dulu Alice memang sangat mencintainya, namun sekarang cinta itu telah memudar. Dia tidak bisa kembali pada keadaan semula. Dan Carlos pun mengikhlaskannya.
Cara membahagiakan Alice tidak melulu memilikinya, namun membiarkan dia berbahagia dengan orang lain itu sudah cukup benar.
"Bella! Apa kau sudah siap?" tanya Felix.
"Iya, sudah!" Wanita itu tergopoh-gopoh menghampiri Felix.
Sesat Bella berhenti dan menengok kearah Carlos.
"Carlos, aku titip anak-anakku, ya!" ucapnya.
"Iya, Bell!" sahut Carlos.
Namun baru saja masuk ke dalam mobil, Bella mendapat telepon dari pihak penjara.
Pihak penjara mengatakan jika Alice baru saja membuat keributan.
Dan keributan kali ini benar-benar sangat fatal.
Alice telah membunuh salah satu Narapidana yang mengganggunya.
Alice marah dan dengan brutal membunuh orang itu. Bahkan dia tidak tampak seperti manusia, melainkan seperti monster.
Tak ada pilihan lain, mereka pun langsung melesat cepat dengan mobilnya untuk menemui Alice.
***
Setelah kejadian itu, kini Alice di pindahkan dari penjara ke Rumah Sakit Niwa.
Mereka menganggap Alice itu wanita gila.
Dan kerena sudah di vonis mengidap ganguan jiwa, akhirnya Alice pun mendapat keringanan atas hukumannya.
Namun dia harus menjalani perawatan serius di salah satu Rumah Sakit Jiwa di kota tersebut.
*****
Dua minggu telah berlalu, Alice kembali tenang.
Dia seperti Alice yang dulu. Tidak terlihat jika dia adalah wanita yang sangat berbahaya dan sanggup membunuh orang.
Dia seperti orang normal pada umumnya. Bahkan ketika diajak berbicara pun Alice menanggapinya seperti biasa.
"Alice, bagamana keadaanmu?" tanya Bella.
"Aku sangat baik, Bel! Tapi aku rindu rumah," jawab Alice.
"Sabar, Alice. Kamu pasti bisa melewati ini semua," tukas Bella memberi semangat kepada adiknya.
"Yah ... aku tahu, aku pasti bisa. Namun jujur aku tidak begitu paham dengan apa yang sudah terjadi. Aku tidak tahu mengapa harus masuk Penjara, hingga berakhir di Rumah Sakit Jiwa! Aku ini tidak gila, 'kan, Bel?" tanya Alice, dan Bella pun hanya bisa terdiam dan menatap Alice dengan wajah prihatin.
Entah Bella harus menjawab apa selain diam.
Dia benar-benar tak tega melihat keadaan Alice seperti ini.
Alice adalah wanita yang baik, namun entah mengapa dia harus menerima cobaan sebesar ini.
Tak lama Felix menghampiri mereka.
"Alice, aku membawakan ini untukmu," Felix menyodorkan sandwich telur yang ia beli di luar rumah sakit.
"Wah, kelihatannya enak!" sahut Alice yang tampak antusias.
"Kalau begitu makanlah!" kata Felix, Alice memakannya dengan lahap.
Sandwich memang makanan kesukaannya.
Felix senang melihat Alice tampak biasa saja.
Dia tidak seperti orang yang sedang sakit.
Namun pihak rumah sakit dan pihak kepolisian tidak memperbolehkan Alice untuk pulang.
Karena dikhawatirkan Alice akan melakukan hal yang menyeramkan lagi.
Sebelumnya sikap Alice saat di penjara juga telihat baik-baik saja.
Bahkan dia satu-satunya Narapidana yang selalu bersikap baik dan tidak pernah berbuat onar.
Namun suatu ketika ada yang menggangu Alice.
Nama Narapidana itu Marlin, dia dipenjara karena membunuh orang. Kasusnya hampir sama dengan Alice, hanya saja Marlin memang wanita jahat dan membunuh orang karena ingin merampas hartanya.
Wanita itu terus menyuruh Alice untuk melayaninya, seperti memijit dan melakukan hal-hal lain seperti seorang pembantu.
Awalnya Alice tak melawannya sampai suatu ketika Marlin menghina Alice gila, karena telah membunuh orang tanpa menyadarinya. Dan tepat di
saat itu, arwah Sea muncul lalu merasuk di tubuh Alice.
Saat itu Alice tiba-tiba mengamuk seperti monster, lalu mengangkat tubuh wanita itu dan membantingnya.
Alice yang memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari si wanita, namun seperti sebuah keajaiban dia mampu mengangkat tubuh Marlin yang gemuk dan lebih tinggi darinya. Bahkan tampak begitu ringan.
Di saksikan oleh para Narapidana yang lainnya, Alice membanting tubuh wanita itu berkali-kali.
Hingga suasana tampak gaduh, seorang petugas penjara datang namun sudah terlambat.
Untuk yang keempat kalinya tubuh Marlin dibanting, dan terakhir kalinya kepala Marlin membentur jeruji besi kemudian tewas.
Setelah itu Alice tidak sadarkan diri.
Dan para Narapidana lain tidak ada yang mau lagi satu kamar bersama dengan Alice. Karena mereka takut.
Baginya Alice bukan manusia, melainkan monster atau iblis yang berbahaya.
Sempat pihak penjara ingin memindahkan Alice pada sel khusus, namun mereka semua tampak ragu.
Karena saat diintrogasi tentang kejadian itu, Alice tidak ingat sama sekali.
Dan akhirnya Alice di pindahkan ke Rumah Sakit Jiwa.
***
"Alice, apa kau benar-benar lupa dengan semua kejadian yang sudah kau alami?" tanya Felix yang masih penasaran.
Bella mengedipkan mata pada Felix, dia mengisyaratkan jika pertanyaan ini takutnya malah akan membuat Alice merasa terganggu.
Namun Alice malah tampak biasa saja.
"Aku tidak ingat, Felix. Semua orang terlihat takut kepadaku. Namun mereka tidak menjelaskan kepadaku! Hanya seseorang yang menginterogasiku, lalu bertanya tentang alasanku membunuh orang. Padahal aku tidak merasa telah membunuh orang," jawab Alice, "jujur aku heran." Timpalnya.
"Lalu apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Felix lagi.
"Emm ...." Alice terdiam sesat, "tenang. Yah ... aku tenang di sini!" tegas Alice.
"Benarkah? Tapi ini Rumah Sakit Jiwa?" Felix tampak heran dengan jawaban wanita ini.
"Aku tahu! Tapi di sini Sea tidak mengagnguku? Dia tidak lagi datang menemuiku!" jawab Alice.
"Apa kau yakin? Tapi kau baru 2 minggu ada di sini?" tanya Felix.
Lalu Alice tersenyum samar.
"Ya, aku tahu. Tapi dia membenci tempat ini. Dia tidak akan mungkin datang ke mari!" Alice begitu yakin dengan jawabnya kali ini.
Kenyataannya Sea memang membenci rumah Sakit Jiwa. Semasa hidupnya, dia memang mengidap skizofrenia. Namun dia tidak mau dianggap orang sakit. Karena dia takut berada di Ruang Sakit Jiwa.
Setidaknya itu yang Alice ketahui. Alice bisa melihat gambaran hidup Sea di masa lampau, bahkan di dapat melihat adegan Sea saat membubuh suaminya sendiri.
Bayangn itu terlihat nyata, namun hanya muncul dalam mimpinya. Alice yakin jika apa yang ia lihat ini benar adanya.
Alice memang lupa dengan kejadian-kejadian saat ia membunuh orang. Karena dia memang melakukannya dalam keadaan tidak sadar.
Sea bisa datang kapan pun dia mau, lalu mengusai raganya untuk beberapa saat, dan akan keluar lagi jika misinya telah selesai.
To be continued