Chereads / Tetanggaku Yang Seram / Chapter 67 - Alice Sedikit Tenang

Chapter 67 - Alice Sedikit Tenang

Karena percikan air pemberian Madam Anyelir, Alice menjadi kepanasan, dia memegang tangannya sambil berteriak-teriak.

Bella bangkit, dan dia menggenggam erat botol air itu ke tangan Alice lagi.

"Keluar dari tubuh adikku!" teriak Bella.

"Tidak! Aku tidak mau mati! Aku suka tubuh ini! Sampai kapanpun aku masih tetap ingin hidup!" tukas Alice.

Bella mendengus kesal mendengarnya, dia benar-benar tak habis pikir, jika wanita itu masih berani menantangnya.

"Ah, begitu, ya?" Bella tersenyum sinis, dia kembali membuka tutup botolnya.

Dan wanita itu mengguyurkan air dalam botol itu kearah Alice.

Kali ini dia mengguyurnya lebih banyak lagi, Alice berteriak-teriak kesakitan, dan tak berselang lama ia terkulai lemas.

"Itulah, akibatnya jika kau melawanku!" ujar Bella.

Felix hampir tak percaya melihat semua ini. Bella dapat melumpuhkan Alice hanya dengan sebuah air di dalam botol.

"Bella, bagaimana kau bisa melakukannya?" tanya Felix.

"Hal yang tak pernah kau percayai, Felix!" jawab Bella.

"Itu, air apa?" Felix menunjuk botol yang ada di tangan Bella.

"Ini air yang sudah diberi mantra oleh Madam Anyelir!" jawab Bella.

"Apa?!" Felix tampak syok mendengarnya.

"Sudahlah, Felix! Jangan pikirkan hal lain, mari kita bawa Alice pulang!" suruh Bella.

"Baiklah, Bella!" Felix memasukkan tubuh Alice ke dalam mobilnya. Hari itu juga mereka bertolak ke Oxford.

*****

Sepanjang perjalanan pulang, Bella terus memperhatikan Alice yang masih tak sadarkan diri, dan dia juga masih menggenggam erat botol yang ada di tangannya.

Air dalam botol itu masih ada sedikit, dan ini akan ia gunakan sebagai perlindungan jika Alice kembali bertingkah agresif.

"Alice, kenapa kamu bisa seperti ini," Bella membelai rambut Alice.

Perlahan Alice membuka matanya.

"Bella," ucapnya.

"Kau sudah sadar?" tanya Bella, Alice malah tampak bingung.

"Aku ada di mana?" tanya Alice.

"Kamu ada di mobilnya Felix, Alice," jawab Bella.

"Syukurlah, kau sudah sadar, Alice!" tukas Felix menimbrung obrolan mereka.

Alice mulai duduk dengan benar. Dia menatap jalanan di luar mobil. Sesekali Alice memijit-mijit keningnya yang masih pusing.

"Kenapa aku ini?" gumam Alice.

"Apa kau tidak ingat dengan semua kejadian yang telah kau alami?" tanya Bella. Alice menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak ingat apa-apa Bella, bahkan mengapa aku ada di mobil ini saja, aku juga tidak tahu." Jawab Alice.

'Oh, ya ampun! Berarti Alice juga tidak ingat jika dia telah membunuh Caroline!' batin  Bella.

***

Beberapa jam telah berlalu, mereka sudah sampai di rumah Bella.

Dan sepanjang perjalanan itu, Alice juga terlihat tenang. Tak sedikit pun Alice bertingkah agresif.

Setelah mobil terparkir, Bella menggandeng tangan  Alice dan mengantarkannya masuk ke kamar.

Dan tepat di saat itu Madam Anyelir keluar dari dalam rumahnya.

Dia tak menyapa mereka semua, dia hanya diam sembari melihat Alice dengan tatapan yang datar.

Kemudian dia mulai bergegas untuk masuk ke dalam rumahnya lagi.

Namun  Felix yang melihatnya menghentikan langkah Madam Anyelir.

"Tunggu!" teriak Felix.

Madam Anyelir menoleh ke belakang.

"Mau apa pemuda itu?" gumamnya dengan pandangan sinis.

"Madam! Saya ingin berbicara dengan, Anda!" ujar Felix, pria itu berlari menghampiri Madam Anyelir.

Madam Anyelir mendengus kesal menatap Felix.

"Kau mau apa?" tanya Madam Anyelir pada Felix.

"Madam, bisakah Anda menolong kami?" tanya Felix.

"Cih! Menolong?" Madam Anyelir memicingkan ujung bibirnya, "sejak kapan kau percaya dengan seorang Paranormal?" sindirnya.

Seketika Felix terdiam. Dia sedikit heran dengan ucapan wanita itu.

'Aku memang sebelumnya tidak mempercayainya. Namun aku tidak berkata langsung kepadanya, 'kan?' batin Felix yang bertanya-tanya.

"Kalau tidak percaya dengan Paranormal sepertiku, 'kan? Jadi lebih baik kau pergi saja!" sengut wanita paruh baya itu.

"Eh, tunggu!" ujar Felix seraya memegang lengan tangan Madam Anyelir.

Medam Anyelir melirik sesaat tangan Felix yang memegangnya. Kemudian Felix segera melepaskan genggamannya dari tangan wanita itu.

"Maaf," Dia menundukkan kepalanya, "ya ... aku minta maaf atas kesalahanku. Dan awalnya aku mengira jika Anda hanya sok tahu." Tukas Felix.

Madam Anyelir mengangkat satu alis matanya, seakan memberikan isyarat kepada Felix agar melanjutkan  ucapannya.

"Dan ... sekarang aku sudah membuktikannya bahwa kau memang hebat. Air ... air pemberianmu bisa membuat Sea lumpuh! Aku mengakui kemampuanmu. Dan dengan kerendahan hatiku, aku memohon kepadamu agar mau menolong Alice," pinta Felix. Raut wajah Felix dipenuhi dengan penyesalan.

Madam Anyelir sedikit tersentuh mendengar ucapan Felix.

"Yasudah mari masuk!" suruhnya pada Felix.

"Terima kasih," ucap Felix.

Seperti Bella dan Daniel, ketika memasuki rumah Madam Anyelir, Felix juga merasa aneh.

Dia benar-benar tak nyaman melihat keadaan dalam rumah yang dipenuhi dengan benda-benda antik, terutama boneka arwah yang jumlahnya ada ratusan.

"Duduklah," suruh Madam Anyelir.

Felix menuruti perintah Madam Anyelir. Dan secara tak sengaja dia melihat boneka yang kemarin sempat berkedip kepada Bella.

Dan boneka itu juga berkedip di hadapan Felix.

Felix langsung tersentak, dan mulutnya hampir bersuara karena kaget.

Madam Anyelir menyadari akan hal itu.

"Ah, Anong! Lagi-lagi kamu itu selalu iseng kepada tamuku!" bentak Madam Anyelir kepada boneka itu.

Dia segera mengangkatnya dan memindahkan ke tempat yang lain.

Sembari menggendong bonekanya, mulut wanita itu terus bergumam.

"Ibu akan menaruhmu di kamar! Lain kali jangan begitu lagi, ya!"

Felix menelan salivannya dengan berat.

'Boneka tadi baru saja berkedip kepadaku, 'kan? Apa aku hanya salah melihat?' bicara Felix di dalam hati.

'Ah, aku rasa ... apa yang kulihat tadi benar. Dan boneka itu juga tersenyum kepadaku,'

Tak lama Madam Anyelir keluar.

"Felix, sebenarnya aku tidak memiliki keberanian untuk melawan roh jahat itu!" ujar Madam Anyelir.

"Bagaimana bisa? Saya yakin Anda mampu mengalahkannya, Madam!" sahut Felix.

"Kupikir memang bisa. Namun setelah aku berkomunikasi secara langsung, rasanya aku ragu ...."

"Ragu bagaimana, Madam?"

"Dia sangat kuat. Dan dia belum siap untuk mati. Jiwanya dipenuhi dengan kebencian!" tegas Madam Anyelir.

"Tapi—"

"Lagi pula dia menyukai tubuh Alice. Semasa hidupnya, Sea sangat menyukai Alice. Bahkan dia pernah berkhayal ingin menjadikan Alice sebagai saudarinya!" ucap Madam Anyelir.

"Itu memang benar, Madam. Dan karena hal itu pula dia hampir membunuh Alice." Ucap Felix.

Lalu Madam Anyelir melanjutkan kalimatnya.

"Dia benar-benar wanita yang sangat kejam. Aku benci sifatnya itu, namun Sea melakukannya karena sebuah alasan,"

"Alasan apa, Madam?" tanya Felix.

"Dia membenci semua orang yang masih hidup, karena dia merasa terabaikan. Menurut Sea mereka semua jahat, dan tak ada satu pun yang mau berinteraksi dengannya, hingga membuatnya selalu merasa kesepian, dan tidak dibutuhkan. Hal itu pula yang menjadikan Sea selalu ingin membunuh orang. Bahkan sampai dia mati pun, hatinya masih tak tenang, terlebih jasadnya juga belum di temukan!" tutur Madam Anyelir.

"Ternyata benar, jika Sea itu sudah mati?"

"Iya!"

To be continued