Beberapa jam telah berlalu, Bella dan Felix sudah berada di London.
Mereka hendak memasuki rumah yang pernah ditempati oleh Alice.
"Felix, kenapa datang kamari? Bukankah temanmu bilang Alice itu ada di rumah Sea?"
"Iya, tapi kita tidak bisa langsung ke sana, kita pantau sebentar dari rumah ini. Kebetulan aku ada kuncinya," tukas Felix.
Bella mendengus kesal dengan ucapan Felix, baginya ini hanya buang-buang waktu, harusnya dia langsung saja menghampiri Alice dan membawanya pulang.
Namun setelah dipikir-pikir ulang, Felix ada benarnya juga ... mungkin mereka memang tidak boleh gegabah.
Sesaat Bella melihat kearah botol kaca kecil yang ada di tangannya.
'Ini adalah pemberian Madam Anyelir. Aku harus mempergunakan ini dengan baik,' batin Bella.
"Bella, itu apa?" tanya Felix.
"Bukan apa-apa!" jawab Bella.
Namun Felix tampak penasaran dengan isinya.
"Yasudah ayo masuk!" ajak Felix.
Mereka duduk di ruang tamu, lalu Felix menyiapkan alat untuk perlindungan diri.
"Felix, apa itu?" tanya Bella.
"Ini Stun gun." Jawab Felix.
"Untuk apa?"
"Ini sebagai alat jika Alice bertingkah agresif kepada kita!" ujar Felix.
Tak hanya Stun gun untuk perlindungan Felix juga membawa borgol, tambang dan juga obat bius. Karena ada banyak benda yang harus ia siapakan sehingga ia memilih untuk berada di rumah ini untuk sementara waktu.
Bella tercengang melihat Felix yang sudah mempersiapkan ini semua.
"Felix, alat-alatmu banyak sekali? Kamu tidak akan membunuh Alice, 'kan?" tanya Bella.
"Hai, kau ini bicara apa sih, Bella? Tentu saja tidak! Mana mungkin aku melakukan itu!" sahut Felix.
"Dengar ya, Bella! Aku ini sangat mencintai Alice!" tegas Felix.
"Iya, aku tahu Felix! Hanya saja alat-alatmu banyak sekali?"
"Bel, aku hanya waspada! Aku takut jika Alice bertingkah sama persis seperti Sea. Kau tahu, 'kan, jika Alice baru saja membunuh orang? Dan itu juga berlaku bagi kita!" ungkap Felix.
"Iya, Felix! Aku paham. Maafkan aku, ya,"
"Yasudah, ayo kita datang ke sana, sekarang juga!" ajak Felix.
"Baiklah!"
Keduanya mulai berjalan menuju rumah Sea.
Perlahan Felix memutar kpop pintunya.
Baru memasuki rumah itu bulu kuduk Felix langsung meremang.
Kejadian beberapa bulan yang lalu seakan menghampirinya lagi.
Rumah ini benar-benar menyisakan trauma bagi dirinya.
"Apa aku panggil saja, ya?" tanya Bella.
"Jangan, Bella!"
"Memangnya kenapa?" tanya Bella. Felix pun tak menjawab. Sejujurnya dia benar-benar ketakutan. Kemudian mereka mulai memasuki ruang perapian di rumah itu.
"Kau mencium bau sesuatu tidak?" tanya Bella.
"Iya, bau busuk yang menyengat!" jawab Felix.
"Seperti bau bangkai ... atau jangan-jangan—" Felix langsung membungkam mulut Bella.
"Jangan bicara yang tidak-tidak, Bella!" sengut Felix.
Kemudian mereka melanjutkan langkah kakinya.
Dan memeriksa satu per satu ruangan.
Mereka tak berani berpisah sama sekali. Selalu bergandengan tangan. Namun semua ruangan itu tidak ada tanda-tanda keberadaan Alice.
"Tidak ada, Felix. Kita harus bagaiamana?" tanya Bella.
"Ke ruang bawah tanah, Bel!" sahut Felix. Kerena hanya ruangan itu satu-satunya tempat yang belum mereka jamah.
Ceklek!
Felix membuka pintunya.
"Hawanya sangat aneh," tukas Bella.
"Ssst ... jangan banyak bicara!" ujar Felix.
Samar-samar mereka mendengar suara tangisan perempuan.
Felix dan Bella mencari sumber suara itu. Di sudut tembok terlihat seorang wanita duduk membenamkan wajahnya di antara kedua lutut.
Felix menekan tombol lampu, dan dalam sekejap ruangan itu menjadi terang benderang.
Rambut pirang panjang berkilau, dengan mantel coklat, membuat Bella yakin jika itu adalah Alice.
Dia paham betul dengan perawakan, serta barang-barang yang sering dipakai oleh adiknya.
"Alice!" teriak Bella seraya berlari mendekat.
"Bella, tunggu!" teriak Felix. Namun wanita itu tak menghiraukan Felix.
Bella menyentuh pundak Alice. Kemudian wanita itu mengangkat wajahnya.
"Bella?" tukas Alice sedikit bingung.
"Apa aku tidak sedang bermimpi? Apa ini nyata?" tanya Alice seraya menatap Bella seakan tak percaya.
"Alice, ini nyata! Aku benar-benar Bella! Dan ini Felix!" ujar Bella seraya meraih tangan Felix.
Alice tersenyum, dan memeluk Bella.
"Aku senang kau datang Bella! Aku tidak tahu arah jalan pulang! Di sini gelap!" ujar Alice.
"Kalau begitu kenapa kamu berada di sini sendirian!?"
"Aku tidak tahu, Bella! Tiba-tiba aku sudah ada di sini!" jawab Alice.
Perempuan itu masih menangis ketakutan, dia tidak tampak agresif seperti sebelumnya. Bahkan dia juga tidak mengaku sebagai Sea.
"Alice, mari kita pulang ke Oxford!" aja Felix seraya mengulurkan tangan kearahnya.
Alice menyambut tangan Felix, namun dia melirik kearah Bella sesaat, seperti masih ragu-ragu.
Bella menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Yang menandakan jika dia dan Felix akan memberikan yang terbaik bagi Alice.
Perlahan Alice bangkit, mereka bertiga keluar dari dalam ruang bawah tanah.
Dan di hari itu pula Felix, dan Bella hendak membawa Alice pulang. Namun baru beberapa langkah saja mereka menginjak di halaman luar rumah Sea, tiba-tiba tubuh Alice kejang-kejang.
Tangan wanita itu mencengkram dan menarik mantel milik Felix serta Bella dengan kuat, sampai kedua orang itu pun terjatuh.
Bella dan Felix tampak syok, mereka berdua terkapar di atas tanah.
Alice menatap keduanya dengan sorot mata yang tajam dan memerah. Kemudian Alice tertawa dengan lantang.
"Haha! Haha! Kalian berdua akan menjadi koleksi mayat baruku! Kalian akan mati! Haha haha!" ujar Alice seraya berdiri dengan kedua tangan bertolak pinggang, dan kepala mendengak keatas.
"Felix, bagaiamana ini?" Bella tampak panik.
"Tenang aku akan menyetrumnya ketika dia mendekat!" ujar Felix.
Dan benar saja, Felix mengeluarkan alat sengat listriknya ketika Alice mendekat.
Namun anehnya, alat itu tidak berfungsi dengan baik.
"Astaga! Bagaimana ini! Alatnya tiba-tiba rusak?!" ujar Felix.
"Menjauh, Felix!" teriak Bella. Tak ada pilihan lain, Felix pun menjauh.
Namun Alice malah menggiring keduanya untuk masuk ke dalam rumah.
Mereka mencoba mencari benda yang bisa di gunakan untuk melawan Alice.
Namun semua itu sia-sia, Alice mengeluarkan pisau lipat dari dalam mantelnya.
"Kalian mau aku tusuk dengan pisau ini? Atau aku racuni saja?" tanya Alice seraya menyeringai.
"Sadar, Alice!" teriak Bella.
"Lari ke sini, Bella!" teriak Felix.
Bella hendak mengejar Felix, namun sayangnya kakinya malah terkilir sehingga Bella pun terjatuh.
Bella benar-benar ketakutan, Alice sudah mendekat dan sudah siap untuk menghunjamkan pisau itu ke tubuh kakaknya.
Namun Bella teringat dengan botol air dari Madam Anyelir.
Tanpa berpikir panjang Bella menggunakan air itu untuk menghalau Alice.
Dan benar saja, satu percikan air itu berhasil mendarat di bagian tangan Alice. Seketika Alice berteriak-teriak kepanasan.
Bella hampir tak percaya melihat ini semua.
To be continued