"Kalau aku tidak boleh meminta tolong kepada Madam Anyelir, lalu apa yang harus kita lakukan, Felix?" tanya Bella dengan raut wajah yang panik.
"Tenang saja, Bella. Aku punya banyak kenalan di London. Aku bisa meminta salah satu dari mereka untuk menyelidiki rumah Sea!" ujar Felix.
"Ah, begitu ya?"
"Iya, Bella. Nanti kalau Alice benar-benar ada di sana, aku baru akan pergi ke London!" tukas Felix.
Meski begitu Bella masih merasa tidak tenang, karena keberadaan Alice belum bisa dipastikan. Bella takut jika Alice akan berbuat buruk lagi kepada orang lain.
"Bella, hari ini aku harus pulang. Bibi bilang Ibuku baru datang ke Oxford," ujar Felix.
"Begitu, ya?" Bella tampak tak tenang, jika Felix pergi dia takut Alice akan tiba-tiba muncul dan melakukan hal buruk kepada dirinya dan kedua anaknya.
Bella berada disituasi yang sulit.
Dia memang mengkhawatirkan keberadaan Alice, namun dia juga takut jika Alice kembali.
Terlebih tindakan Alice hari ini benar-benar fatal, membunuh orang bukanlah hal yang bisa dimaafkan begitu saja.
Bella benar-benar pusing memikirkan nasib Alice untuk yang selanjutnya. Dia tidak yakin jika Alice dapat bernapas lega tinggal di kota ini. Sudah pasti pihak berwajib akan menangkapnya, kalau tidak berakhir di penjara, kemungkinan Alice akan berakhir di rumah sakit jiwa.
"Bella, kenapa kamu melamun?" tanya Felix.
Bella seketika mengerjap dengan cepat.
"Tentu saja aku takut, Felix! Terlebih kami hanya tinggal bertiga. Seorang perempuan lemah sepertiku dengan dua anak yang juga lemah." Pungkas Bella.
"Tenanglah, Bella. Begitu aku menemui Ibuku, aku akan segera menghampiri kalian lagi," ujar Felix meyakinkan Bella.
"Tapi—"
"Jangan takut, Bella. Kau bisa menghubungiku kapan saja, apa bila ada hal yang kau curigai," tukas Felix.
"Ah ... begitu, ya? Baiklah," jawab Bella.
Perempuan itu berusaha untuk meyakinkan dirinya, bahwa tidak akan ada hal buruk yang akan menimpanya.
"Yasudah, aku pulang dulu, ya, Bella! Sampai bertemu nanti!" tukas Felix seraya melambaikan tangannya.
Bella menatap nanar kepergian Felix.
Dia tidak bisa memaksa Felix untuk tetap berada di rumahnya. Karena dia tahu jika Felix itu memiliki banyak urusan. Terlebih karena mencari Alice hari ini Felix sampai menunda membuka usahanya.
Bella tidak mau menyusahkan Felix lagi. Dia harus mandiri dan tidak lagi mengandalkan Felix, meski sejujurnya dia takut terjadi sesuatu dengan dirinya dan kedua anaknya.
"Ibu!" panggil Daniel.
Bella menoleh kearah putra sulungnya itu.
"Ada apa, Daniel?"
"Bu, aku lapar. Apa pesanannya belum sampai juga?"
"Astaga!" Bella menepuk keningnya sendiri, "maafkan Ibu, Nak. Ibu sampai lupa memesannya!" Bella segera meraih ponselnya dan memesankan makanan untuk kedua anaknya.
"Kalian bersabar ya, sebentar lagi makanan akan datang," ujar Bella kepada Daniel.
"Baiklah, Ibu." Daniel hendak kembali masuk ke kamarnya, namun dia teringat akan suatu hal.
"Bu, kalau boleh tahu Bibi Alice ada di mana?" tanya Daniel. Sejenak Bella terdiam, dan dia kembali tak tenang.
'Apa aku bercerita kepada Daniel saja, ya?' batin Bella.
'Ya, aku harus mengatakan semuanya kepada Daniel, karena dia itu sudah dewasa, aku yakin dia bisa menyikapi ini dengan baik!'
"Bu, kenapa malah melamun?"
Ucapan Daniel membuat Bella tersentak.
"Ah, iya, Nak!"
"Di mana Bibi Alice? Kenapa dia tidak kelihatan sejak tadi?"
"Bibi Alice, menghilang, Nak."
"Apa?!" Daniel terlihat syok mendengarnya. "Ibu, sedang bercanda, ya?"
"Tidak! Ibu tidak bercanda, Daniel! Bibi Alice baru saja membunuh orang!" jawab Bella dengan derai air mata.
"Apa?! Bibi membunuh orang?!"
"Jangan keras-keras, Daniel. Nanti Diana bisa dengar," bisik Bella.
"Iya, tapi itu rasanya tidak mungkin, Ibu! Bibi bukan pembunuh! Dia itu wanita yang baik hati!"
"Ibu tahu, Nak! Tapi itulah yang terjadi! Bibimu membunuh Bibi Caroline! Dan memang sejak pagi tadi tingkah bibimu sangat aneh!" jelas Bella.
Daniel hampir tak percaya mendengar ini semua, akan tetapi inilah kenyataannya.
"Lalu, kemana kita harus menemukan Bibi Alice? Apa Bibi Alice juga akan di penjara?" tanya Daniel dengan raut wajah yang bersedih.
"Entalah ... soal itu Ibu juga tidak tahu, Daniel. Yang terpenting sekrang Alice harus ditemukan. Kalau tidak akan berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Alice seperti dirasuki oleh roh jahat!" tukas Bella.
"Aku hampir tak percaya, Bu! Tapi aku takut!" Anak lelaki itu memeluk sang Ibu.
"Ibu juga, Nak. Tapi Paman Felix sedang mencarinya. Kita tetap harus tenang, dan harus terus berdoa untuk kebaikan Bibi Alice," ucap Bella pada putranya.
Keduanya saling berpelukan. Meski merasa ketakutan, akan tetapi Daniel berusaha untuk melawan rasa takut itu.
Dia hanya ingin menjadi anak lelaki pemberani yang bisa menjaga sang Ibu.
"Kalian, sedang apa?" tanya Diana yang tiba-tiba muncul.
Bella dan Daniel, segera melepaskan pelukan mereka.
"Kami tidak apa-apa, Sayang," jawab Bella.
"Tapi, kenapa kalian saling berpelukan? Ibu, juga sedang menagis, ya?" tanya Diana dengan raut wajah polosnya.
Bella pun bergegas mengusap air matanya.
"Tidak, Ibu tidak menangis, Diana," ucap Bella.
"Bu, temanku Clara bilang dia akan pulang," tukas Diana dengan lirih.
Bella segera menajamkan kedua matanya. Sebenarnya dia sangat kesal mendengar Diana menyebut nama itu lagi.
Ini sama saja hanya memperkeruh keadaan. Akan tetapi Bella juga merasa penasaran akan teman Diana yang bernama Clara itu.
"Memangnya temanmu bilang apa saja?" tanya Bella pada Diana.
"Dia bilang, akan pulang ke London bersama ibunya." Jawab Diana.
"Ibunya puang ke London? Kapan tepatnya?" tanya Bella.
"Hari ini, Bu. Mereka sudah berangkat sekitar, beberapa jam yang lalu. Sebelum berangkat Clara menemuiku di sekolah." jelas Diana. Bella menghentikan pertanyaannya. Dia mulai berpikir jika apa yang diucapkan oleh Diana itu ada sangkut pautnya dengan kepergian Alice. Dan kemungkinan besar jika Alice yang saat ini mengaku sebagai Sea memang tengah pergi ke London.
"Baiklah, Diana. Kamu kembali ke ruang TV, ya! Sebentar lagi makanannya sampai. Dan sekarang jam film kartun kesukaan, kan?" ujar Bella.
"Ah, Ibu, benar!" Anak gadis itu pun langsung berlari masuk ke ruang TV.
Dan Bella sedikit tenang, kemudian dia melanjutkan obrolannya bersama dengan Daniel.
"Bu, teman-teman Diana bilang jika Diana yang sekarang menjadi aneh. Dia sering berbicara sendiri. Bahkan mereka mengadu kepadaku, dan mengatakan jika Diana itu anak yang menakutkan karena punya teman seorang hantu." Tutur Daniel pada Bella.
"Ah, Ibu juga sudah tahu soal itu. Ibu pusing, Daniel. Apa yang harus Ibu lakukan?"
"Bu, bagaimana dengan seorang Paranormal? Orang bilang Paranormal bisa megusir hantu dan mengetahui keberadaan hantu?" ujar Daniel.
To be continued