Ucapan Daniel membuat Bella kembali teringat dengan Madam Anyelir, tetangga baru mereka.
"Ibu, kenapa melamun lagi?" tanya Daniel, seraya menggerakkan tubuh sang Ibu. Bella kembali mengerjapkan kedua bola matanya dengan cepat.
"Ibu, sedang mencerna ucapanmu tadi, Daniel!" jawab Bella.
"Maksud, Ibu, ucapan yang mana?"
"Yang tentang Paranormal!" jawab Bella.
"Oh ... lalu Ibu akan berbuat apa selanjutnya?"
"Kita harus pergi ke rumah tetangga sebelah, Daniel!"
"Loh, memangnya ada apa dengan rumah tetangga sebelah, Bu?"
"Dia itu seorang Paranormal, Daniel!" jawab Bella seraya menarik tangan Daniel.
Berjalan tergopoh-gopoh, keduanya mendatangi rumah Madam Anyelir. Tentu saja Bella ingin meminta bantuan dari wanita itu.
"Jadi rumah ini sudah ada yang menghuni, Bu? "
"Iya, Daniel,"
"Oww ... yasudah tekan belnya, Bu!" suruh Daniel.
"Baiklah" jawab Bella.
Wanita itu sudah menekan tombol bel sebanyak 1 kali, namun dari arah rumah mereka terlihat seorang kurir pengantar makanan cepat saji yang mereka pesan tadi.
"Bu, pesanannya sudah sampai! Kita makan dulu, ya! Aku lapar!" ujar Daniel.
"Tapi—"
"Bu, Diana pasti juga sudah kelaparan, Bu!" ucap Daniel. Bella pun tak bisa menolak ajakkan putranya. Dia juga tidak tega jika kedua anaknya kelaparan.
'Sebaiknya, aku memang harus pulang. Toh rumah Madam Anyelir hanya bersebelahan dengan rumahku. Jadi aku bisa datang kapanpun aku mau!' bicara Bella di dalam hati.
Akhirnya wanita itu memilih untuk menemani putra-putrinya.
Bella menemui sang Kurir dan membayar makanan pesanan mereka.
Kemudian mereka masuk ke dalam ruang, dan mulai menyantap makan siang mereka.
Sementara itu Madam Anyelir, baru saja keluar dari dalam rumahnya.
"Ah, mereka sudah pergi," gumamnya dengan perasaan kecewa.
Sebenarnya wanita itu dapat membaca hal buruk yang terjadi di rumah sebelahnya, hanya saja ... dia tidak mau mengatakan tanpa diauruh terlebih dahulu, karena hal itu sama saja dengan pamer kemampuan.
Dan Madam Anyelir paling anti menunjukkan kemampuannya tanpa diminta oleh orang yang memerlukan.
Madam Anyelir tampak mengepalkan kedua tanganya.
"Dasar, Wanita Jahat. Aku tidak akan membiarkan dirimu berkeliaran di dunia ini," gumam Madam Anyelir. Lalu wanita itu masuk ke dalam rumahnya lagi.
***
Bebrapa saat kemudian, Daniel dan Diana sudah selasai makan siang.
Bella mulai merapikan piring-piring kotornya.
"Diana, setelah ini kamu tidur, ya," titah Bella kepada putrinya.
"Baik, Bu!" jawab Diana bersemangat.
Setelah itu Daniel membantu sang Ibu.
"Biar aku rapikan, Bu. Ibu istirahat saja," ujar Daniel.
"Terima kasih, Sayang," jawab Bella.
Daniel segera membawa piring-piring kotor dan gelas menuju wastafel. Daniel menghentikan pekerjaannya sesaat, dia melirik kearah ibunya yang tampak tidak tenang. Daniel segera menyelesaikan pekerjaannya dan setelah itu menghampiri Bella.
"Apakah, Ibu, akan mendatang rumah tetangga sebelah?" tanya Daniel.
"Iya. Ibu ingin ke sana, Daniel," jawab Bella.
"Kalau begitu ayo kita ke sana, Bu! Biar aku antarkan, Bu. Aku sudah selesai mencuci piring," ujar Daniel.
"Baiklah," Bella menggandeng tangan putranya dan pergi ke rumah Madam Anyelir.
***
Bella menekan bel pintu rumah itu lagi, dan tak lama Madam Anyelir keluar.
"Ayo, silahkan masuk," suruh Madam Anyelir.
"Terima kasih," sahut Bella seraya menundukkan kepalanya dengan sopan.
Memasuki rumah Madam Anyelir, hawa aneh terasa. Suasana begitu senyap.
Ruangan di penuhi dengan benda-benada antik, dan ada banyak sekali koleksi boneka arwah milik wanita itu. Dalam ruangan prakteknya juga dipenuhi dengan hiasan lilin, ada bola lampu untuk meramal, serta kartu tarot. Benar-benar khas kediaman seorang Peramal.
Seketika bulu kuduk Bella dan Daniel meremang, mereka tampak ragu-ragu untuk masuk lebih dalam. Namun Madam Anyelir sudah mempersilakan mereka masuk. Kalau mereka menolaknya, Bella takut malah akan membuat Madam Anyelir menjadi tersinggung.
"Mari silakan duduk," titah wanita itu kepada Bella dan Daniel. "Apa kau ingin bertanya tantang keberadaan saudarimu?" tanya Madam Anyelir seraya melirik Bella.
Tentu saja pertanyaan itu membuat Bella tercengang.
Karena dia belum bercerita apapun kepada wanita juga, namun anehnya dia malah sudah bisa menebaknya.
"Bagaimana Anda bisa tahu jika saya ingin mencari saudari saya?" tanya Bella dengan ekspresi herannya.
Madam Anyelir hanya tersenyum mendengar pertanyaan Bella.
"Tentu saja. Sejak saya memasuki rumahmu, saya langsung membaca segala kejadian yang meninpa kalian," jawab Madam Anyelir.
Bella pun semakin yakin, jika dia memang mendatangi orang yang tepat.
"Madam, apa Anda tahu di mana keberadaan Alice? Dan sebenarnya apa yang telah terjadi kepada adikku itu?" tanya Bella.
Madam Anyelir memejamkan matanya sesaat dengan mulut komat-kamit. Kemudian dia kembali melirik kearah Bella dan Daniel.
"Dia ada di suatu tempat. Arwah Wanita Jahat itu telah membawanya!" jawab Madam Anyelir.
"Apa maksud, Anda?" tanya Bella.
"Sea! Wanita jahat yang bernama Sea! Dia ada di dalam tubuh adikmu!" jawab Madam Anyelir.
Bella tidak bisa berkata-kata lagi, entah benar atau salah perkataan Madam Anyelir, yang jelas ini membuat Bella merasa dilema, antara percaya dan tidak percaya.
"Aku tahu, orang seperti kalian tidak mudah mempercayai ramalan. Akan tetapi aku ingin kau terus berdoa, agar Alice bisa mengendalikan dirinya sendiri, tanpa menuruti perintah arwah jahat itu," ujar Madam Anyelir menasehati Bella.
"Apa, hal itu benar-benar bisa membuat Alice kembali?" tanya Bella.
"Mungkin bisa. Karena hanya itu satu-satunya cara bagimu untuk membantu adikmu," jawab Madam Anyelir.
"Tapi, aku masih tak tenang, Madam!"
"Kamu tenang saja, aku akan membantumu dengan sekuat tenagaku."
"Maaf, kalau heh tahu bagaimana cara Anda membantu kami?"
"Aku akan menemui Sea, dan bertanya apa yang ia inginkan dari Alice. Mungkin jika kita bisa menurut permintaannya maka Alice juga akan kembali," ujar Madam Anyelir.
Bella pun mulai mempercayai ucapan Madam Anyelir, bagaiamana pun wanita ini benar-benar meyakinkannya.
Dia tidak boleh hanya mengandalkan Felix saja, dia juga harus mencari bantuan orang lain untuk menemukan Alice serta membuat keadaan kembali baik-baik saja.
Entah apapun yang akan terjadi pada Alice selanjutnya. Bahkan jika Alice akan dijebloskan ke Rumah Sakit Jiwa, atau pun Penjara, tidak mengapa bagi Bella. Setidaknya dia bisa melihat keadaan Alice baik-baik saja. Tidak seperti sekarang ... Alice bisa saja melukai dirinya sendiri, serta bisa saja dia membunuh orang lain.
"Baiklah ... sekarang kau boleh pergi, Bella." Tukas Madam Anyelir.
'Bahkan dia juga sudah tahu namaku!' batin Bella.
"Yah, aku tahu. Bahkan nama kedua anakmu juga tahu, Daniel, dan Diana, 'kan?" tanya Madam Anyelir. Wanita itu seperti bisa membaca pikiran Bella. Ini membuat Bella semakin tercengang.
To be continued