Chereads / My Weird Assassin / Chapter 10 - Mission Accomplished

Chapter 10 - Mission Accomplished

CHAPTER 9

"Success is only achieved from yourself, and for yourself." - Sean Xavon.

In the previous section :

"Regret does come late, and I feel it now when I accept you as my assassination mission partner."

Cittttttt

Suara rem yang mendadak pun terdengar sangat jelas, bahkan membuat kedua orang laki-laki di dalamnya sedikit terhentak, untung saja sabuk pengaman melindungi mereka.

Bahkan, di aspal pun terlihat jelas jejak bekas ban yang bergesekan, di akibatkan oleh rem mendadak.

"Get out of my car."

Sean menatap laki-laki di sebelahnya. Mereka sudah terbebas dari aksi kejar mengejar, dan berhasil meloloskan diri saat mobilnya masuk ke dalam terowongan kereta bersamaan dengan kereta yang mengikuti mereka dari belakang, ini cukup menguji adrenalin.

Sang lawan bicara Sean aka Theo kini mengerjapkan kedua mata. "But we haven't reached our destination yet."

Sean mendengus, ia mengembalikan wajah aslinya setelah melakukan penyamaran kelas tinggi yang di hasilkan dari barang kepunyaan D. Krack.

"Kau tau kalau sejauh ini sudah mengacau? Jadi, enyahlah."

"Tapi selalu ada kesempatan kedua untuk orang yang gagal."

"Kalau begitu, buktikan pada ku dan turun dari mobil ku sekarang juga."

Mendengar bahwa Sean sedang mengeluarkan nada bicara seperti memerintah, hal ini menjadikan Theo menganggukkan kepalanya. Ia memberikan koper di tangannya kepada laki-laki hebat di sampingnya. "I thought it was yours, we meet again at headquarters."

Setelah itu, Theo dengan tanpa amarah pun keluar dari mobil Sean. Ia tidak keberatan jika memang harus menunjukkan kesempatan kedua lebih daripada yang sebelumnya. "I promise I won't mess up your plans again."

Sean hanya menatap Theo, lalu mengalihkan pandangan ke depan. "Tetap gunakan wajah itu, aku tidak ingin kau dikenali, apalagi sampai kaki tangan Albert mengenali wajah mu."

Dan setelah berkata seperti itu, Sean memilih untuk melajukan mobilnya meninggalkan Theo sendirian di kawasan industri tua yang telah berhenti beroperasi.

Angin berhembus, meniupkan helaian rambut Theo yanh tampak sedikit lepek karena tadi berkeringat karena habis dihadapi dengan kejadian kejar-kejaran yang cukup menguras tenaganya.

"I'll prove it, don't let D. Crack feel ashamed to hire someone like me."

Perumahan besar yang terlihat megah, berada di tengah-tengah hutan belantara yang bahkan akses jalannya sangat sepi karena jarang ada kendaraan yang berlalu lalang, apalagi jalanan ini tidak menghubungkan ke akses jalan manapun, jadi keadaan sekitar sangat sepi dan lebih dominan di isi dengan pepohonan yang menjulang tinggi di sepanjang tepi jalan.

Suara knalpot mobilnya terdengar halus, bahkan hampir tidak terdengar.

Yang mengendarai mobil ini adalah Sean, ia ingin ke tempat seseorang yang menyewa jasa pembunuhannya. Seseorang yang mengincar koper yang saat ini berada di pangkuannya.

Sekarang waktu hampir menjelang subuh dan ia masih berkendara, belum beristirahat. Ya beginilah kehidupan para assassin, waktu istirahat berkurang, namun jumlah uang di kartu ATM semakin bertambah.

Sepenting apa koper ini, tidak ada yang tau, termasuk Sean. Yang ia lakukan adalah menjalankan perintah, di bayar dengan biaya yang tinggi, setelah itu ia tidak ada lagi urusan dengan konsumen.

Mobil Sean berhenti tepat di gerbang yang menjulang tinggi —tidak memungkinkan maling kelas kakap menerobos masuk—. Tidak ada penjaga, seperti security atau semacamnya tidak terlihat satu pun. Sistem keamanan barulah terlihat. Berbagai macam senjata peledak seolah-olah keluar dari dinding bagian dalam dan mengarah ke mobilnya, bahkan ada sinar scanner berwarna merah yang menyorot ke arah mobilnya, dari depan mobil hingga belakang, seperti di periksa.

"Welcome, Mr. Sean. Your presence has been awaited by the big boss, please come in and meet him in the weapon room, thank you." Dan bersamaan dengan suara robot komputer wanita, berbagai macam senjata peledak itu langsung di tarik kembali dan menghilang.

Pintu gerbang terbuka otomatis. Sean mulai mengendarai kembali mobilnya, ia memasuki pekarangan rumah megah nan mewah. Ia sendiri pun sudah mengetahui latar belakang orang yang menyuruh dan membayarnya untuk melakukan tindak kriminal yang ini, dia adalah seorang mafia, bukan mafia besar namun kedudukannya cukup berpengaruh.

Sean melajukan mobilnya dengan perlahan, ia mengawasi sekitar halaman rumah ini yang terdapat labirin di sisi kiri dan sisi kanan ada gazebo yang terlihat indah.

Saat mengembalikan pandangan, menatap lurus, kini terlihat jelas ada robot yang menghampirinya.

Sean tidak menghiraukan, dan tetap melajukan mobil dengan robot tersebut yang mengikuti di samping kendaraannya. Padahal, robot itu bisa menunggunya saja, kan?

Menghentikan mobil tepat di samping sebuah patung yang menjulang tinggi, ia tidak ingin parkir di posisi yang tidak menguntungkan baginya.

Keluar dari mobil dengan koper yang sudah berada di tangannya. Sean terlihat sangat tampan, bahkan tidak peduli jika ia beberapa saat yang lalu habis menerjang jalanan karena ada kesalahan dalam misinya.

"Sir, I will park your car."

Suara robot yang terdengar seperti bergender perempuan itu pun hinggap di telinga Sean, menjadikan ia menolehkan kepalanya ke satu robot yang sejak tadi mengikutinya, setinggi pinggingnya.

"No need, if you move my car, I will kill you."

Sean dengan raut wajah yang sangat datar pun langsung saja bergerak untuk menuju ke pintu utama rumah. Sebagai seorang Assassin, ia sangat menjaga apa yang menjadi barang incaran orang yang menyewa jasanya.

Tidak perlu menekan bel atau menjulurkan tangan untuk mengetuk pintu, pintu utama rumah pun langsung terbuka tanpa merepotkannya.

Nuansa rumah yang menarik. Di luar dari kemegahan rumah ini, terlihat isi bagian dalam rumah yang sangat jauh dari ekspetasi. Terdapat beberapa patung di sepanjang lorong masuk rumah, namun ini bukan hal yang menjadi daya tariknya.

Sean hanya diam di depan pintu utama. Sebagai seorang pembunuh bayaran yang terkenal, ia tidak memiliki waktu untuk menghampiri konsumen jika memang perjanjian pembunuhan yang harus dilakukannya ini melibatkan pencurian barang.

Entah apa yang ada di koper ini, pasti bukanlah hal yang sepele.

"Welcome Mr. Sean, thank you for working with me. It's not my fault that I hired your assassination services,"

Terlihat seorang pria dengan perawakan yang cukup menyeramkan, di salah satunya matanya terdapat garis tengah yang membuat satu mata itu tertutup, sepertinya bekas luka tusuk atau terkena benda tajam yang mengakibatkan satu matanya cacat. Dia bernama James Christian Moa, terkanal sebagai salah satu mafia yang ditakuti.

Mendengar itu, Sean menganggukkan kepalanya dengan sopan. Koper yang berada di tangannya masih ia genggam dengan sangat erat. "Thank you, Mr. James. I have brought what you wanted." Ia berkata sambil mengangkat tangannya, menunjukkan koper yang ia bawa.

James menganggukkan kepala, lalu ia menepuk tangannya sebanyak dua kali, dan terlihat robot yang tadi mendekati Sean kini mendekat ke arah mereka.

Terdengar suara robot yang berubah bentuk, dan di perut robot tersebut terbuka, tampak berdiri tepat di hadapan James.

"Just put the suitcase in the robot's belly, after that all our deal is done."

Sean melangkahkan kakinya dan meletakkan koper tersebut disana. Saat koper sudah berada di dalam perut robot, bagian perut luar yang entah terbuat dari besi atau material lainnya pun kini kembali tertutup rapat bersamaan Sean yang kini mengembalikan titik fokus pandangan mengarah ke James.

"Thanks for using my assassination service, excuse me."

Tapi, baru saja Sean ingin memutar langkah, apa yang dikatakan oleh James selanjutnya membuat ia mengurungkan langkah yang niatnya ingin pergi dari sini.

"Before you go, I have a big offer for you, Sean."

Next chapter