Adriana mengambil Evan dari Dave kemudian segera memandikannya. Setelah itu, dia mengenakan pakaian untuknya berupa celana pendek berwarna biru gelap dipadu dengan t-shirt kedodoran berwarna kuning bergambar sepeda kecil, serta menyisir rambutnya dengan style spiky. Setelahnya, dia memberikan mainan pada putranya itu, dan tetap di tempat tidur agar dia tidak lari ke mana pun.
Saat anaknya sedang bermain, Adrina bergegas mandi juga. Ah, terlihat sangat terburu-buru. itulah yang terjadi setiap pagi supaya dia bisa ikut sarapan bersama keluarga suaminya itu.
Usai mandi, Adriana mengenakan mini dress berwarna abu-abu dipadu dengan atasan cream, lalu memoles wajahnya dengan make up tipis. Dia juga menyisir rambut panjangnya lalu membiarkannya tergerai begitu saja, dan tak lupa menyemprotkan parfum beraroma blossom ke arah tubuhnya. Setelah itu, dia langsung membawa Evan ke ruang makan.
Di ruang makan yang bernuansa metalik itu, semua anggota keluarga telah berkumpul. Adriana duduk di sebelah Mark dengan Evan di sampingnya, dan semua orang mulai makan sedangkan dia segera mengambilkan seporsi makanan untuk suaminya.
"Mama masak sup ayam tadi," kata Margareth saat Adriana hendak mengambilkan Pot Roast untuk Mark. Wanita paruh baya itu terlihat glamor dalam balutan setelan dress berwarna merah marun, memakai make up agak tebal serta menggelung rambutnya sedikit ke atas.
"Aku akan makan sup saja. Di pagi hari lebih enak makan makanan yang hangat dan berkuah," kata Mark dengan santai.
Adriana menghela nafas, merasa kecewa masakannya tidak dimakan oleh Mark padahal sengaja dia buat untuknya. Dia melirik mertuanya yang sepertinya memang sengaja ingin membuatnya kecewa.
"Adriana sudah membuat pot Roast kesukaanmu, Mark. Kamu bisa memakannya, lalu makan sup buatan mama," kata Dave yang menyadari Adriana terlihat kecewa. Pria yang mengenakan setelan jas hitam itu melirik sang kakak dengan tidak suka, lalu melirik ibunya dengan tidak suka pula karena mereka tidak menghargai Adriana samasekali.
Mark menghela napas, melirik Dave yang terlihat akan mengaturnya. "Aku sedang tidak mood untuk makan Pot Roast. aku hanya ingin sup ayam," ucapnya dengan tatapan datarnya.
Tak ingin berdebat di meja makan hanya karena masalah makanan, Adriana memilih menuruti keinginan Mark..
"Tidak apa-apa. makan sup ayam memang lebih enak, apalagi disantap di pagi hari yang dingin seperti ini," ucap Adriana dengan tersenyum santai, kemudian mengambil sup ayam dalam mangkuk kecil, lalu meletakkan di hadapan Mark, berdampingan dengan piring berisi sedikit nasi..
Margareth hanya tersenyum sinis melirik Adriana. Wanita tua itu tampak bersorak gembira melihat menantunya kecewa. Entah apa yang dia inginkan sebenarnya?
Adriana segera mengambil makanan untuk dirinya sendiri, lalu makan sambil menyuapi Evan. Anak laki-laki itu sepertinya menyukai apa pun yang disukai olehnya, dan tidak peduli pada kondisi lingkungan karena dia sudah hafal dengan sikap mereka pada ibunya.
"Well,.lebih baik aku yang makan Pot Roast yang lezat ini, daripada membuangnya." Dave mengambil pot Roast setelah menghabiskan chicken steak nya.
Adriana tersenyum kecil melirik Dave yang bersikap begitu karena tidak ingin melihatnya kecewa.., Namun, siapa pun akan tetap kecewa jika makanan yang telah dimasak untuk orang yang dicintai tidak dimakan sama sekali. Itulah yang Adriana rasakan ... seperti tidak dihargai.
"Ngomong-ngomong, kemarin aku bertemu Maura, dia semakin cantik setelah kembali dari Jerman. Dia juga bilang sangat merindukanmu," kata Byanca sambil menatap Mark.
Seketika Mark yang sedang makan pun jadi kaget dan tersedak.
uhuukk... uhuhkkk...
Adriana segera mengambilkan minuman untuk Mark.
"Maura?" tanya Mark setelah minum.
"Ya, Maura, mantan kekasihmu," jawab Byanca sambil melirik Adriana. Uh, betapa menyebalkannya gadis bajingan itu. Dia sengaja menjadi kompor yang akan membakar hati kakak iparnya.
"Lupakan saja!" seru Mark lalu melanjutkan aktivitas makannya namun dengan tatapan yang terlihat gusar.
"Okay," sahut Byanca kemudian lanjut makan. Sesekali dia melirik Adriana yang kini tidak terlihat nyaman, membuatnya tersenyum senang karena sudah merusak suasana hatinya. Dia sama buruknya seperti Margareth.
Mark hanya fokus makan dengan pikiran yang mulai dipenuhi oleh bayang-bayang wajah Maura.
Di masa lalu, Mark sangat mencintai Maura. Namun, gadis itu pergi ke luar negeri untuk mengejar cita-citanya. Hal itu membuat Mark frustrasi dan memilih menjalin hubungan dengan Adriana, meskipun dia tidak mencintainya. Dan jadilah sekarang, dia terlihat bosan pada Adriana..
Adriana terdiam setelah mendengarkan percakapan antara adik iparnya dengan suaminya. Dia merasa sedikit terluka dan juga khawatir. Dia takut suaminya akan berpaling darinya setelah bertemu Maura. Yeah, dia yakin cepat atau lambat gadis itu akan bertemu suaminya.
"Selesaikan makanmu dulu lalu bicara, Byanca!" kata Dave dengan ketus. Dia tahu maksud gadis itu adalah membuat Adriana tidak nyaman dan terluka. Dia juga kesal pada Mark karena tidak memperhatikan istri dan anaknya samasekali
Terkadang, Dave merasa kasihan pada Adriana. Baginya, kakak iparnya adalah sosok istri yang sempurna tetapi dia tidak mengerti mengapa ibu dan adiknya tidak menyukainya. Mereka sering tidak peduli dengan Evan.
Dave merasa, di rumah ini hanya dia yang peduli pada Adriana dan Evan, berbanding jauh dengan Mark yang acuh sebagai figur suami dan ayah..