Chereads / Love, Jerk, and Affair (Indonesia) / Chapter 7 - Mulai berkhianat

Chapter 7 - Mulai berkhianat

Pada malam hari, Adriana sedang menidurkan Evan di kamar pribadinya. Anak itu terkadang tidur dengannya dan Mark. Namun, terkadang tidur sendiri atau ditemani Dave.

Setelah Evan tertidur, Adriana melihat jam di smartphone-nya yang menunjukkan waktu pukul 08.30 pm, namun Mark belum juga pulang. Entah kenapa suaminya itu sering pulang larut malam, meninggalkannya dengan perasaan kesepian dan gelisah. Keduanya bahkan jarang mengobrol meski hanya membicarakan hal-hal sepele. Ibu muda itu merasa resah karena rumah tangganya mulai hambar.

Adriana berjalan keluar dari kamar Evan dan hendak kembali ke kamarnya. Dari ruang tamu, dia melihat Mark baru saja masuk dengan tas kerjanya. Dia pun batal masuk ke kamar dan langsung menyambut suaminya.

"Baru pulang." Adriana berjalan mendekati Mark.

"Aku sedikit sibuk. siapkan air hangat karena aku ingin segera mandi," seru Mark dengan tatapan datar sambil menyerahkan tas kerjanya pada Adriana. Istrinya hanya mengangguk sambil meraih tasnya, lalu mengikutinya berjalan menuju kamar.

Setelah menyiapkan air hangat, Adriana langsung menghampiri Mark yang sedang duduk di tepi ranjang sambil mems smartphone-nya. Pria itu terlihat sexy karena hanya mengenakan handuk setinggi pinggang

"Airnya sudah siap."

"Hmm."

Mark meletakkan smartphone-nya di atas meja dekat ranjang, lalu segera berjalan ke kamar mandi. sementara Adriana sedang merapikan pakaiannya.

Drett... drett..

Smartphone Mark bergetar. Adriana langsung mengecek smartphone suaminya dan melihat ada pesan masuk dari nomor tak dikenal. Dia segera membuka, lalu membaca pesan itu.

_Terima kasih atas waktumu, terimakasih sudah bersedia menemui ku lagi.

Aku masih mencintaimu._

Adriana mengerutkan kening setelah membaca pesan itu. Dadanya terasa sesak seolah ada serangan di hatinya.

'Pesan siapa ini?' pikir Adriana, lalu meletakkan kembali smartphone suaminya kembali ke atas meja. Dia lanjut merapikan pakaian Mark dan juga menyiapkan piyama untuk dipakai nanti.

Selesai dengan tugasnya, Adriana duduk termenung di tempat tidur sambil memikirkan pesan tadi. Dia ingat apa yang dikatakan Byanca tadi pagi,. mengatakan sempat bertemu dengan Maura, mantan Mark.

"Mungkinkah itu pesan dari Maura? Apa mereka baru saja bertemu? Apa yang terjadi di antara mereka? Adriana bertanya-tanya.

Ceklek...

Adriana mengalihkan pandangannya ke arah Mark yang baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu segera mengenakan piyamanya, lalu menyisir rambutnya. Setelah itu, dia mendekatinya yang sedang duduk di tempat tidur.

"Kenapa Evan tidak tidur di sini?" tanya Mark sambil menatap Adriana yang sedang bermain dengan smartphone-nya.

"Aku harus melatihnya untuk tidur sendiri supaya tidak manja," jawab Adriana.

"Itu benar." Mark mengangguk setuju.

"Itu artinya malam ini hanya untuk kita berdua," katanya sambil tersenyum menggoda pada Adriana.

Wanita yang suasana hatinya memburuk sejak membaca pesan itu hanya tersenyum kaku sebagai balasan atas senyum suaminya, karena hatinya gelisah dan curiga.

Mark segera mendekatkan wajahnya ke wajah Adriana.

"Aku menginginkanmu malam ini." perlahan, ciuman dari Mark mendarat di bibir Adriana.

Adriana hanya tersentak pasrah, secara refleks dia membalas ciuman Mark dengan lembut. Pelan-pelan, suaminya melucuti pakaiannya sampai tidak tersisa, membuat tubuhnya yang sexy terpampang jelas.

Adriana yang merindukan sentuhan Mark hanya bisa pasrah. meskipun dia tidak nyaman dengan hatinya, dia tetap melayaninya dengan sepenuh hati. Selama satu jam mereka bercinta sampai mereka berdua puas, lalu tertidur pulas.

----

Saat tengah malam, Adriana terbangun saat rasa haus melanda tenggorokannya. Dia segera duduk dan melihat ke samping, ternyata Mark tidak ada.

"Di mana dia, mungkinkah pergi ke kamar mandi?" Adriana bertanya-tanya.

Jam dinding menunjukkan pukul 00.15. Adriana segera memakai kembali piyamanya dan berjalan keluar kamar untuk mengambil air minum di dapur.

Saat melintasi ruang tengah yang tampak sangat hening, Adriana melihat Dave yang sedang tidur di sofa berwarna abu-abu dengan posisi duduk bersandar.

"Hmm... Kenapa dia tidur disini?" Adriana segera menghampiri Dave berniat untuk membangunkannya, dan menyuruhnya untuk pindah ke kamar.

"Dave... bangun!" seru Adriana sambil menepuk pelan pipi pria itu. "Dave, jangan tidur di sini!"

"Hmm," kata Dave, mencoba membuka matanya yang masih mengantuk.

"Pindah ke kamarmu, Dave!" seru Adriana. .

"Tubuhmu akan sakit jika tidur tidak nyaman seperti ini."

Dave membuka matanya lebar-lebar, mencoba mengumpulkan nyawanya sambil menatap Adriana.

"Kenapa kamu belum tidur?" tanyanya.

"Aku sudah tidur tadi," jawab Adriana. ."Aku haus dan ingin minum di dapur, aku melihatmu tidur dengan tidak nyaman di sini. sebaiknya kamu pindah."

"Aku lelah. Jadi, aku tertidur di sini." Dave mengusap wajahnya kasar. Dia terlihat sangat kusut dan kusam dalam balutan celana dasar hitam dan kemeja putih yang tidak dimasukkan.

"Ya, sana cepat pindah!" seru Adriana.

Dave hanya terdiam karena masih mengantuk, lalu memaksakan diri untuk berjalan dengan terhuyung-huyung meninggalkan ruang tengah.

Adriana berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air minum, lalu membawanya kembali ke kamar. Dia tidak bisa tidur lagi. Rasa Gelisah dan penasaran tentang ke mana suaminya malam-malam seperti ini, selalu terlintas di benaknya.

---

Di dalam kamar, Adriana duduk di tepi ranjang, mencoba menghubungi Mark tetapi tidak ada jawaban. Dia makin kesal, gelisah dan akhirnya melempar Smartphone-nya ke tumpukan bantal.

"Di mana dia, kenapa dia belum kembali? Apa mungkin dia tidur di kamar Evan?" gumam Adriana kesal, lalu bergegas ke kamar putranya.

Di kamar pribadinya, Evan tidur dengan Dave. Ternyata pemuda itu tidak pindah ke kamarnya, melainkan pindah ke kamar keponakannya. Adriana menghela napas kasar, lalu menutup pintu dan kembali ke kamar.

'Baru saja aku merasakan sentuhan itu setelah hubungan kami menjadi hambar. Tapi sekarang dia pergi entah ke mana? Apa mungkin dia menemui Maura?' pikir Adriana sambil berjalan menuju kamar.

Setelah beberapa menit berlalu, Adriana masih belum bisa tidur. Dia memutuskan untuk pergi ke balkon untuk mencari udara segar.

Dari balkon, Adriana menatap bulan yang bersinar terang dan hanya satu bintang yang terlihat. Seperti dia saat ini merasa kesepian meskipun dia memiliki suami.

'Kenapa aku tidak bisa berhenti mencintaimu, sikap mu selalu seperti ini, dan berlaku baik jika kamu membutuhkan aku untuk melayanimu,' pikirnya mengutuk dirinya sendiri karena mencintai suami yang tidak lagi memberikan kasih sayang dan tampak seperti pembohong.

___

Seorang pria duduk di kursi klub dengan sebotol minuman dan gelas di depannya. Dia terus minum terlepas dari kebisingan di klub.

"Aku tidak bisa mencintainya lagi. Asal kamu tahu, aku hanya merasa kasihan padanya selama ini!" katanya tidak jelas kepada gadis di sampingnya. Dia adalah Mark yang terlihat sangat mabuk.

"Lalu, kenapa kamu masih bertahan dengannya, Sayang? Bukankah sudah ada aku yang kembali hanya untuk bersamamu?" Maura bertanya sambil melingkarkan lengannya di bahu Mark. Pria itu tersenyum pada gadis yang notabennya adalah mantan kekasihnya.

"Aku kasihan pada Evan," jawab Mark.

"Sayang... jika kamu berpisah dari Adriana, aku bisa menjadi ibu bagi Evan," kata Maura dengan mudah. Dia pikir Adriana akan tinggal diam dan membiarkan anaknya diasuh oleh gadis tidak tau malu sepertinya?

Mark mengerutkan kening mendengar kata-kata Maura, lalu tersenyum sinis padanya.

"Tidak ada ibu yang sangat baik seperti Adriana." Mark minum sampanye lagi. "Aku yakin dia tidak akan membiarkan Evan diurus oleh ibu tiri, aku juga tidak tega memisahkan mereka berdua," lanjutnya sambil meletakkan gelasnya yang sudah kosong.

Mark bangkit dari tempat duduknya dan berjalan goyah berniat untuk keluar dari klub, sementara Maura segera mengikutinya.

"Mark... kamu mau ke mana?" Maura bertanya sambil berjalan mengikuti Mark.

"Aku akan pulang," jawab Mark.

"Astaga! Bagaimana mungkin kamu bisa mengemudi dalam keadaan mabuk seperti ini, lebih baik aku mengantarmu." Maura memaksa membantu Mark keluar dari klub, menuju mobilnya. Hemm, dia akan mengantar suami orang? Lalu bagaimana dengan respon istrinya nanti?