London.
Satu bulan berlalu, wajah Tasya sudah sangat baik, hanya saja untuk mengunyah yang berat dia belum mampu karena takut beberapa jaringan kulitnya kembali merenggang.
Namun sial, selama itu juga Bumi tak pernah pulang, sesekali mengangkat telphonenya lalu hilang lagi seperti kapas.
Ringan sekali dia meninggalkan istrinya sendiri demi wanita lain, ya setiap Tasya menghubungi Bumi selalu wanita itu yang menjawab yang lebih parahnya lagi Bumi malah memperkenalkannya sebagai adik angkatnya ketimbang istrinya.
Tasya marah? Tidak. Lebih tepatnya tidak bisa dan tidak berhak.
Kalau saja dia melakukan hal gila itu, bisa dipastikan Bumi akan mengamuk, memukulnya lagi? Ah dia menghindari itu sampai lukanya benar-benar sembuh.
Untuk sekarang wajahnya jauh lebih cantik dari biasanya, hidungnya dan jaw line nya juga terangkat, seakan bertemu orang lain saat dia bercermin, tapi dia tidak terlalu suka perubahnya, toh Bumi tidak akan pernah menyukainya.
"Makan Sya"
"Lo yang masak Bang?"