Tasya POV.
Lucu ya, perasaan yang aku perjuangkan ternyata sedang memperjuangkan orang lain, ya sebodohnya aku aja sih mikir begitu, cuma sakit aja liat Bumi malah mesra sama cewe lain, padahal aku yang istrinya lagi sakit kayak gini.
Dia gak tau apa tatapan semua orang itu nyeremin, dia kira aku itu kayak lagi liat monster karena semua luka bakar ini masih terlihat sangat basah.
Tadi awalnya aku mikir kalau aku bareng-bareng sama Bang Agung aku akan dikira selingkuh, eh malah aku dapet jakpot liat suami ku sendiri yang duluan nyuri star.
"Kok bisa ya tu cewe bikin Bumi ketawa, kelebihan dia di banding gue apaan, kenapa gue gak bisa buat Bumi bahagia banget kayak tadi, ya kali gue harus berguru dulu ama dia"
Ya aku sih realistis ya, kalau tu cewe emang bisa bikin Bumi seneng, ya aku harus belajar dong sama dia, ya kali aku harus ngalah.
"London gak baik buat sehatan mental dan fisik gue"
Danau buatan ini, sialan padahal ini masih siang yang pacaran banyak banget di sini. Gak bisa dia biarin aku galau dulu apa gimana sih, gak toleran banget heran.
Namun ada banyak hal yang mulai tak ku mengerti, mungkin selama ini aku menerimanya, bahkan sampai aku mulai memikirkan ini aku masih menerimanya, tapi kenapa? Kenapa aku mudah saja menerima bahkan memaafkannya?, Dia bahkan tak pernah berbuat baik kepadaku, tak pernah membuatku nyaman setiap harinya, bahkan perlakuan kasarnya sudah seperti terjadwal di kepalanya, hari ini dia harus memukulku di bagian ini, hari besok dia memakiku dengan kata-kata kasar, lusa dia akan membakar ku mungkin hidup-hidup, bahkan simulasi merendam ku di air panas pun sudah sukses dia lakukan, lalu apa lagi besok-besok? Mengubur ku hidup-hidup?.
Kalau mulut tak berpendidikan ku bertanya dia akan dengan senang hati melayangkan tangannya kepadaku, aku rasa dia punya caranya tersendiri dalam menjawab pertanyaan.
"Indah banget gak sih tanpa perasaan tertekan"
Untuk hari ini aku mengistirahatkan hati dan otak ku perihal Bumi, toh dia juga sudah berhenti memikirkanku, atau sialnya dia tak pernah sekalipun melakukan itu.
"Every morning I get up, I wake up with broken heart"
Judul yang ku tulis untuk part terbaru karyaku, ya aku hanya berharap pembacaku untuk karyaku ini banyak agar aku bisa menghasilkan pundi-pundi dari sini.
"Tak masalah kau bangun pagi-pagi dengan perasaan tidak baik-baik saja, karena hidup itu perjalanan, akan selalu ada mulai untuk berlanjut, bukan mulai untuk selesai"
Komenan pertama yang ku dapat, ah dia pembaca baru ku, dan ya aku tipikal penulis yang senang membaca semua komentar terhadap karyaku, kadang kalau aku gabut, aku juga suka membalas mereka satu persatu.
"Ya, namun kadang ada yang harus kau selesaikan, bukan karena kau tau endingnya seperti apa, tapi karena kau harus menyelamatkan hatimu pada kisah itu, karena tidak semua cerita harus diselesaikan, layaknya membeli sepatu, jika kau tidak pas dengan ukurannya, kau tidak bisa memaksakannya, walaupun modelnya bagus dan kau suka, tetap saja dia akan melukai kakimu, tujuanmu membeli sepatu untuk melindungi kakimu kan? Bukan malah menyakitinya?."
Aku membalasnya dengan realita yang ku punya, haha aku ingin tertawa membacanya, yang pada sejatinya aku bukan seperti apa yang ku tulis, aku membiarkan sepatu sempit itu mengekang gerak kakiku hingga luka, aku terlanjut membelinya dan aku suka modelnya, kalau tidak ku pakai aku rugi.
"Tapi ada seseorang yang membeli sepatu bukan untuk dia pakai, hanya sebagai koleksi, jadi tidak bisa di samakan, kepala manusia memang semuanya hampir sama bentuknya, namun beda ukurannya, jadi intinya tak semua orang akan gampang menyerah dan tak semua orang akan gampang bertahan, karena pola pikir mereka masing-masing berbeda, hay kenalin aku galaxy, aku bisa panggil kamu siapa?"
Dia membalasnya lagi, ah aku memiliki teman baru di sini, ya setidaknya aku tak terlalu kesepian.
"Panggil aku Dunia" balasku.
"Ya Dunia, selamat berteman"
Ya siapa yang gak seneng dapet temen baru, banyak sih yang tiba-tiba komen pengen temenan, pengen kenal ini atau apa segala macem, cuma gak pernah yang aku bales kayak gini, tapi Galaxy kayaknya beda, gak tau aja feel nya sampe London.
Udara di sini sejuk, gak sama kayak di tempat tadi, gerah banget emang di sana, kayaknya cuaca sama suasana hatiku lagi kerja sama.
"Pas gue oplas entar tu bagus gak ya? Apa jelek? Kalau jelek Bumi makin males dong liat gue"
Bumi lagi Bumi lagi, ya gimana dong ya, kalau udah nikah gak mungkin dong mikirin cowo lain, kata Nenek ku waktu itu ya, jadi wanita kalau udah nikah gak boleh kegatelan, karmanya ke anak, orang tua yang bejad anak yang yang ngerasain dampaknya, ya walaupun Bumi gak mau punya anak bareng aku juga, tapi tetep aku gak mau hidup anak ku sengsara gara-gara aku, cukup aja aku binal sama Elang dulu, sekarang mah udah tobat.
"Mau nulis apa lagi ya... Aawww"
Baru juga nikmatin sore udah dinjek aja, dia kira aku ubin apa gimana.
"Sorry"
"Gak apa-apa kok, eh i mean it's oke"
"Indonesia?"
"Yes"
"Gue dari Ciputat" ucapnya hingga matanya hilang
"What? Wah ada juga orang Indo di sini"
"Ya ni, padahal gue udah lama juga kuliah di sini, mau skripsian, lo anak apa?"
"Kuliahnya?"
"Iya, jurusan apa?"
"Gak kuliah, kesini cuma mau healing aja"
"Oh, eh sorry tadi gue injek, gue lagi ambil foto angsa itu, nyari spot bagus makanya mundur-mundur"
Pipinya gemas, dia makhluk tergemoy setelah Bumi, fix.
Bumi juga pipinya bulat, behelan juga kayak anak baik-baik.
"Ah iya, hobby photografi?"
"Iya, kebetulan masuk organisasinya photografi"
"Ha iya"
"Ya udah gue duluan ya...
"Tasya, nama gue Tasya"
"Jay.. Jaya tapi lebih keren lo panggil gue Jay aja"
Aku tertawa, masih ada 2020 nama orang Jaya, gila kolot banget orang tua... Eh maaf gak maksud ngehina, relfek aja.
"Oke Jay"
"Semoga lain waktu ketemu lagi Tasya" teriaknya sembari mulai menjauh dariku.
"Ya, memang baiknya gue keluar rumah, ini belum apa-apa dapet temen aja, gak apa deh Bumi mau selingkuh juga yang penting gue gak kesepian"
Aku mulai mikir gimana kalau kerja sampingan aja, atau kerja part time gitu, yang Bumi gak ada di rumah dan aku bisa sekalian untuk mempersiapkan diriku dengan kota London, masa selama di sini aku keluar sekali sebulan aja, itu pun cuma buat pergi makan doang.