Chereads / BUMI UNTUK TASYA (Sequel Sekala Senja) / Chapter 26 - dua puluh enam

Chapter 26 - dua puluh enam

Jakarta.

Penyelidikan tentang kasus Senja sampai sekarang tidak menemukan titik terang, rasanya sia-sia karena benar-benar tidak ada satupun petunjuk yang bisa ditemukan.

"Sayang udah ya, ikhlasin ya"

"Gak bisa gitu dong sayang"

"Ba, ingetpun aku sama kejadian itu, aku udah gak mau permasalahin ini lagi, karena menurut aku ya percuma, buang waktu sama tenaga aja"

"Sayang"

"Please"

"Tapi seengaknya kita tau siapa orangnya, aku janji gak bakal permasalahin lebih jauh, secara kekeluargaan aja"

Senja tau betapa penyabarnya Elang, hanya saja saat ini kondisinya berbeda, mau sesabar apapun Elang dia akan tetap kesal juga.

"Aku inget sesuatu yang dia pakai, cuma aku gak terlalu yakin kalau itu dia"

"Apa? Dia pake apa?"

"Dia pakai hoodie warna abu-abu sama celana panjang hitam, kaca mata, tapi aku gak ngeliat jelas siapa dia"

Ingatan Elang tentang Tasya dan hoodienya berputar di kepalanya, namun waktu terakhir bertemu wanita itu hanya memakai kaus pendek berwarna hitam dan celana hitam tanpa kaca mata dan hoodie.

"Dia juga bawa temennya, tapi aku gak terlalu bisa liat karena wajah aku di tutupin sama plastik hitam, tapi aku rasa ada 3 orang yang mukulin aku"

"Kamu inget?"

"Menerawang, soalnya aku awalnya juga di suntik obat bius"

Senja perlahan membongkar kembali ingatannya secara paksa, tentang apa yang terjadi dengan dirinya, dan siapa saja yang bertemu dengannya waktu itu.

"Kamu ketemu sebelumnya dimana?"

"Aku gak ingat pasti, tapi rasanya di coffee shop, tapi gak tau dimananya"

"Kamu keluar waktu itu tanggal 13 agustus kan? Dan kamu di temuin tanggal 14, mungkin dalam kurun waktu tanggal 13 itu dari pagi sampai sore pihak coffee shop itu punya rekaman CCTV nya"

"Aku gak yakin sih, mungkin aja mereka lebih pinter dari kita, TKP aja bisa mereka rusak apa lagi CCTV Baba"

"Kamu bener juga"

Jujur Elang frustasi dengan ini semua, lalu apa yang bisa dia lakukan sekarang jika semua bukti yang bisa saja memberatkan pelaku malah tidak ada satupun.

"Udah ya, percuma juga kamu nyewa detektif segala macem, mereka gak nemu apapun, buang-buang tenaga sama waktu"

"Tapi aku tetap mau nyari tau sayang"

Senja memutar matanya malas, ya melawan kehendak Elang adalah kesalahan, karena dia tidak akan pernah menyerah dengan segala macam hal yang dia yakini itu benar.

"Kamu gak ada berhubungan sama Bumi lagi?"

Senja meletakan Bintang di box bayinya, jujur berat Bintang sekarang sudah cukup membuatnya kewalahan, belum lagi dia yang aktif tak berhenti bergerak.

"Berat ya sayang, sini"

Elang mengambil alih, namun mungkin karena tau itu Elang, Bintang malah bangun kembali, dan Senja menghela nafas pasrah.

"Biarin ya sayang, dia kalau sama aku gak bisa bobo" ujar Elang cengengesan.

Senja membiarkan Elang bermain dengan sang anak, walaupun ini sudah jatah Bintang tidur siang, tapi tak apa jika tidak tidur siang ini otomatis nanti malam bayi gembil itu akan tidur lebih awal.

"Pertanyaan aku gak kamu jawab"

Elang menatap Senja bingung, dia tidak fokus.

"Yang mana"

"Kamu gak hubungin Bumi lagi?"

Elang menggeleng, dia bahkan malas untuk menjalin komunikasi kembali dengan laki-laki itu.

"Buat apaan"

"Gak boleh gitu sayang"

"Mi, yang mutus persahabatan antara aku dan dia itu ya dia kan, jadi aku gak mau sok berperikemanusiaan hanya untuk baikan sama dia"

Senja menjitak kening Elang semangat, lelaki itu kadang keterlaluan, padahal dulu mereka sahabatan, memang yang menghancurkan semuanya itu adalah Bumi dan memang selalu dia yang childish dalam hubungan pertemanan mereka, tapi sepertinya kalau dua-duanya sama-sama mengedepankan ego, tak akan pernah ada penyelesaian masalah dalam semua kekacauan ini.

"Gak boleh gitu, kan namanya juga temenan"

"Lah iya emang temenan sayang, cuma kalau egois mulu kan akunya capek juga"

"Ya udah deh, aku mah apapun keputusan kamu akan aku dukung"

Elang mencium kening Senja lembut, dia beruntung memiliki gadis penyabar dan mampu membuat semua suasana hatinya jauh lebih baik, satu tahun bersama Senja adalah satu tahun terbaiknya.

"Non Senja ada Non Rose katanya mau ajak Non nyari apa gitu Bibi lupa"

Ucap Bik Atik dengan pintu yang dibuka sedikit.

"Ya udah, Bik nanti kalau Sunny bangun trus Bunda gak ada itu susunya ada di kulkas ya, minta ke Elang aja nanti" ujar Senja sembari keluar dari kamarnya.

"Oke big bos"

Senja terkekeh dengan kelakuan Bik Atik, akhir-akhir ini kerjaan mereka satu rumah sedang padat-padatnya, karena Awan dan Sunny dua gadis kecil yang tak pernah mau mengalah dengan masalah persusuan itu cukup membuat mereka kalang kabut, kalau sudah menangis satu sama lain, rumah rasanya sedang ada karnaval saking ramainya.

"Heh Bunda gue mana Rose?"

"Ke toilet, awan lucu banget please, dia punya dimple, Sunny juga lucu, ih gue pengen punya anak" ucap Rose dengan gemas.

"Ya kan mau nikah, bisa lah"

"Kalau cicil anaknya dulu boleh ga... Aww ih lo mah sakit tau alis gue" protes gadis blonde itu.

"Mulut lo, ya udah ayok jalan"

"Ya ini masih dititipin di gue gimana mau jalan dah"

Senja dan Rose menunggu Jennie datang, namun satu yang mengganggu pikirannya, sejak Elang membahas hal tadi nama Tasya menggema terus ditelinganya.

"Gue sih mau itu, lo gimana?" Hanya suara itu yang terdengar oleh Senja, dari sekian banyak celotehan Rose tentang suvenir penikahannya.

"Huh? Apaan?"

"Lo gak dengerin gue yang udah ceramah panjang lebar?"

"Sorry sorry Rose gue ngelamun"

"Lo mikirin apaan deh gue tanya"

Rose memfokuskan dirinya kepada Senja, dia tau semenjak amnesia dua bulan lalu Senja memaksa ingatannya terhadap kejadian itu, berusaha keras mengingat siapa yang menghajarnya tanpa kemanusian, dan memikirkan apa sih salahnya selama ini sampai dia mendapatkan perlakuan yang tak mengenakan seperti itu.

"Samar-samar gue tu inget outfit mereka"

"Kayak gimana tuh"

"Pakek hoodie abu-abu trus celama item sama kaca mata, yang gak mukulin gue tu pakek dress bunga-bunga pakek kaca mata item juga"

"Dress bunga-bunga? Lo yakin gak itu bos nya?"

"Hmm, ya mungkin ya"

"Gimana lo mau mastiin?"

"Mastiin apa lagi Rose?"

"Ya kalau itu Tasya apa gak dong Senja?"

"Boleh tapi lo jangan bilang Elang"

Ya Senja hanya ingin mengetahui tanpa perlu menghakimi, karena masalahnya akan semakin besar jika dia memperumit keadaan ini.

Tasya entah kabur kemana dia juga tidak tau, Bumi menutup semua akses tentang dirinya dan Tasya, bahkan sosial media Tasya juga tak sekalipun mengupdate tentang kesehariannya mengingat hadis itu sangat aktif di sosial media dulu.