Banyak hal yang tak sekalipun Kala jelaskan dalam tatapnya, Senja meraba-aba tentang apa isi hati gadis 15 tahun itu, senyumnya seakan layaknya sebuah kebohongan, dia terlalu baik dalam memainkan perannya.
"Aku boleh makan semuanya Tan?"
"Semuanya buat Kala"
"Makasi Tante"
Senja hanya bisa membalas senyumannya, entahlah rasanya dia melihat bagaimana Senja puluhan tahun lalu di diri seorang Kalani.
Hidup yang tak dipedulikan oleh sang Bunda, dibedakan perihal banyak hal dengan seorang Atthala, dan sekarang dia malah bertemu dengan dirinya yang lain di masa depan, mengenaskan.
"Kala, gak masalah untuk nangis kalau emang kamu mau nangis, gak masalah kamu sedih kalau emang kamu harus sedih, perasaan itu gunanya untuk mengekspresikan apa yang kamu rasakan bukan memendamnya"
Kala menghentikan suapannya, matanya berkaca-kaca, seketika air mata itu keluar tanpa Ia minta, ya sekali lagi hanya Senja yang paham isi hatinya.