Chapter 15 - lima belas

"lo suka?"

"Ya, gue suka bunga soalnya"

Ya mungkin akan lebih banyak yang suka dibandingkan yang tidak, jika itu menyangkut sebuah danau dan taman, banyak dari pasangan yang menghabiskan waktu untuk bersantai bersama di sini, bercerita atau sekedar melepas lelah.

Bumi datang dengan satu cola dan beberapa cemilan Indonesia yang tadi dia beli di warung ASIA.

Pemandangan lepas yang sebenarnya sering Bumi nikmati sendiri, namun hari ini berbeda, dia merasakan semilir angin dan berbagi canda tawa dengan seorang wanita.

Senyumnya merekah kala melihat bagaimana semangatnya Ayumi menceritakan tentang kekagumannya tentang tempat ini, pertama dia suka udaranya, kedua tanaman yang beragam bentuknya, belum lagi hamparan danau buatan yang luas dan memanjakan mata.

"Pantai juga bagus"

"Setuju, gue suka banget deh sama semuanya, kecuali mendaki gunung, aduh gue takut mistisnya sama takut juga suasananya, serem."

Ayumi menggelengkan kepalanya, ya dia sangat tidak suka hal mistis, ya mungkin siapa juga yang suka ya, dan juga mendaki gunung membutuhkan tenaga besar, dia tidak suka kelelahan.

Karena pernah sekali dia mengikuti hiking di sekolahnya sewaktu SMP pulang-pulang dia harus diangkut tandu karena tidak kuat lagi berjalan.

"Kalau ke Mall aja bisa keliling ampe ketemu subuh, masa hiking aja gak bisa" goda Bumi.

"Demi Tuhan ya Mi, gue ogah banget deh aktifitas yang bikin capek badan, mending tu chill sambil neflix, atau gak ya drakor"

Bumi menjitak kepala Ayumi gemas, ya dia juga sama menyukai neflix dan mungkin korea sebentar lagi.

"Lo pernah pacaran gak Mi?"

Bumi terdiam, dan itu kentara jelas, membuat Ayumi mengerutkan keningnya karena bingung dengan respon Bumi.

"Gagal move on ya lo" tebaknya asal.

Ya untuk menyembunyikan semuanya Bumi hanya tersenyum samar, seolah membenarkan apa yang Ayumi katakan.

"Gak apa-apa kali Mi susah move on, namanya juga kisah percintaan, siapa sih yang bisa kisahnya baik-baik aja, paling gak tu kalau gak rumit ya selesai"

"Gue jatuh cinta sama cewe"

"Pasti cantik"

"Ya, namanya Senja"

"Nama yang bagus"

"Hmm, dulu itu gue ketemu dia pas dia kecelakaan di depan mata kepala gue"

"Serius lo?"

Bumi mengangguk, ya karena memang benar di bahkan menemukan Senja dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Dia waktu itu keram perut, trus nabrak pohon di depan dia dan gak jauh sih sebenernya dari gue, jadi gue otomatis yang terdekat dong yang bisa nolong dia"

"Terus?"

"Gue bawa ke rumah sakit dan dokter bilang dia kista"

Ayumi menutup mulutnya tidak percaya, kista adalah hal mengerikan untuk seorang wanita, ya kemungkinan terburuk tak mendapatkan keturunan atau kematian kan?.

"Dan dia harus menjalani operasi pengangkatan rahim, dia sempet gak mau pacaran sama siapapun dan sialnya dia malah nikah sama temen gue sendiri, sahabat gue Yum"

"Kok bisa?"

"Ya awalnya tu gimana ya, mereka ketauan warga lagi melakukan tindakan asusila, tapi sebenarnya gak, Elang temen gue ini cuma marah kenapa di tubuh Senja banyak kiss mark gitu, tapi malah yang di nikahin mereka"

"Emang siapa yang ngelakuin itu?"

"Biru, mantan pacarnya Senja yang udah putus dua tahun yang lalu, pengen balikan lagi tapi ya gitu salah cara"

"Kasian Senja gak sih?"

Semenjak itu bergulir lah cerita Senja dari hal kecil hingga yang terbesar, Bumi masih menggebu-gebu menceritakan bagaimana perasaannya kepada gadis itu sampai saat ini.

"Tipe lo gimana sih Mi?"

Bumi melempar satu batu ke tengah danau yang memantul sebanyak tiga kali, dia tampaknya sangat puas dengan hasil lemparannya kali ini.

"Gak ada tipe sih gue, cantik itu kanl relatif, cuma gue suka cewe yang suka makan di kaki lima, kalau di tanya mau makan apa ya jelas gak jawabnya terserah, kalau ketemu gue ya apa adanya aja gak usah buat-buat, trus gue suka cewe jujur, karena tiang hubungan selain komunikasi ya kejujuran kan?"

"Setuju"

Karena banyak hubungan yang hancur karena kepercayaan yang sudah diberikan malah disia-siakan, untuk apa cantik dan ganteng tapi tukang boong, buat apa sempurna tapi malah gak bisa dipercaya.

"Gue belum pernah temuin itu sih Yum"

"Iya, karena terserah adalah senjata kami" Ayumi tertawa puas, namun sial untuk Bumi, hatinya bekerja 2 kali lipat lebih cepat karena sedikit dari hal yang Ayumi lakukan kepadanya saat ini.

"Gue juga Mi, dulu tu punya cowo ganteng, cuma kadar kesombongannya tinggi banget, kayak dia aja yang punya Indonesia lu tau gak? Bete banget, trus ya suka ngerendahin orang lain, suka bilang apa sih lo beli baju murah norak tau gak, dih dia aja gak tau cara fashion bekerja, kadang gue suka gedek ama dia, uang aja yang dibanggain, otak kosong" ucap Ayumi menggebu-gebu, sontak membuat Bumi juga tertawa.

Tapi kondisi kayak gini memang banyak terjadi di Ibu kota, orang yang hanya pamer dimana-mana dan merendahkan orang yang tidak sama derajatnya dengan dia, tapi lupa di atas langit masih ada Hotman Paris Hutapea.

"Tapi Senja tu paket komplit, dah kayak nasi goreng pakek sosis candzler"

"Dih, gimana emang"

"Dia anak dari Kims company, lo tau gak tu? Setau gue tu ya proyek Kakek Kim sama Bunda dia tu perumahan mewah gitu, trus nanti di jualin dah, sama dia juga punya mebel sama toko bangunan gede, itu dia yang punya loh ya bukan ortunya"

"What?, Kenalin gue ama dia dong Mi, mayan tu jadi Momy gula"

"Yaaak, ngadi-ngadi"

Mereka lagi-lagi tertawa, semua hal ini tak Bumi dapatkan dari Tasya, bahkan sekedar rasa nyaman pun tak kunjung dia nikmati.

"Kalau ni ya mau ngehalu, kira-kira lo mau pacar yang gimana Mi?"

Lelaki itu berdiri, dan mulai mendorong kursi roda Ayumi menjelajahi tempat lain yang lebih indah dari tempat yang sebelumnya.

"Kalau gue, apa ya, gue cuma mau cewe yang sama gue ngerti kegilaan gue, ngerti seberapa tempramentalnya gue, ngerti seberapa keras kepalanya gue, yang sabar ngehadapin gue, karena 30 hari dalam sebulan cuma sehari gue waras dan gak egois"

"Tapi ke gue lo baik kok Mi, gak tempramental juga"

"Ya itu karena lo temen gue, makanya gue gak pengen jatuh cinta, gue takut emosi gue akan ngehancurin semua orang yang jadi pasangan gue"

Ayumi mengangguk, ya walaupun ada bagian hatinya yang terluka tapi setidaknya dia tau apa yang Bumi suka atau tidak, bagaimana pribadi Bumi dan bagaimana cara dia memandang seorang wanita sebagai pasangannya.

Kalau yang di tanya bagaimana persaannya terhadap Bumi, jawabannya masih dalam pantauan.