Chereads / The Look Of Love / Chapter 39 - 39. Wanita Bergaun Merah

Chapter 39 - 39. Wanita Bergaun Merah

Sudah Ben duga. Deviana memang sedang menanti Gani memperhatikannya.

"Dia tidak akan melihatmu kalau kita masih berdiri di sini. Kita harus lebih mendekat," usul Ben.

Deviana terperangah. "Kamu yakin? Aduh, aku takut sekali."

"Tidak ada yang perlu ditakutkan. Percayalah padaku. Kalau Gani memang melihatmu dan dia menyukaimu, maka dia akan mendekatimu."

Deviana pun mengangguk, menuruti perkataan Ben. Mereka berdiri di dekat stan buah-buahan. Ada banyak macam buah-buahan yang bertumpuk di atas wadah es. Di bagian atasnya terdapat ukiran es berbentuk dua angsa yang sedang menari.

Acara prom ini jadi tampak seperti acara pernikahan, pikir Ben.

Lalu ben memperhatikan Gani yang tampaknya sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya yang lain. Ben pun sengaja mengajak Deviana mengobrol dengan wajah yang cukup dekat.

Ia tersenyum dan tertawa sambil terus melirik ke arah Gani. Ia memposisikan Deviana agar Gani bisa melihat penampilannya dengan jelas. Sejauh ini hanya Deviana yang mengenakan gaun berwarna rose gold yang mengkilap.

Mata Gani pun mulai melirik pada Deviana, bahkan hingga pria itu benar-benar menatap Deviana dengan intens. Rencana Ben berhasil.

Tak berapa lama kemudian, acara dansa pun dimulai. Para guru mendahului acara dansa yang kemudian diikuti oleh para mahasiswa.

Ben langsung menarik pinggang Deviana dan berdansa waltz dengannya. Berdansa bukanlah hal yang baru bagi Ben.

Ibunya Ben telah mengajarinya berdansa sejak ia masih kecil. Dalam tradisi keluarganya, berdansa adalah hal yang wajar. Setiap kali ada yang menikah, maka akan acara dansa.

Ben sudah terbiasa berdansa dengan ibunya, dan kini, ia tengah berdansa dengan seorang wanita. Ia pun mengajak Deviana untuk bergerak-gerak.

Sayang sekali, tubuh Deviana terlalu kaku. Apa yang pernah ia ajarkan waktu itu sama sekali tidak berguna. Deviana terlalu gugup untuk mengikuti gerakan Ben.

Tiba-tiba, sebuah tangan menekan bahunya.

"Boleh tukar sebentar?" ucap Gani dengan suara yang dalam. Ekspresi wajahnya jelas menunjukkan bahwa ia tidak menyukai Ben.

Ben pun menatap Deviana yang tercengang dan kehabisan napas. Lalu Ben pun melepaskan tangan dan pinggang Deviana.

Gani langsung mengambil alih. Ia melakukan hal yang sama seperti yang Ben lakukan sebelumnya. Berdansa waltz itu bukan sesuatu hal yang sulit, pikir Ben.

Ben pun keluar dari kerumunan para mahasiswa yang sedang berdansa dan berdiri di dekat stan dim sum. Ia pun mengunyah hakau yang masih hangat sambil mencocolnya dengan saus mayones.

Jadi, Ben adalah pria lajang sekarang. Seharusnya ia mengajak Lisa ke sini. Namun, semuanya pasti akan terkejut jika melihat Ben berdansa dengan wanita dewasa yang usianya lebih tua darinya.

Meski begitu, Lisa tidak tampak tua seperti usianya. Ben jadi merindukan Lisa. Ia pun mengeluarkan ponselnya dan mengirimi Lisa pesan singkat.

"Hai, Lis. Apa yang sedang kamu lakukan? I miss your body. Apakah kita bisa bertemu malam ini? Oh ya, jangan lupa hapus pesan ini setelah kamu menerimanya, oke."

Ben mengirim pesan itu dan tersenyum. Tiba-tiba, senyumnya pudar saat ia melihat seorang wanita dengan gaun merah yang sangat seksi.

Gaunnya bermodel sabrina yang membuat belahan dada sang wanita tampak menantang. Gaun itu begitu pas di tubuhnya yang molek, memperjelas lekuk pinggang dan pinggulnya.

Ben melebarkan matanya dan melihat gadis cantik yang membuat matanya silau. Seketika jantungnya berdebar-debar dengan sangat kencang.

Wanita itu sedang duduk di kursi taman sambil menyesap champagne di tangannya.

"Briella?" gumam Ben pelan.

Lalu ia pun tergerak untuk melangkah dan mendekati wanita itu.

Ben melewati kerumunan para mahasiswa dan dosen yang sedang berdansa dengan gaya acak-acakan. Lalu ia pun berhasil menuju ke pintu taman.

Anehnya, wanita itu malah duduk sendirian di sana. Ben tidak tahu siapa yang telah mengundangnya ke sini. Ia berasumsi jika Patrick yang telah mengajaknya. Selama beberapa lama ini, mereka tampak dekat.

Namun, mengapa Briella sendirian di sana? Apakah ia sedang bertengkar dengan Patrick?

Wajah Briella tampak kesal, lalu ia mengumpat, "Dasar berengsek!"

"Siapa yang berengsek?" tanya Ben yang membuat Briella tersentak kaget.

Briella mendongak dan terkejut melihat Ben sedang berdiri di hadapannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?!" serunya kasar.

"Ah, sama sepertimu," jawab Ben sambil mengedikkan bahunya.

"Oh ya? Jadi, pasangan prom-mu telah pergi bersama pria lain?" Briella menaikkan sebelah alisnya.

Ben pun tertawa pelan, lalu ia duduk di sebelah Briella. "Aku tidak menyangka jika kamu akan mengalami nasib seperti itu."

"Aku … aku sedang membicarakanmu!" ujarnya kesal.

"Ya, kan aku katakan tadi kalau aku sama sepertimu. Aku bahkan tidak menyangka jika pasangan prom-mu meninggalkanmu dengan wanita lain. Memangnya kamu pergi ke sini dengan siapa?"

"Bukan urusanmu!" Briella membuang wajahnya dengan sikap angkuh.