Briella tetap berdiri di tempat dan membiarkan perawat itu untuk melakukan tugasnya langsung di sana. Saat jarum infus dilepas dari tangannya, Briella merasa ngilu sekaligus lega karena tidak ada lagi jarum yang menusuk tangannya.
Perawat itu memasang plester di tangan Briella yang agak memar setelah dipasangi alat infus. Ia memang cenderung mudah memar.
"Oke, bagus. Terima kasih ya. Jika ada yang mencariku, katakan jika aku mau pulang sekarang," ucap Briella dengan wajah angkuh.
Perawatan itu kehabisan kata-kata, tidak berani melawan Briella lagi. Sesekali, tidak ada salahnya jika Briella menggunakan kekuasaannya sebagai anak dari direktur rumah sakit ini.
Briella berjalan lebih lincah menuju ke kamarnya tanpa ada infus yang menggantel di tangannya. Ia segera membongkar lemari pakaian dan mengenakan kaus dan celana jeans. Sayangnya, tak ada yang menyiapkan sepatu untuknya. Terpaksa ia mengenakan sendal tipis menyedihkan di kakinya.