Cairan infus menetes perlahan. Hanya suara itu dan detik jam yang sejak tadi menemani Briella. Ruang perawatan itu sangat luas dan kosong.
Ibunya telah pergi karena ada arisan bersama teman-temannya. Jack tidak bisa menemaninya karena dia sedang sakit. Lalu Vanessa pun sudah pulang setelah ibunya mengusirnya.
Briella benar-benar sendirian sekarang. Ia bisa saja menyetel televisi supaya ia tidak merasa sendirian. Namun, berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya.
Ia masih merasa tegang setelah apa yang ia alami selama beberapa hari ini. Jika ia memejamkan matanya, ia masih bisa membayangkan ruangan penjara yang suram dengan suara mesin kipas yang menderu di kejauhan.
Lalu ia masih mengingat seperti apa rasanya saat Jarko memaksanya untuk melayaninya. Syukurlah, hal itu tidak pernah terjadi karena pria yang menjadi pemimpin di tempat itu langsung menegurnya dan berkata jika dirinya akan dijual dalam keadaan perawan. Hal itu akan menambah nilai jualnya.