Tiba-tiba, Ben merasa sepertinya ada orang lain yang mendengarkan pembicaraan mereka. Ben menoleh ke samping dan tidak melihat siapa-siapa.
Di café itu ada sekitar sepuluh meja yang terisi. Ben tidak menemukan sesuatu yang aneh dari orang-orang itu. Mungkin saja jika mereka itu hanya kebetulan melihat ke arah Ben yang wajahnya penuh dengan luka lebam.
Seharusnya Ben menerima ajakan Jihan untuk ke dokter dan meminta obat yang bagus untuk mempercepat penyembuhan luka di wajahnya.
Namun, perasaan Ben tetap tidak enak. Ben menoleh lagi ke samping, menelusuri wajah setiap orang.
"Ada apa, Ben?" tanya Jihan.
"Entahlah. Aku merasa ada sesuatu yang aneh," bisik Ben. "Sepertinya ada yang sedang memperhatikan kita sejak tadi, tapi aku tiak menemukannya."
Jihan mengangkat alisnya. "Entahlah. Mungkin ada hubungannya dengan orang yang menculik Briella."
"Hmmm, bisa jadi. Sebaiknya kita cepat-cepat selesaikan makan malam kita. Setelah itu kita baru pulang."