Setelah kejadian pemukulan itu, perasaan Ben jadi tidak tenang. Ia benar-benar khawatir jika sampai Edgar, suami Lisa mencarinya. Ia seperti seorang buronan yang memiliki dosa besar dan siap-siap untuk dipenggal kepalanya setiap waktu.
Ben semakin menyadari bahwa apa yang ia lakukan selama ini adalah sebuah dosa. Seharusnya ia tidak pernah menyentuh Lisa.
Bercinta dengan Lisa adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Ia tahu jika ia memang bodoh karena telah mengikuti keinginan hatinya untuk mengencani dan bahkan meniduri istri orang.
Sekarang ini, sudah begini, Ben harus bagaimana? Ia sudah putus dengan Lisa, tapi ia masih tetap mendapatkan teror.
Ben menatap wajahnya di depan cermin. Syukurlah hidungnya tidak terlihat memar. Hanya saja saat darah hangat mengucur, jantungnya langsung berdetak kencang. Hidungnya sakit sekali, tapi ia bisa menahannya.