Aku memarkirkan Honda di teras, lalu mengambil kunci dari tas.
"Baru pulang Rania?" tanya Ayah dari belakang. Aku kaget setengah mati.
"Ayah ngagetin aja," ucapku sambil memegangi dada.
Kami kemudian masuk ke dalam. Ayah duduk duduk di sofa. Aku ke dapur minta tolong mbok Yem buatkan kopi untuk Ayah.
"Gimana kabar Ibu, Ayah, " tanyaku duduk di samping Ayah.
"Alhamdulilah Ibumu sudah sehat, Ia sudah jalan- jalan ke pasar. Juga ikut kumpulan pengajian,"
"Syukurlah." ucapku lega mendengar Ibu sudah sembuh. Ayah menatapku lurus. Seperti ada yang hal yang ingin di sampaikan.
"Ada apa Ayah? tanyaku bingung.
"kamu di tampar Arini? Apa itu benar? tanya Ayah, ada kilatan amarah di matanya. Tak Terima putri sulungnya mendapat perlakuan seperti itu. Aku melengos, tapi bekas lebam di pipiku tak bisa bohong.
"Ayah tau dari mana?" tanyaku heran, padahal aku dan kinanti sepakat menyembunyikan masalah ini dari orang tuaku. Tapi jaman internet seperti sekarang, mustahil tak tau kejadian viral. Pasti mereka sudah mengunggahnya di sosmed. Aku mengigit bibir bawah, malu sama Ayah dan diriku sendiri.
"Ayah tau dari Andre, Beritamu viral di jagad sosmed!". Ada kemarahan di setiap kata- kata Ayah.
"Astaghfirullah... " ucapku tak percaya.
"Bercerailah dengan Ridho nak," perintah Ayah.
"Ayah nggak apa- apa, kalau statusku janda?" Masih gamang menyandang status itu. Walau aku bisa jadi janda yang terhormat.
"Nggak apa- apa Rania. Yang penting hidupmu nyaman, tidak di ganggu wanita gila itu!"
"Aku belum bisa memutuskan Ayah, Mas Ridho tak ingin menceraikan aku,"
"Dia memang serakah, ingin mempertahankan dua- duanya! Kalau Ridho tak menceraikan mu. Ajukan ke pengadilan!" Ayah sangat bersemangat agar segera bercerai dari Ridho.
Selama ini aku berusaha ikhlas menerima pernikahan kedua Ridho. Tapi sikap Arini cemburuan dan arogan. Ingin sekali mundur dari pernikahan ini.
"Nanti ku pikirkan, Ayah?" ucapku Kemudian menyandarkan punggung ke sofa.
"Apa kau yang kau pikirkan? Kau mulai mencintai lelaki itu hahh?!"
"Jangan lemah Rania! Masih banyak yang mau jadi suamimu! kalau ingin kembali pada Roger Ayah setuju.
Wait? kenapa Ayah menyebut nama itu?
Raut wajah Ayah menyiratkan penyesalan menolak lamaran Roger waktu itu.
Sakit kala mengingat itu.
Flashback on.
Roger duduk di hadapan Ayah, berusaha tidak grogi di hadapan Ayah Beberapa kali menelan ludah. Tatapan tajam membuat nyali Roger ciut. Ini adalah lamaran kedua Roger. Ia pantang menyerah. bulan lalu Roger melamar ku, tapi Ayah terang- terangan menolak.
"Ada apa ke sini lagi Roger! Masih punya muka kah datang ke sini lagi? Sudah ku bilang Rania mau aku jodohkan, Pulanglah! usir Ayah waktu itu. Ayah berdiri meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Aku duduk di samping Roger hanya bisa menunduk. Hancur sudah harapan bersanding dengan Roger. Air mata yang bisa memawakili perasaanku waktu itu.
Permohonan ku tak di dengar Ayah sama sekali. Ayah tetep pada pendiriannya. Menolak Roger masuk dalam keluarga kami. Jangan di tanya hati Roger dan aku. Perasaan kami hancur saat itu. Roger memendam kekecewaan mendalam. Ia bahkan mengajakku ke Paris. Bukan tak cinta Roger, tapi takut hidupku tak bahagia tanpa restu Ayah. Aku minta maaf di selingi isak tangis.
Ia tak putus asa, besoknya Roger mengajakku keluar.
Roger bahkan membisikan kata yang sedikit membuat ku terhenyak. Dia menginginkan kesucianku, syukur- syukur kalau hamil. Agar Ayah merestui hubungan kami. Setan menggodaku namun bersyukur imanku masih kuat. Aku tak mau menyerahkan kesucian pada seseorang yang belum jadi suamiku. Walaupun aku sangat mencintai Roger.
Flashback off.
Aku termenung saat lintasan kenangan setahun yang lalu hadir di kepalaku. Memejamkan mata sejenak perih itu hadir lagi menyapa hatiku.
"Apa Ayah menyesal?" tanyaku hati- hati.
Ayah terdiam, raut wajahnya di tekuk, Matanya menerawang jauh. Ada penyesalan yang tak bisa Ayah ungkapkan.
"Maafkan Ayah Nak," ucap Ayah lembut. Hatiku bagai tersiram es. Seketika rasa sakit menguap entah kemana. Aku mendekat dan memeluk Ayah.
"Nggak apa- apa Ayah, semua adalah takdir yang harus aku jalani. Aku ikhlas. Menangis dalam pelukan Ayah.
Ayah mengelus kepalaku. Jodoh itu misteri. Kalau tak jodoh walau sangat menginginkan, tak bisa berbuat apa-apa Hanya sabar dan ikhlas menjalani semua suratan illahi yang sudah tertulis. Walau dalam hati kecil masih menginginkan Roger kembali. Tapi dia saat ini di Paris. Pasti banyak bule- bule yang mengejarnya.
"Gimana kabar Roger, Rania?" tanya Ayah. Aku kemudian melepas pelukan Ayah. Lalu duduk di sambil bersandar di pundaknya.
"Nggak tau, kami lost contak." Selama setahun ini aku tak main sosmed demi menjadi istri yang baik untuk Ridho, tapi nyatanya malah penghianatan yang di dapat.
"Hmm, di manapun Roger berada semoga sehat walafiat.
"Amin." Jujur saat ini nama Roger masih bertahta di hatiku.
"Udah mau magrib, Ayah pulang dulu. Kamu di temani mbok Yem kan?" tanya Ayah. Memastikan aku baik-baik saja.
"Iya Ayah. Jangan khawatirkan aku, oh ya Ayah. Beberapa hari ini aku tak lihat Andre?
"Andre lagi nyari kerjaan,"
"Ooh, semoga secepatnya dapet." Andre baru lulus kuliah, beberapa bulan lalu kecelakaan, tulang kakinya patah, tapi kini sudah sembuh.
"Ayah pulang dulu. Jaga diri di rumah," pesan Ayah padaku. Ia kemudian masuk mobil lalu meninggalkan rumahku.
Mbok Yem datang membawa kopi di tangannya.
"Bapak mana Mbak?"
"Udah pulang mbok,"
"Terus ini kopinya gimana?"
"Minum aja mbok," ucapku lalu naik ke lantai dua. Perkataan Ayah menggangu pikiranku. Ayah mengijinkan kalau aku ingin kembali pada Roger. Tapi kabar dia gimana? Apa dia sudah punya istri? Penasaran mengelitik hati. Aku unduh lagi Ig yang telah ku hapus. Setelah mengisi data, segera meluncur ke akun Roger.
Aku masih hapal nama akun Roger, mataku terbelalak kaget saat melihat isi akun Roger. Foto-foto ku masih terpampang di beranda. Tak ada yang di hapus. Bahkan kenangan Menunggang kuda saat di Bromo, masih ada. Air mataku meleleh, terharu. Ada status yang membuat hatiku menghangat.
"Selalu mencintaimu walau Ayahmu sudah menolak lamaranku dua kali. Menunggu hadirmu melengkapi hati. Di tandai nama R. W. Banyak komentar di status itu.
Mataku memanas. Pertahanan ku jebol. Menangis sesengukan di atas bantal. Ternyata Roger masih sangat mencintaiku. Tanpa pikir panjang, langsung follow akun Roger. Tapi tak ada balasan. Sedikit kecewa namun mencoba berpikiran positif. Mungkin ia sedang sibuk.
Lelah menangis, aku tertidur. Ponsel belum ku matikan datanya. Terbangun saat seseorang membenarkan posisi tidur. Menyelimuti ku sampai batas dada, kaget. Ridho tersenyum manis ke arahku. Namun hambar melihat senyum itu.
"Hai sayang, kalau tidur posisinya yang benar ya, cup." Mataku membelalak sempurna saat Ridho mencium kening ku. Ia juga tidur di sampingku sambil memeluk pinggang. Semenit kemudian terdengar dengkuran halus di hidung Ridho. Setelah terlelap, aku mencoba menyingkirkan tangan dari pinggangku. Tapi ia malah semakin mengeratkan, terpaksa aku pasrah perlakuannya malam ini.
Tanganku meraih ponsel yang ada di sampingku. Terlihat ada notif follow dari Roger. Mendadak bunga di hatiku bermekaran. Anganku terbang melayang. Kupu- kupu serasa beterbangan di area perutku. Ingin DM dia, tapi mengingat diri ini masih istri orang. aku urungkan. Ku taruh ponsel di nakas dan mematikan data. Mencoba memejamkan mata, tapi kenangan bersama Ridho menari- nari dalam pelupuk mataku.
Bersambung.