Chereads / JandA (Jeff and Aline) / Chapter 2 - Bab 2 Kemarahan Sang CEO

Chapter 2 - Bab 2 Kemarahan Sang CEO

"Tekan lantai 8!" perintah Aline menatap lurus ke depan pintu lift yang merangkak naik menuju lantai yang dituju.

'Lantai 8? Bukannya itu …,"

Ting,

Tak lama, pintu lift yang dinaiki oleh Aline dan Rosaline, sang sekretaris pribadi berhenti di lantai 8. Lantai di mana ruangan wakil direktur Aline Publishing berada. Lantai yang sedikit 'ramai' karena menyatu dengan beberapa departemen dan lantai yang terkenal dengan 'lantai panas'. Karena kerap kali sering terjadi perselisihan antar kepala departemen yang satu dengan yang lain pun dengan wakil direktur.

Bunyi sepatu yang nyaring dengan heels yang tinggi cukup menarik perhatian para karyawan yang ada di lantai panas tersebut. Beberapa dari mereka bahkan berhenti ketika melihat sang CEO berjalan dengan kepala tegak dan langkah tegas. 

"S--selamat pagi, No--Nona Aline," sapa salah satu dari mereka.

Aline berhenti. "Pagi? Rosaline, jam berapa sekarang?" tanya Aline menatap dua orang karyawannya yang tepat berpapasan dengannya.

"Jam 10.30, Nona." Jawab Rosaline sambil menatap dua orang karyawan tersebut dengan menggelengkan kepalanya.

"Sekarang jam 10.30 dan kalian bilang PAGI!!! Di mana otak kalian, hah!" sentak Aline hingga membuat kaget keduanya dan orang-orang dari beberapa departemen yang ada di lantai itu keluar. 

"M--maaf, Nona. Maafkan kami." Ucap keduanya membungkukkan badan dan bersiap mengambil langkah pergi.

"Tunggu!" ucap Aline dingin.

"I--iya, Nona."

"Dari departemen mana kalian?" Aline melihat keduanya tiada ber-name tag.

"D--departemen redaksi, Nona."

"Tuan Georgio, Nona. Mereka anak buahnya." Bisik Rosaline.

"Kepalamu, Georgio Robert?" tanya Aline dengan suara pelan dan berat.

Keduanya mengangguk. "I--iya Nona. Kepala kami Pak Georgio Robert."

"Di mana dia sekarang? Aku ingin bertemu dengannya," ucap Aline mengambil gawai dari tas mewahnya.

"Be--beliau sedang tak ada di tempat, Nona." Ucap salah satu dari mereka sambil tertunduk.

Aline segera menghentikan tangannya dari genggaman gawai yang dipegangnya. "APA? DIA TAK ADA DI TEMPAT? ROSALINE!!! ADA APA DENGAN PARA PEGAWAI DI SINI, HAH!? KENAPA SEMUA ORANG TAK BISA KUTEMUI! APA MEREKA KIRA HANYA MEREKA YANG SIBUK!!" teriak Aline meluapkan segala amarah, emosi, dan kesalnya.

"Ada apa … ada apa, ini?" 

Beberapa karyawan menjadi gaduh dan keluar dari departemen mereka masing-masing. Aline yang melihat tingkah laku para pegawainya langsung mendatangi bagian redaksi dan masuk ke dalam ruangan Georgio.

Sementara itu, Sarah yang baru kembali dari departemen lain, melihat karyawan lainnya berdiri dan bisik-bisik dekat ruangan Georgio penasaran dan menghampiri salah satu dari mereka.

"Ada apa ini? Kenapa kalian kumpul-kumpul di sini?" tanya Sarah penasaran.

"Oh, Bu Sarah. I--itu …," salah satu karyawan menunjuk ruang Georgio.

"Itu apa?" Sarah yang semakin penasaran langsung menuju ruang Georgio dan melihat seseorang tengah duduk di kursi pemimpin departemen redaksi dan membelakanginya.

"Nona, wakil kepala editor telah tiba." Ucap Rosaline berdiri di samping Aline.

"Nona Rosaline," sapa Sarah masuk ke dalam ruangan Georgio.

"Nona Sarah, apa kabar?" sapa dan tanya Rosaline ramah.

"Baik, ini--," Sarah menunjuk kursi Georgio.

"Halo, Nona Sarah. Aku Aline. Aline von Otto Geischt Haimen." Senyum Aline.

Semua karyawan yang berdiri di luar ruangan Georgio sontak terkejut dan saling berisik dan berbisik satu dengan lainnya. Wajar saja jika para pegawai Aline Publishing tak mengenal CEO mereka, karena sang CEO yang jarang atau boleh dikatakan hampir tak pernah berada di kantornya sendiri membuat interaksi antara Aline dan para pegawainya memiliki jurang yang sangat besar dan lebar.

"Anda Nona Aline!" pekik Sarah terkejut membelalakkan matanya.

Aline hanya tersenyum. "Benar, aku Aline. Senang sekali pada akhirnya kita bisa bertemu, Nona Sarah," tukas Aline tak pernah berhenti tersenyum.

"Tidak, Nona. Justru saya yang seharusnya senang sekali karena saya bisa bertemu dengan Anda. Ini suatu kehormatan bagi saya, sungguh … suatu kehormatan yang sangat besar." Ujar Sarah langsung membuka tangannya dan ingin berjabat tangan dengan Aline.

PLAK!!!

Namun yang terjadi justru di luar perkiraan! Bukan timbal-balik yang ia dapat, tapi justru sebuah tampikan keras dari Aline hingga membuat telapak tangan luar Sarah memerah. Para karyawan yang melihat kejadian itu terkejut dan menelan saliva-nya getir. 

"Aku tak butuh penjilat sepertimu, Nona Sarah! Aku telah hapal tabiat orang sepertimu! Mendekatiku hanya untuk kepentinganmu dan menaikkan posisimu! Kau mungkin bisa melakukan hal itu pada Melda, tapi TIDAK DENGANKU!!" Tegas Aline menggebrak meja kerja Georgio keras.

"S--saya--saya tidak ada maksud be--begitu, Nona Aline. S--saya--saya--,"

"Sudahlah! Aku tak mau dengar apa pun dari mulutmu! Kalian!!" tukas Aline dengan intonasi tegas. "Aku mau kalian menghubungi kepala editor kalian sekarang juga! Katakan padanya harus segera kembali ke kantor, wakil direktur ingin segera menemuinya. CEPAT!!" teriak Aline penuh amarah.

"B--baik, Nona."

Akhirnya, beberapa dari mereka mencoba menghubungi Georgio, namun sayang, hasilnya nihil. Tak ada yang berhasil menghubunginya. "Nona Aline, kami sudah mencoba, tapi ... kepala editor belum bisa berhasil kami hubungi."

"Apa aku juga yang harus menghubungi kepala editor kalian, HAH!!" lagi, sentakan Aline membuat karyawan dan Sarah terkejut hingga membuat mereka mengangkat bahu.

"S--saya yang akan menghubungi P--Pak Georgio, Nona." Ucap Sarah langsung mengeluarkan gawainya dari kantung celananya.

Sementara Sarah menghubungi Georgio, Aline menyeloroh menyasar ruangan Georgio dan berdiri melihat-lihat koleksi buku yang ada di almari dekat meja kerjanya.

"Nice collections." Ucap Aline segera duduk kembali namun kali ini ia duduk di sofa letter L yang ada di ruangan Georgio.

"Bagaimana?" tanya Aline menyilangkan kaki jenjang tiada berbulu miliknya

"Beliau akan segera kembali sebentar lagi, Nona. Mo--mohon Anda bersabar." Ucap Sarah sedikit membungkukkan badannya.

"Hah, belum pernah seumur hidupku aku diminta untuk menunggu seseorang, apalagi jika orang itu adalah BAWAHANKU!" ketus Aline.

Sarah hanya bisa tersenyum canggung dan kikuk. "Anda ingin minum apa, Nona Aline?" tawar Sarah.

"Aku tak haus! Pergilah! Selesaikan apa yang harus kau selesaikan!" perintah Aline mengangkat tangannya memberi tanda pada Sarah.

"B--baik, Nona. Permisi."

"Hah, benar-benar tak bisa dipercaya! Apa mereka ingin menghancurkan perusahaanku?" ucap Aline menghela napasnya dalam-dalam. "Rosaline, kau hubungi Melda! Bilang padanya jika kepala editor ingin menemuinya?" 

Tak lama, tanpa membuang waktu Rosaline segera menghubungi Melda, sang wakil direktur dan mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Aline.

"Sudah, Nona. Sudah saya telepon Nona Melda."

"Hmmmm, baguslah! Sekarang kita tunggu saja kedatangan para kepala 'teladan' ini." Seloroh Aline mengunggah senyumnya puas. "Oh, ya. Apa kau sudah menghubungi bagian yang meloloskan resepsionis itu?" tanya Aline lagi.

"Belum, Nona."

"Hubungi sekarang! Lebih cepat lebih baik! Aku tak mau karena satu orang, image perusahaanku harus hancur!" tandas Aline. 

"Baik, Nona."

****

Sementara itu, di lobby Aline Publishing, tampak Georgio yang jalan terburu-buru dan Melda yang datang dari sisi selatan pintu masuk Aline Publishing.

Bruk!!!

"Ouh!" rintih Melda yang terjatuh dan mengenai bagian belakang tubuhnya.

"Oh, ma--maaf. Apa Anda tak apa-apa?" tanya Georgio dan beberapa orang yang ada di depan lift segera membantu Melda berdiri.

"Tidak. Tak apa-apa." Sahut Melda melihat wajah si penabrak.

"Pak Georgy!?" wanita 28 tahun itu terkejut ketika mengetahui siapa yang telah menabraknya.

"Bu Melda!?" Georgy / Georgio pun tak kalah terkejutnya.

Keduanya pun segera memasuki lift yang telah terbuka, namun tiada berkata dan dipenuhi kebingungan. 

"Apa ada yang ingin Anda bicarakan, Pak Georgy? Kenapa Anda ingin bertemu dengan saya?" tanya Melda penasaran.

"Bukannya Ibu yang mencari saya?" tanya Georgy juga dengan ekspresi bingung.

Rasa bingung dan heran kini menyeruak di antara mereka berdua. Pintu lift yang telah terbuka mau tak mau menghantarkan mereka untuk segera keluar dari dalam sana. Hingga tiba-tiba, Georgio dan Melda dikejutkan dengan seorang wanita yang berdiri tepat di depan lift dan tersenyum ke arah keduanya.

"A--Anda???!! Nona Aline …."