Chereads / JandA (Jeff and Aline) / Chapter 3 - Bab 3 Bertemu dengan Dua Kepala Lantai Panas

Chapter 3 - Bab 3 Bertemu dengan Dua Kepala Lantai Panas

"Anda?? Nona Aline??" Melda langsung terperanjat ketika melihat Aline berdiri tepat di hadapan mereka.

"Selamat pagi, Bu Melda, Pak Georgio." Sapa Aline dengan senyum mengembang.

"Selamat siang, Nona Aline." Balas Georgio dengan senyuman.

"S--selamat siang, No--Nona Aline." Melda membalas sapaan Aline sambil tertunduk.

"Siang? Kupikir ini pagi. Ternyata sudah siang, ya?" seloroh Aline bernada menyindir.

"Ada perlu apa Nona datang ke lantai 8? Bukankah Anda bisa memanggil kami untuk datang ke tempat Anda? Tak perlu repot-repot Anda yang harus datang, Nona." Melda berucap.

"Hahahhahaa, Bu Melda ini lucu sekali, ya. Memangnya kenapa jika saya sekali-sekali mengunjungi lantai panas di perusahaan ini? Apa salah jika saya ke lantai ini?" tanya Aline lagi-lagi terkesan menyindir.

"Ti--tidak, Nona. Maaf." Melda menundukkan kepalanya.

"Pak Georgio, Anda … apa Anda tahu jam berapa harus masuk kantor?"

"Saya tahu, Nona. Hanya saja saya ada beberapa urusan yang harus segera diselesaikan, tapi saya sudah meminta Bu Sarah untuk meng-handle selama saya tak ada di tempat."

"Dan kau anggap itu pantas, Tuan Georgio?" tanya Aline mendekatkan wajahnya.

"M--maksud Anda, Nona Aline?" Georgy memundurkan langkahnya selangkah ke belakang.

"Apa tak ada yang ingin Anda sampaikan padaku? Misalnya, aku ingin tahu progress buku si Penulis Bertopeng itu dan berapa keuntungan yang kita peroleh." Jelas Aline menatap tajam Georgy dan melirik Melda.

"S--sejauh ini bagus, Nona. Progress yang dihasilkan oleh Penulis Bertopeng mampu menutup biaya produksi dan operasional kita. Saya telah membuat laporannya," Melda menjelaskan.

"Benarkah? Kenapa tak katakan sejak awal, Bu Melda? Saya juga tak akan membuang banyak waktu kalian jika kalian mau BEKERJA SAMA DAN DISIPLIN DALAM BEKERJA!" tegas Aline.

"Maafkan saya, Nona. Saya janji ini yang terakhir kalinya." Ujar Melda menundukkan kepala.

Georgio hanya menggelengkan kepalanya melihat sang wakil direktur yang biasanya garang dan buas layaknya singa betina yang sedang hamil kini berubah menjadi kura-kura dalam tempurung.

"Saya juga minta maaf, Nona Aline. Tapi, saya juga tak sepenuhnya salah. Mengapa saya bisa berkata demikian? Saya rasa ki keluar juga demi kemajuan dan kepentingan perusahaan ini. Banyak klien Aline Publishing yang enggan datang ke kantor karena mereka melihat Anda tak pernah ada di tempat. Karena itulah, saya, selaku kepala editor perusahaan ini harus ekstra kerja keras memilah-memilih calon penulis dan klien yang bisa memberikan profit bagi perusahaan." Jelas Georgio panjang lebar.

Aline terdiam. "Bu Melda, silakan kembali ke ruangan Anda, Pak Georgy, bisa kita bicara empat mata?" 

"Baik, Nona--,"

"Di sini! Di ruangan Anda!"

"Apa? Ma--maaf?"

"Kita bicara di ruangan Anda. Apa itu masalah?" tanya Aline menyeringai.

"Tidak. Tentu tidak, Nona. Silakan," balas Georgio membuka tangannya lebar dan mengikuti Aline ke ruangan miliknya.

"Nona Rosaline, Anda di sini juga?" Georgio sedikit terkejut melihat Rosaline tengah berdiri di ruangannya dan mengarahkan senyum padanya.

"Aku yang menyuruhnya! Kenapa? Apa Anda lupa siapa Rosaline, Tuan Georgio?" tanya Aline menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya sambil menyeringai.

"Tidak. Tidak apa-apa, Nona Aline. Silakan. Lagipula, perusahaan ini kan milik Anda." Senyum Georgio dengan santai.

"Tinggalkan kami berdua, Rosaline. Ada hal penting yang ingin aku bahas dengan Tuan Georgio." Perintah Aline mengangkat salah satu tangannya memberi tanda.

"Baik, Nona. Saya mengerti."

Tak lama, hanya ada Aline dan Georgio di ruangan itu. Aline yang duduk duduk di sofa bergaya letter sofa itu kemudian membuka pembicaraan untuk menghilangkan kekakuan di antara mereka.

"Apa Anda tahu kenapa saya tiba-tiba datang ke perusahaan?" tanya Aline mengatupkan kedua tangannya, menatap Georgio tajam.

"Tidak, saya tak tahu," sahut Georgio dengan santai.

Aline kemudian mengalihkan pandangannya di sudut lain ruangan Georgio. "Koleksi buku Anda banyak juga, ya. Apakah salah satunya adalah koleksi novel Penulis Bertopeng?" Aline mulai memancing.

"Ada. Dan saya suka dengan gaya dia bercerita dan menumpahkan seluruh emosinya di dalam suatu tulisan. Apa Anda belum membacanya, Nona Aline?" 

Netra Aline kembali fokus pada Georgio. Dengan senyum khasnya, Aline berkata, "Tuan Georgio, bagaimana hasil penjualan novel 'Eindeloze Liefde' yang ditulis oleh Penulis Bertopeng kesayangan kita? Apakah ada kendala di lapangan atau justru sebaliknya?" 

"Seperti yang dikatakan oleh Bu Melda, semua baik-baik saja, Nona Aline. Tidak ada kendala, hanya ada beberapa saja, tapi itu pun bukan sesuatu yang patut dirisaukan."

"Seperti apa?" tanya Aline.

"Maaf?"

"Seperti apa kendala 'kecil' yang tak perlu dirisaukan?" pancing Aline.

"Itu---hanya hal kecil saja, Nona. Tak perlu Anda--"

"Makanya aku tanya, hal kecil apa yang tak perlu dirisaukan? Karena menurutku sekecil hal apa pun itu jika dianggap remeh, akan menjadi sesuatu yang besar. Atau … selama ini Anda selalu menganggap hal kecil sama sekali tak penting?" tanya Aline bernada menyindir.

Georgio terdiam, "Maaf, Nona Aline. Sebenarnya apa yang ingin Anda katakan pada saya?"

Menyeringai, Aline kemudian berujar, "Menurut Anda apa yang akan terjadi jika sebuah perusahaan kehilangan salah satu penulis andalan mereka?" pancing Aline melirik sambil tersenyum ke arah Georgio.

"Hanya ada dua kemungkinan, bertahan atau bangkrut. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan yang telah settle, mereka pasti memiliki banyak penulis di bawahnya. Tapi jika perusahaan itu adalah perusahaan minor, saya bisa pastikan mereka akan bangkrut." 

"Banyak bintang di langit, tapi hanya satu dari milyaran bintang yang paling bersinar terang, Tuan Georgio. Apa Anda paham maksud saya?"

Georgio yang duduk berhadapan dengan Aline menyandarkan tubuhnya dan melihat wanita itu sembari memegang dagunya pelan seakan berpikir dan ragu menjawab pertanyaan Aline. "Nona Aline, tolong langsung saja ke intinya, ada perlu apa Anda sampai repot-repot mau datang ke lantai panas ini?"

"Baiklah jika Anda memaksa, saya juga bukan tipe yang senang membuang waktu." Aline yang kini menyandarkan tubuhnya pada sofa kulit mewah itu. "Tuan Georgio, saya mendapat kabar jika salah satu penulis yang berada di bawah bendera Aline Publishing akan menghentikan penulisan novelnya. Apa itu benar?" Mode serius Aline kini benar-benar ditunjukkan.

"Benar. Salah satunya ada yang berbuat demikian. Apa Anda ingin tahu siapa, Nona Aline?" tanya Georgio seakan menantang Aline.

"Menurut Anda? Sebagai seorang CEO apa saya tak boleh tahu tentang operasional perusahaan? Apa Anda kira selama saya tak berada di kantor, saya tak tahu apa yang telah atau sedang terjadi? Tuan Georgio, perlu Anda ketahui, saya paling tidak suka dengan orang yang memberikan saya pertanyaan jika saya sedang mengajukan pertanyaan. Biasanya saya akan langsung memecat orang itu!" 

"Lalu bagaimana dengan saya? Bukankah saya mengajukan pertanyaan pada Anda ketika Anda sedang bertanya, Nona Aline?" tanya Georgio tersenyum.

Aline hanya mengumbar senyum. "Penulis Bertopeng, pertemukan aku dengannya!" Perintah Aline mengalihkan pertanyaan Georgio.

"Kenapa Anda tiba-tiba ingin bertemu dengan Penulis Bertopeng, Nona Aline? Boleh saya tahu alasannya?" tanya Georgio penasaran.

"Apa Anda punya hak untuk bertanya seperti itu padaku?" 

Georgio terdiam. "Saya mengerti, Nona. Maaf."

"Aku minta malam ini kau sudah memiliki kabar bagus mengenai Penulis Bertopeng. Jika tidak, bersiaplah, Tuan Georgio. Kemasi barangmu dan pergi dari negara ini!" lirik Aline tajam.

"Akan segera saya usahakan, Nona." Sahut Georgio menundukkan kepala.

"Aku tak terima kata 'usahakan' Tuan Georgio. Aku hanya terima kata 'kepastian'! Selain itu, jangan coba-coba menginjakkan kaki di perusahaan ini jika kau belum berhasil menyelesaikan perintahku!" tegas Aline langsung berdiri dan mengulurkan tangannya tiba-tiba.

"Senang bertemu dan bicara dengan Anda, Tuan Georgio." Tukas Aline mengunggah senyumnya.

"Sayalah yang justru merasa terhormat dan tersanjung atas kedatangan Anda, Nona Aline." Sahut Georgio membalas jabatan tangan Aline.

"Baiklah, saya akan menunggu kabar baik Anda, Tuan Georgio. Semoga Anda tak mengecewakan saya."

"Akan saya usa--pasti, Nona Aline. Saya akan memberi kabar pada Anda."

Georgio segera mengantar Aline keluar ruangannya bersama dengan Rosaline. Para karyawan yang melihat sang CEO hanya bisa tertunduk dan terdiam, tak satu pun dari mereka yang berani menegakkan kepala, walau hanya satu inci sekali pun.

"Tuan, sepertinya Nona Aline akan segera beraksi. Apa yang harus kita lakukan?"

[Oh, ya? Jadi dia sudah mulai 'panas'? Bagus … sangat bagus! Biarkan Aline dengan kemarahan dan rasa penasarannya. Permainan ini akan menjadi semakin menarik.]

"Ma-maksud Anda, Tuan?"

[Apa yang dia katakan?]

"Nona ingin meminta bertemu dengan Penulis Bertopeng. Apa--"

[Baiklah, akan kukirimkan alamat hotelnya padamu]

"Anda akan menemui Nona Aline?"

[Bukankah dia sangat penasaran dengan Penulis Bertopeng? Kenapa kita tak mengabulkan permintaannya?]

"Baik, Tuan. Saya mengerti."