Chereads / JandA (Jeff and Aline) / Chapter 4 - Bab 4 Sang Penulis Bertopeng

Chapter 4 - Bab 4 Sang Penulis Bertopeng

Jeffrey Smith Nicholas Anderson atau biasa disapa Jeffrey Anderson adalah seorang pria dengan wajah bak Leonardo di Caprio, senyum semanis Antonio Banderas dan tubuh atletis dengan dada bidang dan perut bak roti sobek yang kerap membuat para wanita tak dapat melepaskan pandangannya dari lelaki berambut hitam lurus dan mata biru saphire miliknya itu.

Jeffrey bukanlah seseorang yang dilahirkan dari keluarga berada layaknya sang istri, Aline von Otto Geischt Haimen. Namun, berkat kepintaran serta daya analisisnya yang tinggi, Jeffrey berhasil menamatkan kuliahnya di sebuah universitas bergengsi di dunia dengan predikat summa cum laude. Tak hanya itu, Jeffrey yang ternyata juga seorang ahli bahasa dan strategi pernah menjadi salah satu kandidat untuk posisi dosen di tempatnya berkuliah, namun sayang, kepribadian serta pemikiran Jeffrey yang 'di luar nalar' orang-orang kebanyakan serta kecintaannya akan dunia buku membawanya menjadi seorang penulis. 

Tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh goresan pena dari hasil pemikirannya langsung mendapat apresiasi serta tempat di hati para penikmat dan pecinta novel-novel bertema cinta. Dan karena tulisanlah, dia akhirnya bisa memiliki dan menikah dengan wanita sekelas Aline, yang mendapat julukan 'The Demonic Lady' dari beberapa pemilik perusahaan penerbitan di Kota Dansk. Bukan tanpa alasan Aline mendapatkan julukan itu! Tangan besi, wajah yang selalu menunjukkan ekspresi dingin serta sikap kejam Aline terhadap rekan sesama penerbit yang dianggap semena-mena dan selalu meng-akuisisi penerbitan yang dianggap menjegalnya membuat Aline memiliki banyak musuh.

Hingga Aline menemukan sosok Jeffrey dalam sebuah goresan pena di atas kertas buram yang dulu belum dilirik oleh orang-orang. Aline, seorang wanita pecinta buku dan intuisi yang tinggi dalam hal bisnis langsung jatuh hati dan mengajak Jeffrey bergabung menjadi penulis di perusahaannya. Dan sejak saat itu, ke mana pun Aline pergi pasti Jeffrey akan ada di sisinya, dan begitu pula sebaliknya. 

Intuisi Aline yang bagus dalam hal bisnis terbukti dengan melejitnya novel perdana Jeffery 'La Femme du 1er Siecle (Wanita 1 Abad)' yang langsung melejit di pasaran.

Bertahun-tahun Jeffrey malang melintang di dunia kepenulisan membuatnya semakin lama semakin terkenal hingga kadang menimbulkan kejenuhan bagi dirinya. Sang istri yang sibuk mengurusi perusahaannya dan pernikahan yang tak kunjung dikaruniai momongan membuat hidup Jeffrey seakan hampa dan kosong.

Siang itu, Jeffery yang tengah berada di sebuah kafe di pingir jalan Kota Dansk sedang menikmati secangkir kopi hitam Arabika favoritnya sembari membaca novel lawas milik penulis Perancis terkenal, Gaston Lero (Phantom Opera). Netra yang tetap terfokus pada buku bersampul yang didominasi warna merah menyala dan sebagian hitam dengan topeng tengkorak dan seorang wanita bergaun merah itu memancing seorang wanita muda mendekati meja Jeffrey.

"Oh, my Gosshh … ini kan novel yang alu cari-cari selama ini!" serunya langsung duduk di depan Jeffrey dan memegang buku yang sedang dibacanya.

"Heiiii!!!" pekik Jeffrey terkejut.

"Oh, ma--maaf. Bukan maksud saya mengganggu Anda, Tuan." Ucap wanita muda yang mengenakan blouse pink serta rok mini di atas lutut warna putih segera mengatupkan kedua tangannya meminta maaf.

"Anda siapa?" tanya Jeffrey menutup buku bacaannya.

"M--maaf, Tuan." Ucap wanita muda itu masih mengatupkan kedua tangannya.

"Tak apa-apa, Nona." Ucap Jeffery tersenyum dan kembali membuka buku bacaannya.

Bunyi getar gawai milik Jeffrey yang ia letakan dia atas meja tak membuatnya bergeming dari buku yang ia baca. 

Tok … tok … tok …

Jeffrey lantas melongokkan sedikit kepalanya dari balik buku yang ia baca. "Anda masih di sini?" tanyanya terkejut.

Sang wanita hanya menaikkan kedua bahunya sambil tersenyum. Lagi, getar gawai milik Jeffrey membuat wanita muda itu menunjuk ke arah gawai Jeffrey. "Apa tidak Anda mengangkat ponsel Anda. Bunyinya cukup mengganggu." 

"Kenapa jadi Anda yang merasa terganggu? Jika Anda memang merasa terganggu, silakan angkat saja teleponnya," ujar Jeffrey santai menanggapi.

Wanita muda itu tersenyum dan tiba-tiba 

"Aku Casandra. Bianca Jenny Casandra. Boleh aku tahu nama Anda, Tuan?" tanya wanita muda itu mengulurkan tangannya.

Jeffrey lagi-lagi menurunkan buku yang sedang dia baca, dengan tatapan datar dia melihat ke arah wanita muda nan cantik itu dan berkata, "Nama yang indah untuk wanita cantik seperti Anda. Apa ada yang bisa saya bantu, Nona Bianca?"

"Ada!" tanpa basa-basi, Bianca langsung menyahut pertanyaan Jeffrey dengan lugas.

Sedikit terkejut, Jeffrey mengulas senyum di wajah tampannya sembari berujar, "Anda sangat ekspresif sekali, ya … saya suka dengan wanita muda yang memiliki semangat berapi-api seperti Anda."

"Tidak semuanya, hanya untuk beberapa hal saja."

Jeffrey yang tak terbiasa bicara dengan orang asing, apalagi yang baru dikenalnya mendadak menjadi sangat penasaran dengan wanita muda bernama Bianca ini. Buku yang dibacanya langsung diletakkan olehnya dan percakapan intens pun tanpa mereka sadari mengalir begitu saja, hingga ponsel Jeffrey lagi-lagi bergetar dan mengalihkan fokus Bianca.

"Tuan, ponsel Anda …," ucapnya menunjuk ke gawai warna hitam.

"Baiklah, sebentar. Saya terima telepon dulu." Jeffrey bangkit dari duduknya dan sedikit menjauh dari Bianca. 

"Ada apa?"

[Tuan, apa Anda sedang sibuk?]

"Kenapa?"

[Bisakah kita bertemu, Tuan? Ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan.]

"Hmm, baiklah. Kirimkan saja alamatnya padaku, 5 menit lagi aku akan menemuimu."

[Baik, Tuan. Saya akan mengirimkan alamatnya pada Anda.]

Jeffrey langsung kembali ke mejanya dan melihat Bianca sedanh membaca buku yang tadi ia baca. "Apa Anda menyukainya?" 

Bianca mengangguk. "Bukankah tadi saya sudah mengatakan jika saya ingin buku yang Anda baca?" 

Jeffrey melirik buku yang ada di depannya. "Jika Anda mau, ambil saja. Saya sudah tak membutuhkannya."

"Benarkah? Terima kasih banyak, Tuan …,"

Jeffrey segera mengambil mantel warna abu-abu yang ia sandarkan di tepian kursi warna putih. 

"Tunggu dulu! Siapa nama Anda?" tanya Bianca mendongakkan kepalanya.

"Untuk apa Anda ingin tahu nama saya?" 

"Berterima kasih," sahut Bianca.

Jeffrey melangkah bersiap meninggalkan cafe pinggir jalan itu, tak lama dia menoleh ke arah Bianca yang masih memperhatikan dirinya. "Tak perlu tahu namaku karena apalah arti sebuah nama jika esok dia akan dilupa. Selamat tinggal, Nona. Semoga kita bisa bertemu lagi."

Bianca hanya terdiam dan tertegun mendengar ucapan Jeffrey. Senyum mengembang di wajah putihnya menyiratkan sesuatu layaknya wanita yang jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Opera Phantom, ya … pasti! Akan ku pastikan kita bertemu lagi, wahai orang asing yang bijak."

****

Di tempat lain, Georgio yang tengah duduk di sebuah bangku panjang warna coklat kayu di tepian danau buatan yang terletak di taman tengah kota tampak asyik memainkan gawainya sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Sepertinya kepala editor kita ini telah memiliki kekasih."

Suara bariton dalam terdengar sangat jelas di belakang Georgio yang sedang asyik memainkan gawainya.

"T--Tuan. Kapan Anda datang?" tanya Georgy langsung mematikan gawainya.

"Hahaha, tenang saja. Kau tampak seperti orang yang sedang menyembunyikan wanita lain di depan istrimu," seloroh Jeffrey dan langsung mengambil tempat di sebelah Georgy.

"Bukan seperti itu, Tuan." Georgy memasang ekspresi seriusnya.

"Ada apa?" 

"Apa Anda tetap tak akan memberitahukan pada Nona Aline identitas Anda?" tanya Georgy menoleh ke arah Jeffrey.

"Kenapa tiba-tiba …," Jeffrey menatap Georgy heran, "ah, aku mengerti. Karena sang CEO ingin bertemu denganku."

Georgy mengangguk. "Apa menurut Tuan tak apa jika Anda menyembunyikan …,"

"Tak masalah!"

"Ma--ksud Anda, Tuan?"

"Kadang kata jahat tak selalu diidentikkan dengan keburukan. Malah kadang sebaliknya, kata baik justru membuat banyak orang tergelincir ke dalam lembah hitam." Jelas Jeffrey tersenyum menatap beberapa burung bangau di depannya.

Georgy tampak menelaah tiap kata yang diucapkan oleh Jeffrey. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata, "Saya sudah siapkan segala keperluan Anda untuk bertemu dengan Nona Aline, Tuan. Semoga hasilnya tak mengecewakan Anda." Tukas Georgy langsung berdiri, membungkukkan badan dan meninggalkan tempat pertemuan mereka.

"Hmm, kau tak pernah mengecewakanku, Georgy. Justru akulah yang sering mengecewakanmu."