Chereads / The Little Touch / Chapter 13 - Mirip seseorang dari masa lalu

Chapter 13 - Mirip seseorang dari masa lalu

Lucy dan Felix saling membantu untuk menyudutkan Alan. Pukulan demi pukulan bertubi-tubi mendarat di tubuh Alan.

Namun, Alan masih mampu bertahan. Ia melompat tinggi ke angkasa, mengambil sangkur peraknya dan langsung menusukkan ke tubuh Felix.

Secepat kilat tubuh Felix berubah menjadi asap putih dan lenyap tak tersisa.

"Aaa! Tidak, Felix! Apa yang kau lakukan kepada Felix?" teriak Lucy.

Ia langsung menyerang Alan dengan membabi buta, tetapi Alan jauh di atas kemampuannya. Sehingga ia langsung mencari cela untuk kabur.

Lucy berhasil kabur, dengan berpura menyerang Nayla. Alan langsung melombat untuk menghadang serangan cakar Lucy. Akan tetapi, itu hanyalah pengalihan saja.

Lucy langsung kabur menjauh, menembus gelap malam. Alan terpaku membelakangi Nayla. Ia ingin pergi secepatnya, tetapi Nayla menarik ujung jaket hoodie-nya.

Deg! Deg!

Untuk pertama kalinya, Alan merasakan jantungnya berdetak kencang. Ia tidak menyangka jantungnya yang sudah lama mati dan tidak pernah berdetak, kini berdetak lagi.

Semua itu karena sebuah sentuhan Nayla. Alan bingung harus bagaimana, dunianya serasa jungkir balik.

"Apa yang terjadi denganku?" batin Alan.

Tanpa ia sadari telapak tangan kanannya menyentuh dadanya yang bergemuruh.

Nayla masih menoel-noel punggung Alan, "Hei, bolehkah aku tahu namamu?" tanya Nayla tanpa rasa takut sedikit pun.

Alan tersentuh, ia takut jika Nayla akan menjerit. Alan bingung harus bagaimana, "A-alan!" balas Alan.

Ia benar-benar bingung harus bagaimana, di 500 tahun hidupnya baru kali inilah ia merasakan kebingungan harus bersikap kepada lawan jenis.

Alan masih saja memunggungi Nayla, "Bolehkah aku melihat wajahmu?" tanya Nayla lagi.

Berlahan tapi pasti, Alan mulai memutar tubuhnya. Nayla memperhatikan wajah Alan, ia terkesiap melihat wajah Alan.

"Ka-kau?!" teriak Nayla terkejut.

Alan tidak mengetahui mengapa Nayla terkejut memandang wajahnya.

"Ada apa?" tanya Alan.

Nayla menjulurkan tangannya menyentuh wajah Alan.

Wajahnya dingin, tanpa kehidupan.

Ia menelusuri setiap jengkal wajah Alan. Ia merasakan debaran di hati Nayla pun memburu, Alan menyadari hal itu.

Ia takut jika ia akan menerkam Nayla dan mengoyak lehernya. Ia tidak ingin membuat sentuhan kecil yang mengerikan yang berakhir fatal.

"Alan, kau mau ke mana?" tanya Nayla.

Ia melihat Alan melesat menjauh, Nayla hanya melihat bayangan kegelapan.

"Aku belum berterima kasih kepadanya. Sudah dua kali, dia menolongku!" lirih Nayla.

Ia berjalan berlahan menyusuri kegelapan, ia melihat Richard mengendarai sepeda motornya.

"Hei! Ayo, aku antar. Tidak baik pulang terlalu malam sendirian, kau tahu. Tempat ini sangat rawan," ujar Richard.

Nayla tersenyum, "Lebih mengerikan dirimu Richard dari pada hantu," balas Nayla tersenyum.

Namun, demikian ia pun naik juga ke boncengan sepeda motor Richard. Nayla masih memandang ke arah kegelapan, ia masih berharap bertemu dengan Alan lagi.

"Richard, apakah kamu tahu. Di sini banyak monster berkeliaran?" tanya Nayla.

"Hahaha, monster apa? Kamu kebanyakan nonton film horor kali. Jadi, ya begitu itu. Zaman sekarang? Kamu sebaiknya cuti saja, kamu sudah terlalu lelah.

"Besok aku akan bilang ke Elisabet. Bagaimana Nay?" tanya Richard.

"Baiklah, besok aku cuti. Um, Richard. Kamua tahu mengenai keluarga Thompson?" tanya Nayla. Ia begitu penasaran.

Ia tidak menyangka jika monster yang berada di kafe tadi, bertanya mengenai keluarga Thompson.

"Selain itu, mereka sepertinya sedang berniat tidak baik kepada keluarga Thompson," batin Nayla.

"Thompson? Apakah yang kau maksud Tuan Andre Thompson?" tanya Richard

"Aku tidak tahu. Apakah di sini banyak keluarga Thompson?" tanya Nayla.

"Um, tidak. Hanya Tuan Andre. Memang ada apa?" tanya Richard penasaran.

"Apakah kau tahu rumahnya, Richard?" tanya Nayla.

Ia benar-benar penasaran, apalagi ia melihat wajah Alan mirip dengan seseorang di foto hitam putih milik nenek buyutnya.

Ia merasa segalanya begitu mengerikan, ia tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan hantu masa lalu dari mantan kekasih nenek buyutnya yang hilang di zaman penjajahan Belanda.

"Akh, tidak mungkin! Itu pastilah orang lain, tidak mungkin sudah berapa abad masih hidup?" batin Nayla.

Ia masih terus membayangkan wajah Alan yang tampan. Richard mengantarnya sampai di depan pintu asrama putri.

Nayla memberikan helm Richard, "Terima kasih Richard," ujar Nayla.

"Sama-sama. Tidurlah dan bermimpi yang indah," ujar Richard.

Nayla tersenyum memandang kepergian Richard. Rambut Richard yang pirang dan tubuh tingginya menghilang di balik gelap malam.

Nayla masuk ke dalam kamarnya, membersihkan diri dan duduk termenung, memandang malam.

"Besok aku akan pergi ke pinggir hutan, aku harus memberitahukan mengenai para monster yang akan mencari mereka."

Nayla membatin, ia menguap dan tertidur dengan nyenyaknya.

Alan mengamati Nayla sejak ia pulang bersama Richard. Ia sedikit cemburu melihat kemesraan mereka, jiwanya seakan ingin marah.

Namun, ia menyadari jika ia adalah seorang monster yang haus darah.

"Labih baik Nayla bersama dengan anak manusia itu," batin Alan.

Ia menyelimuti tubuh Nayla dan duduk di pembaringan Nayla. Memgamati keteduhan dan kenyamanan Nayla saat ia tertidur.

Malam berganti pagi, Alan telah pergi. Nayla bersiap ingin pergi ke pinggir hutan, ia ingin mengunjungi keluarga Thompson.

Nayla mengendarai sepeda motornya, ia bernyanyi kecil menelusuri jalanan beraspal dan penuh dengan kanan-kiri pohon pinus.

Nayla melihat sebuah rumah di pinggir hutan, ia melihat catatan yang diberikan Richard jika keluarga Thompson berada di sekitar jalur pertama hutan.

Nayla memarkirkan sepeda motornya dan memencet bel rumah, sekian lama ia memencet bel. Ia tidak menemukan seorang pun yang membukakan pimtu.

"Kemungkinan mereka telah pergi," batin Nayla.

Ia meninggalkan rumah Keluarga Thompson kembali mengendarai sepeda motornya, ia berjalan menelusuri keindahan hutan Signpost Forest sebelah selatan.

Ia tidak tahu mau ke mana lagi, sehingga ia hanya mengikuti sepeda motornya berjalan.

Hari mulai senja, Nayla tersesat. Ia tidak menyangka terlalu jauh memasuki hutan.

Ia kebingungan harus bagaimana, sebuah mobil melintas dan mundur menyapanya.

"Apakah kau butuh bantuan?" tanya seorang wanita cantik dari dalam mobil.

"A-aku tersesat. Aku tidak tahu jalan pulang," balas Nayla.

"Bagaimana jika kau ikut denganku? Percayalah, aku tidak akan menyakitimu. Namaku Agatha!" ujar Agatha riang.

"A-aku Nayla!" balas Nayla.

Nayla sedikit takut tetapi ia juga tidak tahu harus bagaimana, "Bagaimana ini?" batin Nayla menggigit bibir bawahnya.

"Baiklah, aku ikut!" balas Nayla.

Ia mengendarai sepeda motornya mengikuti mobil Agatha. Mereka memasuki hutan sedikit ke dalam lagi, "Mengapa ada orang yng tinggal di dalam hutan seperti ini sih?" natin Nayla bertanya.

Ia mulai was-was, ia menoleh ke belakang. Seseorang terbang di antara pepohonan. Sekelebat bayangan hitam mulai mendekati Nayla.

Bayangan itu menarik tubuh Nayla dan mencengkramnya terbang ke angkasa.

"Tolong!" teriak Nayla. Agatha terperanjat.

Ia langsung melesat menjebol kap mobilnya dan mengejar vampir yang bersayap mirip burung berwarna perak dengan daging-dagingnya yang mengering.