Sudah dua minggu sejak dirinya menjabat sebagai sekertaris osis dan sejak dua minggu juga Zefa tidak bertemu dengan kedua sahabatnya, Agus dan Maria. Setiap pulang sekolah dia selalu mampir ke rumah mereka namun tidak ada satupun dari mereka yang membukakan pintu untuknya. Cemas, khawatir, sedih bercampur menjadi satu dan membuat hari-hari Zefa berwarna kelabu namun pagi ini ketika Zefa berpatroli keliling sekolah.
Tibalah kedua kakinya sampai ke depan gerbang sekolah, mata Zefa melebar tatkala melihat Agus yang datang dengan keadaan tangan kiriya yang terpasang gips. "Agus," kata Zefa pelan dan tanpa pikir panjang dia berlari menghampiri Agus.
Agus yang baru saja tiba melihat Zefa yang berarti ke arahnya, kedua sudut bibir Agus terangkat dan dia merentangkan kedua tangan. "Zefa."
Zefa mengalukan tangannya ke leher Agus lalu menautikan dagu ke pudak. "Kemana saja kau? Apakah kau tidak tahu betapa cemasnya aku?"