Beberapa menit pun lalu, Zefa yang sudah lama menunggu jemputan dari Bimo tiba-tiba menerima telfon dari Kakaknya.
"Halo, ada apa? Cepet jemput!" ujar Zefa yang kepalanya terasa panas.
"Tunggu satu jam lagi, nanggung nih."
"Hah? Kak.. kau tahu kan kalau aku mau beli buku novel."
"Jalan kaki aja biar langsing dah.."
Bimo yang mematikan telfon secara sepihak membuat Zefa semakin marah, siang tadi dia telah mendapatkan masalah yang besar apalagi melihatkan Putra dan Joshua. Dan sekarang Kakaknya sendiri menyuruhnya untuk jalan kaki menuju ke toko buku.
"Bajingan!" umpatnya seraya menatap kearah layar ponselnya. Untuk menengangkan pikirannya Zefa mencoba memasang earphon di kedua telinanya alu menengarkan lagu berjudul 'One day' dari Arash feat Helena.
Zefa menghirup semua oksigen yang ada di sekitarnya kemudian mengeluarkannya dengan perlahan. Mau tidak mau dia harus berjalan kaki menuju ke toko buku, walapun tempat tersebut tidak jauh dari lokasi sekolahnya namun, Zefa malas jika harus berjalan kaki sampai sana.
Ponsel Zefa kembali berbunyi, sontak membuat Zefa tersadar dari pikiran masa lalunya. Tangannya mencoba meraih ponsel dari saku rok abu-abunya kemudian menggeser tombol berwarna hijau. "Halo."
"Zefa kau dimana? Apakah kau sudah pulang? Bagaimana dengan luka di sudut mulutmu apakah sudah sembuh?"
Mendengar omelan dari Maria membuat Zefa sakit kepala. Zefa menghentikan langkah kakinya kemudian berkacak pinggang seraya berkata, "Tenanglah Maria aku baik-baik saja."
"Oh baiklah kalau begitu, oh ya kak Josh.."
Zefa yang mendengar Maria hendak mengatakan nama Joshua, sontak membuatnya langsung mematikan ponselnya. "Nama terlarang," gumamnya dengan pelan. Gadis itu kembali memasukkan ponselnya kedalan kantung roknya.
Tepat saat dia mendongakkan kepalanya, dia tidak menyadari kalau toko buku yang akan Zefa tuju sudah berada di depan mata. Sebuah suara dari lonceng kecil yang berada di pintu masuk memberi kesan sendiri pada Zefa, seolah-olah toko buku tersebut menyambut kedatangan Zefa dengan ramah walapun suasana hatinya sangat buruk.
Zefa mulai melangkahkan kakinya menuju ke sebuah rak novel. Pergi ketoko buku adalah hal yang tidak dia rencanakan hari ini namun, karena banyak masalah yang menimpanya membuat otak Zefa menjadi stres. Dengan dia pergi ke toko buku dan membeli sebuah buku dapat membuat otaknya sedikit waras dan sadar.
Ketika dia melihat sebuah buku yang akan di belinya, tangga kecilnya tidak bisa meraih buku itu walaupun kakia menjinjit sampai ke ujung jari kakinya , Zefa masih tidak bisa meraih buku itu.
Tepat di belakannya dia melihat sebuah tangan yang panjang dan besar meraih buku yang akan di belinya. Sontak hal itu membuat Zefa berbalik dan terkejut karena, ternyata orang yang mengambil buku novel yang akan di belinya adalah. "Kak Leo."
"Oh kau Zefa," jawab Leo dengan tersenyum kearah Zefa.
'Kenapa harus dia yang mengambil bukunya' batin Zefa. Kedua mengarahkan sepasang matanya ke buku yang ada di tangan Leo.
"Kau mau ini?" tanya pria itu dengan mengangkat buku yang dibawanya akan tetapi, mata Leo tidak sengaja melihat bekas luka yang ada di sudut bibir gadis yang berada di depannya. Tanpa sadar tangan kirinya perlahan mengarah ke bekas lukanya.
Zefa yang melihat hal itu langsung menahan tangan Leo dengan kedua tangannya lalu berkata, "Ada apa kak?" Agar pandangan Leo teralihkan.
Leo menjauhkan tangannya ke kemudian mencoba membenarkan kaca mata yang di pakainya agar suasana saat ini tidak canggung. "Oh mau bicara bareng?"
"Tentu," jawab Zefa dengan menganggukkan kepalanya.
Kedua kaki mereka menuju sebuah tempat duduk yang berada di dekat jendela yang besar dari toko itu. Mereka berdua duduk berseberangan dan Leo yang membawa buku itu lansung meletakkannya di atas meja.
Leo mencoba memutar otaknya untuk memulai pembicaraannya dengan Zefa, tak lama kemudian terlitas dipikirannya tentang topik pembicaraan yang akan dia ucapkan.
"Apa kau baru pulang sekolah?" tanya Leo seraya melepaskan kaca matanya.
Sesaat setelah Leo melepaskan kaca matanya, Zefa langsung terkesima dengan ketampanan yang dimiliki Leo. Hal ini memberi point tersendiri pada gadis itu, menurutnya Leo tidak hanya tampan. Pria yang tengah duduk di depannya juga ramah dan hangat dan tanpa sadar hal ini membuatnya terlihat sedang melamun.
Leo yang melihat hal itu langsung menjentikkan jarinya ke depan Zefa dan membuat gadis itu tersadar. "Apa yang kau lamunkan?"
"Ah t-tidak," jawab gadis itu dengan kaku. Zefa tidak mungkin mengatakan pada Leo kalau dia tengah memikirkannya. Untuk memperbaiki suasana saat Zefa bertanya pada Leo, "Apa Kakak akan membeli buku itu?"
Leo tersenyum seraya menganggukkan kepalanya karena, dia sangat penasaran dengan penyebab luka di wajah Zefa. Dengat sedikit ragi dia bertanya, "Kenapa wajahmu?" dengan kedua matanya menatap kearah sudut mata Zefa.
Zefa menunjuk ke arah sudut bibirnya. "Oh ini." Di kembali menurunkan tangannya kemudian berkata, "Ini efek karena aku bertidak bodoh dan sekarang aku menyesalinya." Senyum terpaksa mulai terlihat di wajah Zefa.
"Memang apa yang kau lakukan?"
Pertanyaan Leo membuat Zefa terdiam. 'Haruskan aku menjawabnya?' pikirnya. "Aku mencoba menolong seseorang."
"Lalu apa yang kau sesali dari hal itu?"
"Aku menyesal karna membantu pria bajingan seperti dia," umpat Zefa yang tanpa dia sadari terdengar ke telinga Leo yang berada di depannya. Spontan mata Zefa langsung membesar dan kedua tanganya membungkam mulutnya sendiri. 'Bodohnya kau,' batinnya.
Leo tertawa sesat setelah mendengar kata-kata yang keluar dari Zefa. Zefa merasa heran dengan Leo yang tiba-tiba tertawa.
Disisi lain ada seorang pria yang tidak sengaja melihat Zefa dengan pria lain. Dengan cepan mobil yang di bawanya di parkirkan ke depan toko buku. "Zefa!" bentaknya yang berada di samping meja yang Zefa gunakan. Hal itu membuat gadis itu terkejut saat melihat pria di sampingnya.
Suara besar dari pria itu menggema sampai ke seluruh ruangan sehingga menyebabkan semua orang menoleh kearah mereka dan menatap mereka dengan sorot mata sinis.
Zefa merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini, spontan dia bangun dari tempar duduknya dan berkata, "Apa yang Kak Joshu lakukan disini?"
"Apa yang kau lakukan disini? Dan siapa dia?" tanya balik Joshua seraya menatap tajam ke arah Leo.
"E.. namaku.."
Leo belum selesai mengucapkan jawaban dari Joshua. Tangan Joshua langsung di tarik keluar dan saat sampai di depan jendela Zefa berhenti kemudian menoleh kearah Leo. "Saya pegi dulu kak," pamitnya kemudian mwnarik Joshua keluar dari toko.
"Apa laki-laki itu kekasih Zefa?" pikir Leo. Dia kembali memakai kaca matanya kemudian membaca buku berjudul 'Between us: Apologize' karya dua penulis yang sangat terkenal.
Zefa menarik tangan Joshua sampai ke samping mobil seniornya itu kemudian menghempaskannya begitu saja. Zefa berbalik lalu bertanya, "Apa yang kakak lakukan tadi?"
"Siapa pria tadi?" tanya Joshua penuh penekanan.
To Be Continued...