Zefa terbaring di atas ranjang, di dalam hangatnya selimut yang menutupi perut hingga bawah kaki. Zefa masih mencoba memejam mata dan berharap kalau mimpi indah akan menghapus semua kesedihannya namun hingga pukul sepuluh malam Zefa belum juga terlelap dalam tidurnya.
"Lihatlah Zefa, kehidupanmu benar-benar sangat menyendihkan."
Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Zefa serta membuka mata dan melihat sebuah kegelapan mewarnai seluruh ruangan kamar. "Ayolah mata, ayo kita tidur dan melupakan masalah ini. Aku ingin segera bermimpi."
Zefa merasa tidak seperti biasanya dirinya seperti ini. Untuk membuatnya mengantuk Zefa menurunkan kaki lalu berjalan ke arah pintu dan keluar. Walaupun mulutnya menguap sejak tadi namun Zefa tetap tidak bisa tidur dan hali inilah yang membuatnya sendikit bingung.
