Zefa merasa kalau keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya karena tepat di depan matanya, seorang pembunuh tengah tersenyum kearahnya seolah sedang memberikan isyarat kalau Zefa lah mangsa selanjutnya. Rasa marah yang awalnya meraja-lela di tubuhnya kini berubah menjadi sebuah ketakutan yang luar biasa. Mati diusia muda bukanlah rencana Zefa tahun ini namun jika terpaksa membunuh orang akan dilakukannya jika hal itu perlu.
"Bukahkan aku baik hati hingga mengirim mereka berdua pergi ke surga bersama?" kata Alner sambil memainkan pisau di tangannya.
Zefa hanya diam tanpa berani melakukan apapun karena jika dia salah mengambil salah satu langkah saja semua kesabaran yang ada di dalam hatinya terkesan sia-sia oleh karena itu bungkam adalah pilihan yang tepat untuk kali ini namun, di dalam kebungkaman mulutnya itu Zefa juga membuat sebuah rencana.