" Biarkan Anaya memilih pilihannya. Kita tidak bisa memaksa," ucap Pratama yang segera ditoleh oleh Rendra dan Anaya.
" Tapi, Pah,"
" Alvarendra." ucap Pratama membuat Rendra menghentikan ucapannya.
" Sayang. Kamu boleh menentukan pilihan kamu. Papa gak ngelarang apa yang ingin kamu lakukan. Selagi itu masih baik dan tidak membuatmu lelah. Tapi, Papa harap suatu saat nanti kamu juga mau belajar untuk masuk ke perusahaan ya?" jelas Pratama yang diangguki Anaya dengan senyuman. Pratama mengecup kening Anaya sebentar.
" Rendra, antarkan adikmu berangkat sekarang," titah Pratama yang mendapat lirikan tajam dari Rendra.
" Ogah !!!" sinis Rendra dan beranjak pergi dari sana.
" Gak usah, Pah. Nanti Anaya naik taksi aja," sela Anaya.
" Alvarendra !!!" panggil Pratama keras yang membuat Rendra berdecak kesal.
" Tunggu di luar ya, Sayang. Rendra sedang bersiap," ucap Pratama sambil mengelus rambut Anaya sayang. Anaya mengangguk dan segera keluar.