Motor Zellio dan Kanova memasuki parkiran rumah Aris. Dari sana, mereka berdua dapat melihat mobil hitam yang tadi Aris kendarai sudah terparkir. Mereka pun menyusul masuk ke dalam rumah.
Setelah membuka pintu, mereka langsung mendapati Joddy, Aris, Sarah serta Evelyn yang tengah membereskan barang-barang di atas sofa.
Masuknya mereka berdua ke dalam rumah, berhasil membuat Sarah serta penghuni lainnya memalingkan tatapannya kepada mereka.
"Kalian abis dari mana? Ko lama?" Tanya Sarah yang sedang membuka koper kecil berisi pakaian Aris.
Sedang Zellio dan Kanova yang ditanya, malah saling bertatapan satu sama lain.
"Em-ini Tan. Kita berdua abis ke toko bunga yang tadi. Beliin ini buat Aris." Zellio menyerahkan bucket bunga lavender pada Sarah.
Aris terdiam melihat bucket bunga itu. Kemudian matanya beralih pada Zellio.
"Lavender? Tumben." Ujar Aris sembari mengambil alih bunga itu dari tangan Zellio.
Sedangkan di sisi lain. Evelyn dengan mata berbinar nya itu tetap terdiam melihat keindahan bucket lavender yang sekarang Aris genggam.
Rasanya ia ingin sekali mengambil nya dari tangan Aris. Tapi dia merasa tidak enak. Karena faktanya, Zellio membeli bucket itu hanya untuk Aris. Lagipula, dia bisa berharap apa akan di belikan bunga oleh Zellio. Lagipula, tidak ada alasan Zellio untuk memberikan nya bunga itu.
Dalam diam, Evelyn bergumam dengan dirinya sendiri. Sedangkan Aris, yang sedari tadi memperhatikan nya. Hanya bisa tersenyum tipis.
"Gue tau Yo. Ini itu bukan buat gue kan sebenernya?" Tanya Aris dengan wajah jahilnya.
"Gue tau ko ini buat siapa. Lagian, sejak kapan lo peduli banget sama gue sampe-sampe ngasih gue bunga. Apalagi bunga lavender." Sambungnya lagi yang membuat Zellio membeku.
Sarah mengkerut kan keningnya seraya berkata, "Emangnya ini buat siapa Yo?" Tanya Sarah yang membuat Zellio semakin kalap.
"I-itu, buat, em-anu Tan. Buat ...
"Udahlah. Nih gue kasih ke elo lagi. Bunga itu kan bukan buat gue. Kasih aja ke orangnya langsung Yo!" Potong Aris seraya menyerahkan bunga itu pada Zellio, kembali.
Dengan ragu Zellio mengambil kembali bunganya. Ia kemudian melihat bunga itu dalam. Dan dengan langkah ragu namun pasti. Zellio menyerahkan bunga itu pada Evelyn.
"Ni Ev, bunga ini buat lo. Semoga lo suka. Terima ya!"
Aris serta penghuni rumah lainnya, tersenyum senang melihat tingkah Zellio. Sarah dan Joddy tersenyum lebar, Aris yang terkekeh kecil, dan Kanova yang juga ikut tersenyum tipis melihat mereka berdua.
Evelyn sempat kaget dengan raut bertanya-tanya. Namun akhirnya, dengan perlahan. Tangan Evelyn meraih bunga yang Zellio serahkan kepada nya.
"Em-makasih Yo." Ujar Evelyn malu-malu, membuat Zellio sedikit terkejut. Namun tak lama, ia tersenyum senang melihat respon Evelyn yang di luar ekspektasi.
Evelyn menciumi bunga itu dengan lekat. Bibirna menyunggingkan senyum manis. Membuat Zellio semakin beku di depannya.
Tatapan Evelyn, enggan sekali berpindah dari bunganya. Ia pun sama-sama merasa sangat senang karena bisa mendapat sesuatu yang ia suka. Meski tadinya ia merasa malu, tapi akhirnya dengan perlahan ia memberanikan diri untuk mengambil bunga itu dari tangan kekar Zellio.
Sedangkan di sisi lain, Kanova terdiam melihat kejadian yang tengah terjadi di depannya. Bunga tulip yang ia pegang di tangannya, rasanya ingin segera ia lepas. Tapi, tiba-tiba saja Aris memanggilnya.
"Ka! Lo juga bawa bunga?" Seketika Kanova mengangkat perlahan bunganya dengan ragu, lalu langsung memberikannya pada Aris.
"Selamet ya. Akhirnya lo sembuh. Sebelum nya maaf Ris. Tadi gue di chat nyokap. Aruna sakit. Jadi gue musti cepet-cepet balik." Ujar Kanova tanpa basa-basi, namun dengan raut setengah cemas.
Sarah yang mendengar itu seketika heran, "Lho? Ko mau langsung pulang. Kita kan mau makan malam dulu Ka!" Ujarnya.
Kanova menatap Sarah dengan raut tidak enak.
"Maaf Tan. Aruna sakit. Jadi saya harus pulang sekarang. Maaf ya Tan, Om." Ujar Kanova seraya mencium tangan Sarah dan Joddy.
"Yaudah. Semoga Aruna cepet sembuh ya Ka!" Ucap Joddy yang langsung di angguki oleh Kanova.
"Iya Om makasih. Yaudah Om, Tan, Yo, Ris, pulang dulu. Assalamualaikum." Kanova kembali mengangguk lalu segera melewati pintu depan.
"Wa'alaikum salam." Balas seluruh penghuni ketika tubuh Kanova benar-benar hilang di balik pintu.
Evelyn hanya melihat sekilas bahu yang menghilang dibalik pintu itu. Ia masih merasa senang dengan kehadiran bunga itu. Sampai-sampai, membuat Zellio dan Aris juga ikut tersenyum melihatnya.
Tiba-tiba, ponsel Evelyn berdering. Seketika itu juga Evelyn segera mengangkat nya. Ia pun meminta izin pada Sarah untuk menjawab telfonnya. Setelah di setujui, ia pun pergi ke dapur.
Dari ruang tamu, Zellio bisa melihat Evelyn yang nampak serius dengan obrolan di telfonnya. Tak lama pun, Evelyn segera kembali ke ruang tamu. Meminta izin untuk pulang karena ada keperluan mendesak.
Sontak Sarah sedikt kecewa, karena makan malamnya akan terasa sepi. Tapi ia tetap mengizinkan Evelyn untuk pulang.
Dan, Zellio pun segera mengangkat suara untuk mengantarkan Evelyn ke rumah.
Meski tadinya ragu, tapi karna waku yang mendesak. Akhirnya Evelyn pun menerima tawaran yang Zellio lontarkan.
Setelah berpamitan kepada Sarah, Joddy dan Aris. Mereka berdua pun akhirnya menyusul Kanova yang tadi sempat pulang terlebih dahulu.
"Maaf ya Lio. Gue jadi ngerepotin elo." Ujar Evelyn seraya memakai helm yang diberikan oleh Zellio.
"Engga apa-apa. Gue juga sekalian mau pulang juga. Lagian, rumah kita searah." Ucap Zellio sembari naik ke atas motornya. Ia kemudian melihat Evelyn yang kesusahan saat menaiki motornya.
Ia lalu turun lagi. Membuka jok motor yang di dalamnya berisi Hoodie berwarna moca, menunjukannya pada Evelyn.
"Pake. Gue ga jamin lo bakal ga masuk angin kalo pake pakean gitu." Perintah Zellio saat melihat Evelyn yang masih mengenakan seragam sekolah.
Dengan perlahan, ia membuka helm yang Evelyn kenakan. Lalu dengan segera mengenakan hoodie miliknya ke dalam tubuh Evelyn yang muncil. Lalu setelahnya ia kembali memasang helm ke kepala Evelyn.
Evelyn hanya diam, tidak merespon. Pun dengan Zellio yang gerak cepat. Lalu setelahnya, ia naik ke motor, disusul Evelyn dibelakang nya. Setelah siap, ia pun segera menancapkan gas.
"Ngomong-ngomong, lo ga dingin gitu pake rok? Mana lo belum ganti seragam juga." Ujar Zellio melihat pakaian Evelyn yang belum ganti sedari pulang sekolah.
"Em-gue lupa. Tadi buru-buru soalnya."
"Gue bakal cepet. Ga mau Lo masuk angin. Ya seenggaknya, hoodie gue bisa nahan suhu badan lo biar ga kedinginan."
Evelyn tetap diam di sana. Enggan untuk melingkarkan tangannya ke pinggang Zellio. Padahal dalam hatinya, ingin sekali ia melingkarkan tangannya pada pinggang Zellio.
"EVELYN! GUE KEDINGINAN! BISA PELUK GUE ENGGA?!" Teriak Zellio yang membuat Evelyn membeku.
Namun dengan perlahan, tangannya bergerak maju dan mulai melingkarkan tangannya pada tubuh Zellio yang hangat.
Zeliio pun tersenyum seraya melihat spion motor yang menampilkan wajah Evelyn yang polos dan sangat menggemaskan.