Evelyn menunjukkan arah jalan pulang kepada Zellio. Selama perjalanan, mereka berdua hanya saling diam dengan Zellio yang sesekali meliat spion yang memantulkan bayangan wajah Evelyn. Sedangkan Evelyn, hanya bisa berdiam diri dengan tangan yang melingkar di pinggang Zellio.
"Lurus aja. Nanti ada komplek Anggrek Bulan. Lo masuk aja." Jelas Evelyn saat sudah memasuki jalanan kawasan rumahnya.
Zellio mengangguk lalu segera menancapkan gas nya kembali.
Tak lama, mata Zellio menangkap sebuah taman kecil dengan tulisan Anggrek Bulan di depannya. Melihat ada seseorang yang ingin masuk, seorang satpam yang menjaga gerbang, segera membukakan gerbang besi hitam yang tinggi tersebut. Membiarkan Zellio masuk melewati nya.
Zellio hanya bisa mengangguk ramah kala melewati satpam tersebut.
Memasuki wilayah perumahan, mata Zellio melihat kanan-kiri. Perumahan ini tidak terlalu ramai, juga tidak terlalu sepi. Di beberapa rumah yang mereka lewati, terdapat pemilik rumah yang tengah mengobrol di halaman depan.
Adapun rumah dengan gerbang yang sangat tertutup. Yang jika dilihat dari luar, seperti rumah tak berpenghuni.
"Stop!" Pekik Evelyn tepat didepan rumahnya.
Zellio pun spontan berhenti.
"Ini rumah Lo?" Tanya Zellio yang langsung di angguki oleh Evelyn. Ia kemudian turun dengan perlahan dan berdiri di samping Zellio.
"Em, mau mampir dulu ga?" Tawar Evelyn pada Zellio dengan raut sedikit ragu dan agak menahan.
"Ga usah Ev. Gue mau langsung pulang aja. Lagian, gue udah bisa lega karena udah nganterin lo sampe depan rumah."
"Next time, gue bakal anter Lo sampe kamar si. Itupun kalo boleh." Uajr Zellio seraya tersenyum jahil. Sedangkan Evelyn malah salting karena pernyataan Zellio yang cukup jenaka tapi manis.
"Yaudah, maka-
KRIIIIIK!
Suara gerbang yang terbuka berhasil memotong kalimat Evelyn yang belum tuntas. Ia segera menoleh kebelakang dan langsung mendapati Pras, ayah Evelyn yang tengah keluar.
Evelyn melihat papahnya yang sepertinya sedang terburu-buru.
"Evelyn?" Tanya Pras setengah heran.
"Ayah?" Seketika Evelyn langsung mencium tangan Pras. Di susul Zellio di belakangnya.
"Ini siapa nak?" Tanya Pras pada Evelyn yang kemudian tersenyum ramah pada Zellio.
Evelyn seklias menatap Zellio, "Ini temennya Aris yah. Namanya Lio."
"Oh, Lio? Pantesan mukanya ga asing. Ternyata temennya Aris toh."
"Iya om." Timpal Zellio seraya terkekeh kecil.
"Yaudah, di suruh masuk dong Ev. Masa di luar si? Nanti apa kata tetangga?" Ujar Pras dengan wajah jenakanya. Membuat Evelyn dan Zellio yang hanya bisa senyum-senyum saja.
"Oh iya. Papah mau ke om Aji dulu ya. Istrinya sakit soalnya. Mamah ga bisa ikut karena kurang enak badan. Makanya ayah suruh kamu buat cepet-cepet pulang. Buat jagain mamah." Jelas Pras pada mereka berdua.
"Tante Raya sakit?" Tanya Evelyn sedikit terkejut.
"Iya. Yaudah ya Ev. Ayah pergi dulu. Assalamualaikum." Setelah itu, Pras langsung masuk ke dalam mobilnya dan segera menancapkan gas.
"Wa'alaikum salam." Ujar mereka berdua serentak.
Evelyn melambai pelan pada Pras sambil tersenyum manis. Matanya menatap mobil itu sampai keluar melewati gerbang. Setelah kepergian mobil Pras. Evelyn lalu menatap kembali Zellio yang berdiri di sampingnya.
"Denger kan kata bokap gue. Mampir dulu aja." Ucap Evelyn.
Zellio menatap Evelyn sambil menggaruk tengkuk lehernya merasa tidak enak. "Eh, engga apa-apa emangnya Ev?" Tanyanya sedikit ragu.
"Engga apa-apa. Yaudah sini masuk!" Ajak Evelyn sambil berjalan masuk ke dalam halaman rumahnya.
"Ini motor gue gimana?"
"Masukin aja!"
Zellio segera memasukkan motornya ke halaman rumah Evelyn yang cukup luas. Tiga lampu taman yang menyala menjadi penerang malam yang cantik.
Setelahnya, Zellio menyusul Evelyn ke dalam rumah. Dan Evelyn pun segera mempersilahkan nya duduk. Sedangkan dia berjalan menuju dapur, membuka kulkas, mengambil beberapa minuman dingin dan dua toples berisi snack di dalam laci atas kompor.
Kemudian dia kembali ke ruang tamu dan menaruh makanan dan minuman yang baru saja dia ambil di atas meja.
"Lo pasti haus Yo." Mendengar pernyataan dari Evelyn, Zellio hanya mengangguk. Kemudian dia mengambil satu botol teh matcha dan meneguknya secara perlahan.
Evelyn pun duduk di sofa depan Zellio. Matanya fokus memandangi Zellio yang tengah meneguk minumannya. Zellio yang tidak sadar, hanya bisa melanjutkan kegiatannya.
Baru setelah dia menaruh botol itu kembali di atas meja. Ia baru sadar bahwa Evelyn tengah memandangi dirinya. Zellio pun sekilas menatap mata Evelyn. Spontan, mata Evelyn langsung beralih ke arah lain kala mata Zellio menatap tepat di matanya.
Ia segera membenarkan posisi poninya karena merasa salah tingkah akibat tatapan Zellio, yang meski hanya sekilas saja.
Zellio hanya tersenyum tipis melihat reaksi Evelyn yang ternyata, sangat menggemaskan.
"Oh iya. Gue ga bisa lama-lama si Ev. Paling beberapa menit lagi gue juga bakal balik." Ujar Zellio.
"Em, yaudah engga apa-apa."
"By the way, gue bawa sesuatu si buat lo."
Evelyn menoleh kepada Zellio.
Zellio menunjukkan gantungan kunci berbentuk bunga tulip berwarna putih.
Evelyn hanya bisa terdiam menahan senyum kala melihat gantungan kunci yang mungil nan cantik itu. Tangannya tanpa sadar bergerak mengambil benda itu.
"Gue sekalian beli itu di toko bunga tadi."
"WAH! Bagus banget. GUE SUKA!" Pekik Evelyn girang. Senyumnya begitu lebar dengan manik mata yang indah.
Zellio pun ikut senang dan terbawa suasana. Wajahnya riang dengan bibir melengkung ke atas. Dalam hati dia bernafas lega melihat reaksi Evelyn.
"Em, Lo ga salin dulu Ev?"
Evelyn seketika terdiam dan langsung melihat seragam nya yang mulai lusuh. Tak lama, kembali menatap Zellio seraya terkekeh.
"Yaudah gue salin dulu ya Yo!" Evelyn berdiri dari tempat duduknya. Pun dengan Zellio yang ikut berdiri juga.
"Gue juga sekalian mau balik. Takut adik gue nyariin." Ujar Zellio.
"Ko cepet banget. Baru juga duduk Yo." Balas Evelyn dengan nada sedikit kecewa.
Zellio senyum tipis, "Maaf ya. Gue ga bisa lama."
"Yaudah ya, Ev. Gue pulang dulu." Sambungnya lagi dengan raut setengah tidak enak.
"Em, yaudah." Pasrah Evelyn.
Zellio beranjak dari atas tempat duduknya, lalu berjalan menuju pintu depan. Di belakangnya ada Evelyn yang turut mengantar Zellio menuju pintu rumah dan melewati nya.
Sampai di depan halaman rumah, Zellio langsung berjalan menuju motornya lalu mengeluarkan nya dari halaman rumah.
Sebelum menancapkan gas, Zellio sempat menatap Evelyn yang berdiri di halaman rumah. Tangannya masih menggenggam gantungan tulip itu.
Setelah beberapa detik mereka bertatapan, Zellio menyunggingkan bibir dan mulai melajukan motornya. Pun dengan Evelyn yang ikut menyunggingkan bibir melihat kepergian Zellio.
Evelyn kemudian memasuki rumahnya lagi dengan perasaan bahagia.
Zellio memang selalu bersikap biasa saja. Tapi sikapnya hari ini. Berhasil membuat perasaan Evelyn sedikit bergejolak karena bahagia.