"Dia memang seperti itu. Kuharap kamu memaklumi anak lelaki bungsuku itu, Asih." Kirani kembali melihat jalanan bekas langkah Bara dan Dandi yang beberapa menit tadi sudah pergi meninggalkan mereka berdua. Sejenak menghela napas panjang.
Asih memerhatikan raut wajah Kirani yang dalam hitungan detik langsung berubah. Terlihat sayu. Seperti tengah pergi ke masa lalu.
"Nanti juga kamu akan terbiasa. Anak-anakku sering kali menunjukkan sikap berontak dan keterlaluan. Tapi sebenarnya, mereka tetap dua anak kecil yang meminta perhatian orang-orang di sekelilingnya. Aku sangat paham apa keinginan mereka di kehidupan keluarga besar ini. Tapi, aku memilih untuk pura-pura saja tidak tahu. Dan ini semua kulakukan agar mereka bisa menjadi lelaki-lelaki tangguh. Mereka harus terbiasa dengan semua ini." Kirani tersenyum.
Walaupun Kirani tidak berbicara secara jelas, tapi Asih sudah dapat mengerti apa maksud ucapannya barusan itu.