"Maksud gue, kalau lo kabur dari sini pastinya lo akan dituntut ganti rugi atas semua harta yang udah diberikan sama Ayah gue ke lo." Bara pun bergegas pergi, entah kenapa melihat Asih yang bersikap ramah padanya … Bara justru jadi semakin canggung dengan ibu tiri seumurannya itu.
Asih pun tertawa melihat Bara yang salah tingkah.
"Terima kasih Bara, aku kira hatimu itu batu. Ternyata, rawa yang kurang dilestarikan saja. Nyeremin tapi manfaat," gumam Asih, dan dia pun pergi berlalu menuju dapur.
Setelah Asih menghilang di belokkan jalan, Bara yang juga sudah berbelok tiba-tiba kemali mundur –melihat sisa-sisa jejak langkah Asih dan mematung di sana sebelum beberapa detik kemudian, dia pun berjalan kembali.
"Kalau lo tahu saat lo pingsan Ayah gue tanya-tanya kenapa kita pulang telat dan gue ceritain kondisi orang tua lo saat kita pas-pasan lihat mereka di jalan, mungkin lo akan geer Asih. Enak saja, lo mikir gue baik ke lo. Sampai kapan pun, lo enggak akan pernah gue hormati sebagai ibu tiri gue. Sudah terlalu banyak ibu tiri yang ngelunjak, si Bunda Monik yang nggak waras itu pun juga sulit gue musnahin biar masuk ke perut bumi. Sayangnya gue masih punya nurani Asih, tapi gue juga punya dendam." Bara seperti orang gila mengoceh sendiri, dia pun sadar dan langsung pergi berniat menemui Kirani untuk meminta kejelasan soal ke mana menghilangnnya kakaknya, Adrian.
***
Di dapur, Asih meminum air putih di gelas yang sudah dia isi tadi dari dispenser. Setelah itu Asih bangun dari kursi dan menyimpan gelas bekas minumnya ke wastafel untuk kembali lagi ke kamar.
Namun, langkahnya tertahan saat istri pertama suaminya—Monika menghalangi langkah Asih.
"Mbak Monika?" Asih terkejut.
Monika melipat tangannya di dada sambil tersenyum sinis dan membelalakkan mata besar nan bulat milik perempuan yang sudah berumur tapi tetap cantik itu, dan bahkan harus Asih akui kalau kecantikan Monika mirip sekali orang blasteran tapi lebih kental indonesianya.
"Enak ya kamu sekarang udah berasa kayak nyonya Muda," ucap Monika penuh penekanan.
Asih yang baru ditegur seperti itu oleh dirinya pun tercengang. Asih bertanya-tanya, mengapa Monika berbeda jauh dengan Kirani yang menyapanya begitu lemah lembut?
Asih memang belum tahu niatan asli Kirani padanya, hingga dia masih mengira Kirani lebih baik dari Monika.
Asih tidak ingin menanggapi Monika. Asih sudah melihat peran-peran perempuan jahat dan menganggu seperti dia di sinetron-sinetron.
Asih jadi merasa beruntung karena dulu dia dan ibunya seringkali menonton sinetron di salah satu acara televisi yang selalu menghadirkan kisah-kisah penderitaan seorang istri, khususnya mereka-mereka yang dimadu tapi berhati baik.
Meskipun Asih kecewa karena kehidupan di sinetron itu juga dialami oleh dirinya sendiri.
Setidaknya Asih masih percaya kalau pacarnya—Dandi suatu hari nanti akan menjemput dirinya. walaupun sampai sekarang, belum ada balasan dari Neneng, padahal pesan whatsappnya sudah menunjukkan dua garis biru yang berarti sudah Neneng baca.
Asih pun dengan berani melewati Monika.
"Permisi, Mbak!" ucap Asih dengan sopan seraya merendahkan badannya.
Tapi, rupanya itu justru membuat Monika semakin geram karena merasa tidak dihargai. Monika mencengkram tangan Asih dengan sangat keras dan membuat Asih keperihan.
"Mau ke mana kamu? Enggak sopan banget nyelonong begitu aja," ucapnya.
Rahang Monika pun begitu tegang, tanda bahwa perempuan itu sangatlah marah.
"Awww, Mbak Monik … sakit!" Asih kesakitan, tangannya seperti dicubit begitu keras dan diperintil.
Seketika ia pun kembali ingat percakapannya dengan Kirani. Kirani bilang dulu dia juga diperlakukan tidak baik oleh Monika.
Jadi, Asih seharusnya sudah tidak terkejut lagi. Bukannya Asih tidak bisa melawan, tapi dia takut kalau Asih melawan nantinya justru akan membuat Monika semakin membencinya.
"Sakit ya? Gini? Sakit? Hahahah." Monika sangat puas melihat Asih kesakitann sampai menangis seperti sekarang.
"Mbak, sakit Mba! Kumohon … lepas!" pinta Asih.
"Apa kamu bilang, hemmm? Lepas? Enak saja, lepas-lepas. Kamu kira hati saya tidak lebih sakit dari ini apa? Kamu itu bikin saya iri Asih, kenapa kamu dulu mau menikah sama suami saya? Hah? Kenapa kamu tidak ikut sama Nengsi ke liang lahat sekalian? Kenapa?" Monika membentak-bentak Asih dengan cukup keras. Dia seperti tidak takut kalau ada orang yang mendengar dan melihatnya nanti.
Tapi, tentunya Monika sudah paham betul kalau di dapur adalah tempat yang ketika kita menjerit pun, maka tidak akan terdengar ke kamar Jajaka Purwa.
Jikalau terdengar pun, hanya oleh para pembantu saja dan mereka-mereka tidak akan mungkin mencegah Monika untuk melukai Asih. Mana ada yang berani, itu mereka namanya cari mati.
"Mbak, saya juga terpaksa Mbak. Saya sama sekali tidak ingin menikah dengan suami Mbak."
"Bohong! Awalnya semua istri muda pasti selalu bilang seperti itu. Seperti kamu barusan. Tapi akhirnya? Setelah mereka dan keluarga mereka tercukupi secara finansial, semua justru ingin berlomba-lomba menunjukkan bakat mereka merayu suami saya agar betah bersama mereka. Seperti kamu Asih! Buktinya suami saya betah tidur sama kamu sampai dia pun selalu pulang terus ke rumah lebih cepat, hanya untuk menunggu kamu pulang dari sekolah."
"Tapi Mbak, demi Allah. Saya menerima pernikahan ini terpaksa, Mbak juga tahu kan?"
"Ahhh, bulshit! Buktinya juga kenapa keluarga kamu menerima penerimaan dari suami saya? Kenapa? Kamu kan yang ngerayu suami saya biar kasihan sama keluarga kamu? Iya? Kamu punya target berapa Milyar untuk memeras suami saya?" Monika semakin mencengkram tangan Asih, sampai kuku-kuku panjangnya pun seperti masuk ke dalam kulit Asih.
Begitu tajam dan semakin diperintilnya ke belakang.
Asih semakin menjerit kesakitan. "Aww, Mbak. Sakit Mbak, saya mohon lepas!"
"Lepaskan dia, Monika!" titah seseorang yang tiba-tiba datang.
Asih terkejut, apalagi Monika. Seketika Monika pun melepas cengkramannya dan menatap sinis perempuan yang lebih muda darinya itu.
"Awww!" jerit Asih setelah tangannya dilepas dengan cukup kasar.
Monika kemudian melangkahkan kakinya untuk berdiri berhadapan dengan Gisella. Dia adalah selir pertama, yang sudah dipercayai Jajaka Purwa.
Kedudukannya setara dengan Monika, sebagai istri pertama. Jika Monika di barisan istri sah, maka Gisella di barisan istri siri.
Basis kekuatan yang sama-sama besar dan berpengaruhnya di rumah besar bak istana kerajaan ini.
"Ngapain kamu ke sini, hah?" tanya Monika dengan mata belotot, tertuju pada Gisella yang sekarang berdiri di ambang pintu sambil tersenyum-senyum –seperti senyuman merendahkan sekaligus menyepelekan pertanyaan Monika barusan.
"Kalau enggak ada yang penting, mana mungkin aku masuk ke wilayahmu ini." Senyum Gisella merekah.
"Kurang ajar kamu, Gisell!" Seketika Monika ingin menamparnya, tapi dengan cepat disergah oleh Gisella. Tangan Monika dicengkram kuat hingga dia tidak bisa melakukan aksinya.
Bibir tebalnya, dan mata yang sama tajam milik Gisella menatap mata tajam milik Monika. Seperti duel maut yang membuat Asih menjadi satu-satunya penonton di sana.
"Jangan berani-berani mengangkat tanganmu, padaku Monika! Kamu tak ingin kan aku laporkan lagi seperti waktu itu?" Gisella tersenyum senang.
Bab 51
Tentunya, moment dulu tidak akan pernah dilupakan oleh mereka. Waktu itu, di tepi kolam renang yang ada di rumah besar ini … para selir berenang dan menikmati hari mereka bersantai di hari minggu dan mengajak suami mereka—Jajaka Purwa untuk bergabung.
Monika yang tidak terima karena para istri sah tidak diajak pun marah dan mendatangi Gisella.
Monika menampar Gisella di depan selir-selir yang lain sampai dia terpental ke kolam dan saat itu juga berbarengan Jajaka Purwa datang.
Dia langsung membentak Monika dan mengusirnya hari itu juga, dan Monika disuruh meminta maaf pada Gisella di hadapan semua istri Jajaka Purwa.
Tapi, Gisella akan memaafkan Monika jika perempuan yang sudah menamparnya waktu itu mendapat hukuman lain yaitu mengkuteki semua para selir.
Bagaimana Monika tidak darah tinggi? Emosinya membludak tapi tidak bisa dia keluarkan dan hanya bisa dia tahan saja sedangkan Gisella begitu senang karena Jajaka Purwa lebih memihaknya waktu itu.
Itu adalah hari yang sangat terhina bagi Monika, nilai derajatnya yang tinggi seketika anjlok sampai terasa dijadikan keset oleh mereka.
Gisella pun melepas cengkramannya pada tangan Monika dengan kasar dan melambai pada Asih untuk mendekat ke arahnya.
"Asih, kemarilah!" Gisella tidak memperhatikan raut wajah Monika yang sekarang sangat merah padam karenanya.
Dengan ragu, Asih pun melangkah dan mendekati Gisella. Dirangkulnya Asih olehnya dan kemudian mereka pergi meninggalkan Monika yang tidak bisa berbuat apa pun.
Hanya wajahnya yang terlihat seperti udang rebuslah yang terlihat oleh sorotan mata Asih.
Tapi Monika tidak ingin kalah, dia mengikuti mereka berdua yang pergi menuju kamar Asih.
"Hei! Gisella, mau ke mana kamu?" teriak Monika dari belakang, "ini bukan kawasanmu," tambahnya lagi.
"Menyebalkan!" dengus Gisella.
Asih yang berada dalam rangkulannya pun mendongak ke wajahnya yang sama-sama cantik seperti Monika. Bedanya, wajah khas Indonesia sangat tampak di wajah Gisella.
Wajah yang sangat ayu seperti putri-putri kerajaan, begitu lugu dan sangat sulit dipercayai dia sama keras kepalanya dengan Monika.
Terlihat seperti penjahat tanpa perangai jahatnya, jahat yang halus.
"Gisella!" Monika sudah ikut berjalan di samping mereka dan mengoceh tak henti-henti, "Gisella, ka –"
Gisella kembali menghentikan langkahnya.
"Apa kamu berani melarangku menginjakkan kakiku ke sini ketika aku disuruh oleh suamiku sendiri untuk melayaninya di kamarnya? Iya, begitu?" tanya Gisella.
Dia seakan-akan punya kartu As yang langsung dia berikan pada Monika. Monika kalah telak, terlihat dari wajahnya yang syok mendengarnya.
Bagaimana bisa? jajaka Purwa tidak pernah ingin bermalam di kamarnya, dan lebih senang mengunjungi istri-istrinya.
'Apa? Apa aku tidak salah dengar? Bagaimana mungkin si Fir'aun Modern itu bisa menyuruh istri yang lainnya untuk bermalam? Padahal tadi aku sudah menjadi korbannya. Sebegitu serakahnya dia?' gumam Asih di hatinya.
Asih sungguh tidak menyangka, bahkan dia saja baru bisa bebas keluar kamar setelah melayani suaminya itu. Sungguh tidak rasional sekali.
'Hahaha, aku yakin kamu pasti sirik padaku Monika! Kamu juga mudah tersulut emosi dengan alasan palsuku. Suami kita memang mengundangku untuk datang ke kamarnya, tapi sayangnya dia tidak mengajakku untuk bermalam. Dia hanya ingin tahu info-info dari istrinya yang lain. Akulah istri yang dipercayainya untuk mengawasi kalian, bodoh!' Gisella berkata dalam hatinya.
'Apa? Aku tidak percaya ini, kehormatan dia lebih tinggi daripada aku? Aku ini Istri pertama sekaligus istri sahnya, dia?' gumam hati Monika.
Dia pun berhenti mengikuti Gisella dan Asih yang mulai kembali berjalan.
Setelah mereka hilang dari pandangan Monika dan berbelok, Monika setengah menjerit seperti orang gila yang sedang marah.
"Tidak! Mana mungkin bisa seperti ini? Dasar J*L*NG! Awas kau Gisella, kupastikan kamu tahu akibatnya nanti. Akan kubongkar topeng manismu itu, lihat!" ancam Monika di tengah orang yang diancamnya sudah tidak ada.
Dia pun langsung pergi sambil menghentakkan kakinya, sangat kesal sekali.
***
TOK! TOK! TOK!
Bara mengetuk pintu kamar Kirani.
"Siapa?" tanya Kirani dari dalam. Entah sedang apa ibunya malam-malam seperti ini, Bara tahu dia belum tidur karena ini malam minggu.
Biasanya, kalau tidak dikunjungi oleh suaminya … Kirani selalu menghabiskan mala mini sambil nonton film barat (Hollywood) dengan banyaknya cemilan kesukaannya.
"Ma, ini Bara. Bara ingin masuk," ucap Bara menjelaskan maksudnya.
Tidak terdengar jawaban dari Kirani, tapi tidak lama pintu terbuka dan yang membukakaknnya adalah si pemilik kamar itu sendiri.
"Ada apa Sayang? Apa lukamu sakit?" tanya Kirani khawatir sambil meraba-raba wajah Bara kembali.
Takutnya bekas pukulan itu meradang, dia takut jika wajah tampan anehnya akan benyok selamanya. Kalau begitu, tidak ada yang bisa dibanggakan Kirani dari Bara.
Kirani sudah terkenal dengan kedua anak tampannya yang membuat orang lain iri. Melahirkan anak-anak good looking merupakan penghargaan tersendiri bagi seorang ibu.
Seperti menciptakan bibit unggul yang siap bersaing nantinya.
"Tidak Ma, aku hanya ingin tanya," ucap Bara.
Mata Kirani penuh penyelidikkan padanya. Apa yang ingin ditanyakan Bara malam-malam?
"Apa?" tanya Kirani dan melebas tangannya yang tadi meraba-raba –memeriksa waja Bara.
"Kak Adrian ke mana Ma?" tanya Bara langsung ke inti tanpa bertele-tele.
"Bara, ayo masuk dulu ke kamar Mama!" ajak Kirani.
Bara pun tidak pnya alasan untuk menolaknya dan masuk ke kamar ibunya sendiri tanpa berpikir panjang, orang kamar ibunya sendiri kan?
Didudukkannya Bara di kasur Kirani –mereka berdua saling berhadapan satu sama lain.
"Kak Adrian main sama cewek, Ma?" tanya Bara lagi saking penasarannya dia.
Malam minggu enggak ada di rumah dan teman-teman Adrian tidak mengajaknya main, itu sangat membuat Bara curiga.
Jika iya Adrian pergi untuk apel dengan seorang perempuan, Bara tidak masalah, dia pasti sangat gembira. Namun, pastinya juga Bara sangat heran sekali.
Kirani pun tertawa. Menurutnya, wajar kalau Bara cerewet perihal kakak satu-satunya itu. Keduanya sudah seperti Upin dan Ipin yang sangat lengket.
Dari dulu Bara juga suka ingin memakai baju yang selalu sama dengan Adrian dan sering disangka kembar walaupun semua orang sudah dapat menebak, siapa kakaknya dan siapa adiknya.
Usia mereka terpaut cukup jauh, jarak lima tahun sangat bisa dibedakan mana kakak mana adik apalagi Adrian lebih tinggi dari Bara.
"Tahu tuh, katanya mau main sambil mesem-mesem. Kayaknya iya," balas Kirani, "kalau kamu sendiri gimana?"
Ditanyai seperti itu, Bara pun salah tingkah dan menggaruk kepala belakangnya yang terasa tegang, bukan gatal.
"Bara lagi berjuang Ma, doain ya. Hehe." Bara menyeringai pada ibunya, menampakkan ketidakpedean.
Kirani terkejut, setahu Kirani—Bara sudah punya pacar yaitu Bella. Dia belum tahu kalau mereka berdua sudah putus.
"Lah, merjuangin apaagi? Si Bella?" tanya Kirani heran dan menatap Bara penuh pertanyaan.
Bara sudah tahu kalau reaksi ibunya akan seperti itu. Kirani sangat menyukai Bella karena Bella cantik dan periang, jadi kalau diajak ngobrol juga sangat nyambung apalagi diajak ngobrol tentang fashion dan info-info terkini lainnya.