Bara melihat Asih dari kaca spion yang terpajang di tengah-tengah. Di depan. Di antara Bara dan Asih.
Kedua tangan Bara anteng memegang kemudi.
Asih lalu menatap Bara dengan sangat judes. Bara saja sampai terperanjat karena tatapan Asih itu.
"Kamu harusnya mikir dong. Kalau aku udah aduin kamu, pastinya Ayah kamu itu negur kamu kemarin. Tapi buktinya? Enggak, kan?" Asih tersenyum sinis lalu kembali memalingkan pandangannya ke depan. Ke jalan raya.
"Idih, biasa aja kali ngomongnya. Gak perlu nyolot gituh," protes Bara sambil tertawa. Sinis.
Bara geleng-geleng kepala. Asih memang semakin ke sini, semakin berani padanya.
Dan anehnya, entah kenapa Bara merasa aneh pada dirinya sendiri.
Bara mengulum senyum sebab menurutnya, wajah Asih jadi sangat lucu ketika marah.
'Kenapa wajah lo jadi imut gituh ya kalau marah?' tanya Bara dalam hati sambil melihat wajah Asih dari pantulan kaca spion.