"Tapi, kalian pun juga sudah tahu kan? Kenapa aku yang harus bercerita?" Mega kembali beralasan.
"Tidak ada yang mahir bercerita melebihi dirimu di sini." Maria memuji dengan manis sambil tersenyum dan mengerlingkan matanya.
"Itu sangat benar." Raras mendukung ucapan Maria.
Mega hanya bisa menjulingkan mata tanda malas dengan pujian hasutan itu.
"Ya. Selalu aku yang harus kembali menceritakannya." Mega akhinya benar-benar pasrah.
Raras dan Maria pun tertawa. Mega selalu menampakkan ekspresi lucu ketika dia tersudutkan.
Asih yang melihat mereka saling tuding pun jadi tersenyum karena lucu.
Bisa-bisanya mereka yang sudah berumur dan merupakan wanita sosialita, bisa bersikap menggemaskan seperti ini. Berbeda dengan bayangan Asih sebelumnya yang melihat mereka hanya dari casing-nya saja.
"Kau sudah siap mendengarnya, Asih? Aku berharap jangan sampai kau pingsan." Mega memperingatkan Asih dengan nada suaranya yang datar dan ekspresinya yang tidak bisa Asih tebak.