tutup Asih.
Tidak menghargai ciuman dari suaminya.
Namun Asih berusaha menahan diri.
Ia harus ikhlas menghadapi setiap kejadian pahit dalam hidupnya.
Termasuk hal-hal menjijikan seperti ini.
Batin Asih selalu gelisah, marah, dan selalu memanggil nama Dandi.
Asih ingin semua ini hanya mimpi.
Seperti cerita drama yang memang sengaja dibuat untuk pertunjukan saja.
Bukan kisah kehidupan nyata.
***
"Kau ingin bertemu temanmu?" tanya Hanantyo.
"Ya, Ayah. Aku harus pergi. Aku berjanji tidak akan lama." Dandi tersenyum pada Hanantyo.
"Hmmm, tidak apa-apa untuk waktu yang lama." Hanantyo bersikap baik kepada putra bujangannya.
Hanantyo juga mengetahui bahwa belakangan ini pikiran Dandi dipenuhi dengan berbagai polemik dalam hidupnya yang belum ia selesaikan.
Dia butuh penyegaran.
Dan untuk itu, Hanantyo mengizinkan Dandi pergi ke pusat kota untuk bertemu teman-temannya.
Dandi memiliki beberapa rekan bisnis dan teman dekat yang kini tinggal di pusat kota.