Dingin.
Hal itulah yang tengah Karina rasakan. Sedari tadi, ia bergerak gelisah di balik selimutnya. Cahaya matahari sudah muncul ke permukaan yang menandakan bahwa hari sudah pagi.
Wanita cantik dengan pakaian tidur satin lumayan terbuka itu semakin mengeratkan selimutnya. Tampak jelas, ia malas sekali untuk bangun.
Ken yang saat ini sudah siap dengan pakaiannya, melangkahkan kakinya untuk menuju kasur.
Ia harus membangung sang istri agar tidak terlambat ke kantor.
"Karina, bangun. Ini sudah jam tengah delapan. Kamu bisa terlambat ke kantor." Ken menggoncangkan pelan tubuh mungil istri cantiknya itu.
"Eugh." Lenguh Karina.
"Lima menit lagi. Kumohon," lirihnya.
"Nanti kamu terlambat Karina. Aku tidak ingin kamu menyalahkanku dan menangis seharian meratapi keterlambatanmu itu," ujar Ken sedikit keras.
Masih begitu segar di ingatan seorang Ken. Karina yang menangis senggugukan dan terus menyalakan dirinya hanya karena terlambat.