Chereads / Catastrophic Temptation : Zombie Apocalypse / Chapter 16 - 16) Kekuatan Baru Kevan

Chapter 16 - 16) Kekuatan Baru Kevan

Boooommmm!~ ...

Sebuah lubang terbentuk di dinding lantai dasar hotel. Dinding yang cukup tebal itu hancur seperti kapas yang beterbangan. Zombie yang Kevan hadapi saat ini adalah zombie yang bermutasi setelah memakan koleksi batu permata hijau zamrud yang dikumpulkan oleh Kevan sebelumnya.

Untung saja Kevan sempat menghindari tubuh zombie yang menerjang itu. Jika tidak, ia pasti sudah hancur berkeping-keping.

"Dasar sialan. Sedari awal dia sudah mengincar batu-batu permata itu." keluh Kevan yang kembali berdiri dan berlari, mencari tempat sembunyi untuk memikirkan langkah selanjutnya.

Ia berhenti di sebuah pilar yang menopang bangunan hotel itu. Dengan napas yang lumayan terengah-engah, Kevan duduk bersandar pada pilar itu.

"Bagaimana aku menghadapi makhluk menyusahkan itu? Haruskah aku mulai membunuh para zombie dan memakan langsung batu permata dari otak mereka? Tapi, bagaimana jika permata itu hanya bisa berguna bagi zombie, namun mematikan bagi manusia?"

Kevan masih terus berpikir, namun zombie yang telah bermutasi itu sudah berada di atas kepalanya.

"Grrrrrr~ ... "

Suara geraman terdengar dari atas kepalanya. Dan saat Kevan mendongak, zombie itu benar-benar tepat berada satu jengkal di atasnya. "Dengan menempel di dinding seperti itu, kau benar-benar terlihat seperti cicak jelek. Aku yakin kau pasti sering dibully oleh orang-orang di sekitarmu."

Grabbb~ ... "Kheuk!~ ... " Kevan memekik saat lehernya dicekik oleh zombie itu.

Syuuunggggg~ ... Brakkk! ...

"Uhukk!~ ... " tubuhnya dilempar seperti sebuah objek yang sangat ringan, dan berakhir dengan menabrak meja resepsi hotel. Meja resepsi itu hancur berkeping-keping, dan Kevan bisa merasakan beberapa tulang rusuknya ada yang patah.

"Cough!~ ... " Kevan kembali terbatuk, dan darah segar keluar dari mulutnya. "Dasar bajingan ... "

Kevan baru saja ingin bangkit, namun zombie itu dengan cepat berada di atasnya. Dengan kaki kanan zombie itu menekan dadanya, Kevan benar-benar tak bisa bergerak.

"Singkirkan kaki menjijikanmu ... Uhukkkk!~ ... "

Zombie itu mengeraskan pijakannya pada dada Kevan. Beberapa tulang rusuk telah hancur di dalam tubuhnya.

Kevan berusaha memotong kaki kanan zombie yang berada di dadanya itu, namun pedang hitamnya tak bisa berbuat apa-apa. Armor hitam yang terbentuk di seluruh permukaan kulit zombie yang bermutasi itu benar-benar tak bisa ditembus.

Zrassshhhh!~ ... "Aaaaaargh! ... "

Zombie itu menggenggam tangan kanan Kevan dan mencabutnya dengan sangat mudah. Darah tak berhenti keluar dari sana.

Ya.

Kevan kehilangan tangan kanannya. Dan ia masih tak bisa bergerak akibat tekanan dari zombie yang menginjaknya itu.

Sang zombie meraih kepala Kevan dan mengangkat tubuhnya dengan satu tangan.

"Graaaawwwrrrr!~" zombie itu mendekatkan wajahnya pada wajah Kevan dan meraung dengan keras.

Dengan rasa sakit yang tak terbayangkan, Kevan sudah tak bisa lagi berbuat apa-apa.

Dan saat si zombie mutasi itu ingin mengakhiri hidup Kevan, suara langkah kaki yang sangat besar terdengar dari arah pintu masuk hotel.

Zombie itu berbalik dan mendapati satu zombie lain berada di sana, dengan tinggi lebih dari dua meter dan hanya memiliki satu tangan.

Zombie setinggi lebih dari dua meter itu tersenyum lebar.

Itu adalah zombie yang dihadapi Kevan di kampus. Dia juga merupakan zombie yang menerobos pagar kantor kepolisian dengan mudah. Yang berbeda saat ini adalah, otot-ototnya terlihat lebih keras dari sebelumnya.

Apakah zombie bertubuh besar itu juga telah bermutasi?

"Graaaawwwrrr!~" si zombie mutasi melepaskan kepala Kevan dan menerjang ke arah zombie berukuran besar itu.

Booommmm!~ ...

Dalam sekejap, kedua zombie itu saling bertarung. Sedangkan Kevan terbaring tak berdaya, dengan tangan kanannya yang telah hilang.

Dengan tenang, ia menatap langit-langit ruangan itu tanpa ekspresi. Dalam sekejap, kedua matanya tertutup, dan senyuman mengembang di bibirnya. "Rea, maafkan aku. Sepertinya mulai sekarang, kau harus bertahan hidup tanpaku. Semoga kau bisa akrab dengan yang lainnya."

Di saat-saat terakhir hidupnya, yang ada di pikiran Kevan hanyalah adik yang sangat ia sayangi, Rea.

"Grrraaaahhhh~ ... "

Satu zombie berjalan mendekati Kevan. Diikuti beberapa zombie lainnya yang sepertinya tertarik dengan suara pertarungan sebelumnya.

Satu ...

Dua ...

Tiga ...

Semakin bertambah. Mungkin jumlahnya sudah mencapai puluhan. Zombie-zombie itu semakin mendekat ke arah Kevan.

Kevan sudah tak bisa bergerak. Ia bahkan telah kehilangan tangan kanannya, sedangkan pedangnya berada di tangan kanannya.

Semakin dekat.

Zombie-zombie itu semakin dekat kepadanya.

Kevan yang sedari tadi hanya berbaring diam sembari menutup matanya, tiba-tiba membuka kedua matanya dan mengeraskan ekspresinya. "Tidak mungkin aku mati di tangan makhluk menjijikan seperti kalian, bangsat!"

Dengan seluruh tenaga yang tersisa, ia menjatuhkan satu zombie menggunakan kakinya. Saat zombie terdekat telah jatuh, Kevan menggigit kepala zombie itu dan menelan batu permata yang ada di dalam otak mereka.

Glup ...

"Grraaahhhh!~ ... "

Tubuhnya kini telah dikerubungi oleh puluhan zombie. Seluruh bagian tubuhnya digerogoti habis oleh zombie. Selama beberapa menit, zombie-zombie itu terus berusaha menggerogoti tubuh Kevan.

Namun Kevan tiba-tiba bangkit. Dalam posisi duduk, dengan puluhan zombie yang menggigit seluruh bagian tubuhnya, Kevan mencekik salah satu zombie lalu menggigit kepalanya.

Seakan tak merasakan apapun, Kevan terus meraih zombie-zombie itu dan menggigit kepala mereka. Mencoba memakan batu-batu permata yang ada di dalam otak mereka.

Crassshhhh!~ ... Glup ...

Tersisa satu zombie yang masih berusaha menggerogoti kakinya. Namun gigi zombie itu seakan tak bisa menembus kulitnya. Kevan mencekiknya,

Crassshhhh!~ ...

Hanya dengan cekikan tangan kirinya, leher zombie itu hancur. Kevan menggigit kepala zombie terakhir itu untuk menelan batu permata hijau zamrud yang ada di otaknya.

Total ada tiga puluh empat batu permata yang telah ia telan.

Kevan berdiri dan mendapati tangan kanannya yang tergeletak di lantai. Ia melihat pantulan dirinya di kaca.

Pakaian yang ia kenakan sebelumnya habis tak bersisa karena digerogoti oleh zombie-zombie tadi. Namun tak ada luka sama sekali di tubuhnya.

Ia tak memakai apapun untuk menutupi tubuh telanjangnya. Meski tak ada luka sama sekali, namun tangan kanannya masih tak kembali. Selain itu, muncul tato aneh di tubuhnya. Di bawah tato bunga mawar hitam di leher kirinya, muncul sebuah huruf F kecil.

Kevan berusaha menghapusnya, namun tato itu seakan muncul secara permanen. Meski ia tak tahu apa artinya, namun satu hal yang ia ketahui secara pasti.

Ia merasa bahwa tubuhnya sudah tak seperti sebelumnya. Kedua bola matanya juga berubah menjadi putih bersih tanpa pupil sama sekali.

"Jadi, komik konyol yang kubaca tentang zombie itu ternyata benar? Bahwa batu permata yang ada di dalam kepala zombie bisa meningkatkan kekuatan manusia sampai sejauh ini?"

"Grrraaaaaawwwwrrrr!~ ... "

Zombie mutasi yang mencabut tangan kanannya tadi telah kembali.

Kevan tersenyum ke arahnya, "Sepertinya kau berhasil mengalahkan gorila jelek itu."

Zombie itu mendekat ke arah Kevan. Semakin lama langkah kakinya semakin cepat. Kevan masih diam di tempatnya berdiri.

Duakkkk!~ ...

Zombie itu meninju kepala Kevan sekuat yang ia bisa. Namun Kevan hanya meresponnya dengan meludah ke samping.

Kevan menatap balik mata zombie mutasi itu, "Segini saja kemampuanmu?"

"Grraaaawwwrrrr!~ ... "

Bukkk~ ... Bukkk~ ... Bukkk~ ...

Zombie itu terus mencoba menyerang Kevan. Hingga akhirnya Kevan menangkap tinju zombie itu dengan tangan kirinya, dan menghancurkan tangannya hanya dengan satu genggaman tangan.

"Grrraaaaaaah!~ ... " zombie itu seakan berteriak kesakitan.

Kevan tersenyum mendengar teriakan zombie itu. Entah mengapa, ia merasa bahagia saat mendengar suara zombie meringis kesakitan. Seakan bagian dalam dirinya sangat menikmati suara itu.

Senyuman di bibir Kevan menjadi semakin lebar, "Bagaimana rasanya? Hahahaha~ ... "

Kevan tertawa dengan kedua matanya menatap tajam ke arah zombie mutasi itu.

Duakkkk!~ ... Brakkkkk!~ ...

Kevan meninju perut zombie mutasi itu, dan tubuhnya bengkok. Zombie itu terus meringis kesakitan sambil berbaring tak berdaya di lantai.

Kevan berjalan mendekati tangan kanannya, mencoba memasangnya kembali di tubuhnya namun tak berhasil. Akhirnya ia memilih untuk merelakan tangan kanannya dan mengambil katana hitam miliknya.

Kevan kembali mendekati zombie mutasi yang masih terbaring kesakitan di lantai. Ia menginjak dada zombie itu dengan kaki kanannya. Dan tanpa ampun ia menusukkan pedang hitamnya itu ke dalam mulut zombie mutasi tersebut.

Jlebbbb!~ ... Crasshhh~ ...

Pedang hitamnya patah. "Sepertinya aku memang sudah tak membutuhkan benda ini." ucap Kevan yang lalu membuang pedangnya yang telah patah itu ke sembarang arah.

Ia mengepalkan tangan kirinya,

Booommmmm!~ ... Srassshhhh~ ...

Dengan satu tinju yang keras, Kevan menghantam wajah zombie mutasi itu. Kepala serta lantai di bawahnya hancur. Ya, kepala zombie mutasi itu benar-benar hancur lebur. Organ-organ dalam kepalanya berceceran. Dan di antara ceceran organ kepalanya itu, terdapat sebuah batu permata berwarna ungu.

Kevan mengambilnya lalu mengamati batu permata aneh itu. "Sepertinya isi kepala zombie yang telah bermutasi memang berbeda."

Tanpa pikir panjang, Kevan menelan batu permata itu. Namun sedetik kemudian, ia memekik, seakan tersedak. Ia merasa kehilangan semua tenaganya. Pandangannya menjadi kabur, dan terus menghitam. Hingga akhirnya ia jatuh tak sadarkan diri, tepat di sebelah mayat zombie mutasi yang baru saja ia hancurkan itu.