Chereads / As A Princess (Indo Version) / Chapter 4 - 4. Bertemu Pangeran Avery

Chapter 4 - 4. Bertemu Pangeran Avery

Siang ini Ariadne lebih sering menguap. Gadis itu hanya lelah mengikuti pergerakan Elie yang semakin lama semakin jauh. Elie sedang menjelaskan cara bercocok tanam. Bahkan Ariadne yang mendengar semua ucapan Elie itu tidak serius mendengarkan.

Bagi Ariadne, semua ucapan Elie hanyalah seperti angin. Masuk telinga kanan keluar ke telinga kiri. Begitu saja seterusnya, dan Ariadne sudah cukup bosan.

Ariadne memang bermaksud untuk bermain di taman kerajaan. Namun tidak seperti ini caranya. Ia hanya ingin berniat bermain pasir atau memetik bunga. Bukan meminta diajari untuk bercocok tanam yang benar.

"Hentikan Elie, kakiku lelah." Ucap Ariadne kesal.

Elie menunduk sopan. "Baiklah, puteri. Istirahatlah di kursi taman. Para pelayan akan mengambilkan minuman segar untukmu."

"Aku ingin minum es buah segar. Yang berisi anggur, stroberi, dan semangka." Pinta Ariadne.

Lagi dan lagi Elie mengangguk sopan menuruti segala permintaan Ariadne. "Baiklah, buatkan apa yang tuan puteri inginkan." Ucapnya pada salah satu pelayan.

"Elie.."

"Ya?"

"Bisakah kau pergi saja dari sini?"

"Apa maksudmu, puteri?"

"Aku ingin sendiri saja. Tanpa ada kamu dan para pelayan. Panggilkan saja Darian ke sini untuk menemaniku."

Elie menunduk lagi. "Baiklah, puteri. Setelah ini Darian akan kemari." Ucapnya, kemudian pergi dengan para pelayan untuk menuju ke area dapur kerajaan.

Ariadne tersenyum lebar. Wajahnya jadi sangat ceria karena sekarang ia sendirian di taman. Gadis itu langsung melepaskan sepatu kacanya yang terbuat dari berlian. Dilihatnya sendiri kakinya, jadi agak kemerahan dan perih. Sepatu kaca itu sangat kaku, dan Ariadne tidak suka memakainya.

Dengan senang hati, Ariadne melangkahkan kedua kaki telanjangnya ke arah pasir taman. Banyak juga rerumputan segar yang membuat perih di kakinya menghilang. Ariadne memetik satu bunga mawar dan ia selipkan pada telinga sebelah kirinya.

"Kamu selalu cantik, puteri." Ujar Darian yang tiba-tiba saja muncul.

"Ah, benarkah?"

"Ya. Kamu mirip sekali dengan ibumu."

Mendengar itu Ariadne jadi terdiam dan lesu. Ia teringat wajah Clemmie yang ceria saat mengajaknya bermain di taman ini.

"Maafkan aku tuan puteri, aku tidak bermaksud mengingatkanmu pada Ratu."

"Tidak apa-apa Darian, aku baik-baik saja. Kata Elie aku harus mulai menjadi dewasa. Tapi aku tidak memahami bagaimana cara menjadi dewasa."

"Kelak kamu akan menjadi seorang puteri yang sangat dewasa dan bijak. Dan aku akan tetap di sampingmu." Ucap Darian tulus.

"Terima kasih, Darian."

"Sama-sama, puteri."

Setelah itu datanglah seorang pelayan yang membawa nampan kotak. Nampan tersebut berisi semangkuk penuh es buah yang Ariadne inginkan tadi. Benar-benar sesuai dengan permintaannya. Berisi anggur merah, stroberi, dan potongan semangka berbentuk dadu.

"Silakan dinikmati, puteri." Ucap pelayan tersebut dengan menunduk sopan.

Ariadne sedikit membungkuk untuk membalas rasa hormat pelayannya itu. Sementara Darian hanya terkekeh kecil.

"Mengapa kau menertawaiku, Darian?" Tanya Ariadne setelah pelayan tadi pergi.

"Membungkuk untuk membalas tanda hormat tadi hanya untuk para tamu, para warga atau orang penting saja, puteri. Bukan untuk para pelayan."

"Apakah aku salah kalau aku juga ingin membalas tanda hormat dari seorang pelayan?" Tanya Ariadne.

Ditanya seperti itu membuat Darian tidak bisa membalas atau menjawab pertanyaan Ariadne.

"Ibuku mengajariku untuk sopan kepada semua orang. Dan tidak membedakan orang. Entah itu pelayan ataupun orang penting."

Darian jadi kagum mendengar alasan dari Ariadne. "Rupanya kau sudah sangat dewasa, puteri."

"Apakah yang seperti tadi termasuk sudah dewasa?" Tanya Ariadne polos.

"Iya. Tentu saja."

Gadis kecil itu terkekeh senang. "Ah, setidaknya aku mengingat pesan ibuku."

"Pangeran Avery memasuki kerajaan." Teriak seorang penjaga pintu kerajaan.

Ariadne yang mendengar itu tentu saja agak kaget. Padahal ia baru saja akan menyantap es buahnya.

Dilihatnya ada banyak pengawal berbaju baja dan besi masuk ke dalam istana. Mereka semua juga memegang pedang dan tameng. Sepertinya ada sekitar dua puluh orang. Dan ditengah-tengah pengawal itu ada seorang lelaki tampan. Lelaki itu memiliki kedua mata unik berwarna kebiruan yang dipadu dengan warna keabu-abuan. Pandangannya tajam sekali. Rambutnya tebal dengan warna pirang dan terlihat begitu gagah ketika turun dari kudanya.

Elie berlari dari arah pintu taman menuju ke samping Ariadne. Napas perempuan itu terdengar memburu karena berlari kencang.

"Elie, siapa dia?" Tanya Ariadne takut.

"Pangeran Avery Frederick Fitz. Pangeran dari Kerajaan Mutiara." Jawab Elie.

Sementara Darian langsung berdiri begitu tegap di hadapan Ariadne. Berniat menjaga sang puteri apabila ada serangan dadakan.

"Siapa dia? Aku tidak mengenalnya." Ujar Ariadne.

"Dia anak dari sahabat Raja dan Ratu. Dia seumuran dengan Darian. Sapalah dia, puteri. Dia pangeran tertampan di negeri ini." Ucap Elie dengan tersenyum.

Entah mengapa Darian yang mendengar ucapan Elie, langsung merasa tidak suka. Tatapan Darian begitu tajam ke arah Avery yang dengan gagahnya mendekat ke arah mereka.

Langkah Avery berhenti tepat dua meter dari Darian berdiri. Pangeran itu membungkuk setengah badan. Menunjukkan rasa hormat kepada Ariadne.

Sementara Elie langsung menyuruh Darian berdiri di sebelah samping saja. Karena menghalangi pertemuan antara Avery dan Ariadne.

"Selamat siang, Puteri Ariadne. Perkenalkan namaku Avery Frederick Fitz. Aku dari kerajaan mutiara. Aku pernah bertemu denganmu saat usiamu enam tahun dan saat itu usiaku sembilan tahun." Ucap Avery dan tersenyum tampan.

Ariadne juga menunduk ramah dan tersenyum. "Ada apa kamu kemari?" Tanyanya.

Avery menatap ke arah Darian dan Elie. "Bisa tinggalkan kami berdua?" Tanyanya.

"Tidak bisa. Jika kamu datang dan tetap dijaga oleh pengawal, maka tuan puteri juga harus kujaga sampai kamu pergi dari sini." Ucap Darian tegas.

Avery terkekeh geli. "Baiklah. Lagi pula aku hanya ingin memberikan bunga kepada Puteri Ariadne."

"Wah, bunga? Aku suka sekali dengan bunga." Ucap Ariadne antusias.

Mendengar itu Avery langsung menyuruh salah satu pengawalnya untuk mengambilkan sebuket bunga yang ia bawa di atas kuda.

"Kupersembahkan bunga mawar merah ini kepadamu Puteri Ariadne." Ujar Avery sambil mempersembahkan bunga tersebut pada Ariadne.

Tentu saja Ariadne menerima bunga itu dengan senang hati dan langsung menghirup aroma mawar yang harum. "Terima kasih.. ah, siapa namamu tadi?" Tanya Ariadne polos karena tidak mengingat nama Avery dengan baik.

"Avery. Pangeran Avery dari Kerajaan Mutiara." Ujar Avery dengan jelas.

Sedangkan Darian hanya menatap Avery dengan kedua mata tajamnya. Dan Avery juga menatap Darian dengan tatapan tidak suka.

"Baiklah, pangeran Avery silakan masuk. Aku akan menyiapkan makanan. Makan malamlah di sini bersama Puteri Ariadne." Ucap Elie sopan.

Avery mengangguk. "Baiklah jika itu maumu. Apakah boleh, puteri?" Tanyanya pada Ariadne.

"Boleh saja. Selama ini aku makan malam sendirian."

Dan jawaban Ariadne membuat Avery tersenyum senang.

***