Hari ini sudah hari kamis lagi. Setelah sarapan Ariadne langsung menuju ke kamarnya dengan diikuti oleh Elie. Sedangkan Marlyn dan Jason dibiarkan mengerjakan dokumen kerajaan di meja kerja Ariadne.
Sementara Darian sedang menuju ke area pertambangan berlian untuk melihat kondisi para pekerja dan melihat kondisi pertambangan.
"Puteri, hari ini salju turun lebat. Apakah kamu masih ingin keluar sendirian? Pergilah bersama satu pengawal saja. Kumohon turuti permintaanku." Kata Elie dengan nada yang terdengar khawatir.
Ariadne mendenguskan napasnya dengan berat. "Elie, aku tidak apa-apa. Sudah kubilang jika sudah waktunya, kau akan mengetahui kegiatan apa yang aku lakukan. Setidaknya kau sudah tahu bahwa aku sedang menemui Charlotte. Bisakah kau tidak khawatir? Jika kau khawatir, rasanya aku tidak nyaman meninggalkan istana."
Elie mendekat pada Ariadne. Wanita itu meraih kedua tangan Ariadne dan digenggamnya dengan lembut. "Baiklah... aku percaya padamu, puteri. Aku yakin kau akan baik-baik saja. Sampai jam berapa kau akan keluar hari ini?"
Ariadne tertawa pelan. "Tentu saja aku akan meninggalkan istana sampai sore hari."
"Aku akan menyiapkan mantel bulumu."
Mendengar perkataan Elie, Ariadne langsung menahan tangan Elie. Tidak mengijinkan wanita itu untuk membantunya bersiap-siap. "Tidak perlu, Elie. Aku akan menyiapkan semuanya sendirian. Aku bisa. Pergilah ke aula kerajaan dan tanyakan pada Marlyn mengenai buku besar tentang pengeluaran ekonomi. Aku ingin kau mewakiliku dalam pengecekan pengeluaran ekonomi. Aku percayakan semuanya kepadamu.." Ariadne benar-benar meminta pertolongan Elie.
Tidak ada yang bisa Ariadne andalkan selain Elie. Dan Elie harus bisa diandalkan Ariadne. Selama ini Ariadne juga selalu melibatkan Elie dengan semua urusan inti kerajaan. Dan Elie tentu saja sudah naik jabatan sebagai kepercayaan Ariadne. Elie juga selalu bergabung dalam rapat kerajaan bersama para menteri, Marlyn, dan Jason.
Elie menatap Ariadne dengan tatapan sayang. Ariadne sudah seperti putrinya sendiri. Dan Elie tidak mau ada sesuatu yang membahayakan Ariadne. "Baiklah, aku akan menyiapkan kudapan untuk Marlyn dan Jason. Aku juga akan bergabung dengan diskusi mereka. Bekalmu sudah aku siapkan di dalam tas gantung di perut kudamu. Makanlah bersama Charlotte.." kata Elie.
"Iya aku akan memakannya bersama Charlotte. Terima kasih Elie."
"Kau yakin akan menyiapkannya sendiri? Tidak memerlukan bantuanku?"
Ariadne terkekeh pelan. "Iya. Aku bisa sendiri. Pastikan tidak ada yang tahu aku pergi meninggalkan istana."
Elie mangangguk dengan sopan. Kemudian wanita itu pergi meninggalkan kamar Ariadne. Elie menuju ke aula kerajaan dan bergabung dengan Marlyn dan Jason. Membahas urusan kerajaan apakah aman atau tidak.
***
Saat Ariadne sedang dalam perjalanan menuju air terjun, turunnya salju tidak terlalu lebat. Membuat Ariadne jauh lebih nyaman saat memandang ke arah jalan.
Langkah kaki kuda putih Ariadne tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Karena lengan tangan kiri Ariadne masih agak terasa ngilu meskipun jahitannya sudah kering.
Tak lama Ariadne sudah sampai di tempat pertemuannya dengan Charlotte. Seperti biasa mereka bertemu di area lapang yang berada di balik air terjun. Tempat rahasia mereka berdua.
Dua hari yang lalu Charlotte sempat mengirimkan pesan ke pada Ariadne melalui burung merpati. Charlotte mengatakan ia akan pergi ke air terjun dengan berjalan kaki.
Dan benar saja, Ariadne melihat Charlotte duduk di atas bebatuan. Kuda milik Charlotte tidak ada di sana.
"Oh Charlotte, apakah kau benar-benar berjalan kaki menuju ke sini?" Ariadne bertanya dengan panik.
Charlotte tersenyum dan melompat ke bawah dari atas bebatuan. "Tenang saja. Aku sudah berada di sini tiga puluh menit yang lalu. Aku tidak lelah, Ariadne. Kita langsung saja menuju ke rumahku. Sang tabib yang menjahit lenganmu itu sudah berada di rumahku."
Ariadne mengangguk. Gadis itu memberikan tali kendali kuda pada Charlotte. Pertemuan mereka kali ini tidak untuk berlatih bela diri lagi. Tujuan Ariadne untuk melepaskan jahitannya dulu dan istirahat sampai lukanya benar-benar kering.
Kedua gadis itu langsung menuju ke dalam desa berlian. Charlotte mengendalikan kuda Ariadne dengan lancar. Mereka berdua melewati jalan pintas lain di mana tidak terlalu banyak warga yang keluar dari rumah. Agar wajah Ariadne tidak diketahui para warga.
Ariadne duduk dengan nyaman di kursi kayu panjang di dalam rumah Charlotte. Seorang wanita muda ahli di bidang medis itu langsung menangani lengan kiri Ariadne. Ia langsung melepas jahitan pada lengan tangan kiri Ariadne dengan pelan dan cekatan.
Sesekali Ariadne meringis kecil karena agak sakit. "Apakah lukanya akan berbekas nanti?" Tanya Ariadne dengan risau.
Wanita itu tersenyum kecil. "Tentu saja. Luka jahitan ini akan terlihat berbekas saat sudah kering nanti."
"Apakah bekasnya tidak bisa hilang sepenuhnya?"
"Aku akan memberimu salep kulit. Pakailah setiap hari saat selesai mandi. Oleskan saja salep ini secara merata pada bagian bekas jahitan di kulitmu. Oleskan tipis-tipis. Jangan terlalu banyak."
Ariadne menerima salep kulit dalam wadah kecil dari wanita ahli medis itu. Salep itu berwarna putih seperti krim wajah yang ia pakai setiap pagi. "Baiklah, terima kasih."
Setelah selesai melepas jahitan pada lengan tangan kiri Ariadne, wanita itu langsung pamit pergi dari rumah Charlotte. Ariadne menyuruh Charlotte untuk memberikan beberapa koin emas dan dua batu berlian pada ahli medis tadi. Semua itu sebagai bentuk rasa terima kasih pada ahli medis yang sudah membantunya merawat lukanya.
"Charlotte, apakah benar ahli medis tadi tidak mengetahui siapa diriku?" Tanya Ariadne. Gadis itu cukup khawatir jika sampai identitas dirinya sebagai seorang puteri kerajaan berlian yang keluar meninggalkan istana akan ketahuan.
Charlotte tersenyum dan duduk di samping kanan Ariadne. "Kau tenang saja. Dia seorang wanita ahli medis dari desa lain. Bukan dari desa ini. Dia sangat baik dan tidak terlalu mengenal orang-orang kerajaan."
"Aku takut sekali Elie akan mengetahui bahwa diriku sedang terluka. Aku takut jika bekas jahitan ini tidak bisa hilang seperti semula."
"Ariadne, aku kan sudah bilang padamu. Bahwa aku tidak ingin menyerangmu dan berlatih sebagai lawan perangmu. Kau seorang puteri, tubuhmu tidak boleh ada luka satupun. Itulah alasanku. Setelah ini tolong turuti permintaanku bahwa aku ingin kamu berlatih dengan gerakan-gerakan saja. Jangan jadikan aku sebagai lawanmu. Jika sampai kau terluka lagi karena aku, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri."
Ariadne mengangguk paham. "Maafkan aku Charlotte. Aku tidak berpikir sampai sejauh itu. Baiklah, aku akan berlatih bela diri dengan gerakan saja dan memahami teori gerakannya. Aku tidak akan memaksamu lagi untuk menjadi lawanku."
Mendengar perkataan Ariadne, Charlotte tersenyum senang dan memeluk Ariadne dengan erat.
Setelah Ariadne istirahat beberapa jam di rumah Charlotte, gadis itu akan pulang sore nanti. Ariadne sudah berjanji akan makan siang bersama Charlotte serta bertemu ibu dan adik Charlotte.
***