Rayn termenung sesaat. Kedua matanya sedang memandang sesuatu yang hendak menjadi topik pembicaraannya dengan Honey kali ini.
"Jadi, bagaimana? Apakah kau akan membukanya?" tanya Honey.
Rayn menggeleng. "Ternyata aku belum benar-benar siap."
Honey yang merasa sedikit bingung itu tidak ingin berkomentar terhadap sikap yang diambil oleh lelaki yang ada di hadapannya. "Baiklah."
Rayn tersenyum. "Terima kasih."
"Untuk apa?" Honey tertegun. Perkataan terima kasih yang diucapkan oleh Rayn itu terdengar sangat aneh.
"Kenapa? Aku hanya mengucapkan terima kasih, Apakah itu salah?" Rayn memandang Honey.
"Bukan. Seolah-olah kau sedang berkata terima kasih sebagai sesuatu yang–menyindir." Honey memperkirakan bahwa itulah yang sedang dilakukan oleh Rayn.
"Menyindir? sungguh?" Rayn menggeleng. "Astaga, Mengapa kau berpikir sejauh itu?"
"Aku malah merasa bahwa itulah yang paling dekat," kata Honey untuk menjawab tuduhan bahwa dirinya sedang berpikir terlalu jauh.