"Ada apa, Tuan?" kata Julian yang tiba-tiba melihat Rayn seperti melihat hantu.
"Ya?" Rayn merasa degup jantungnya berpacu lebih cepat.
"Ada apa?" Julian mulai ketakutan juga meskipun tidak tahu apa yang sedang dilihat oleh Rayn saat ini.
"Pak, Apakah kita lebih baik langsung masuk ke dalam apartemen saja?" tanya Rayn dengan wajah yang berkeringat.
Julian mengangguk. Lagipula, untuk apa mereka berdua berada di lorong seperti ini tanpa melakukan apapun?
Julian pun memimpin langkah mereka berdua untuk sampai di ujung lorong. Di ujung itu pula mereka berdua harus melewati sebuah unit apartemen yang sebelumnya adalah milik dari korban pembunuhan.
Julian tahu peristiwa pembunuhan itu, tetapi tidak ingin Terlalu lama untuk tenggelam dalam ketakutannya sendiri. Ia mungkin tidak terlalu takut, tetapi bukan berarti bahwa dirinya baik-baik saja dengan atmosfer lorong yang cukup menyeramkan ini.
