Rayn berusaha untuk menenangkan dirinya yang sedang merasa gugup. Ia tidak menyangka bahwa waktu ini akan tiba, waktu di mana semua yang ayahnya usahakan selama ini berakhir di tangannya.
Rayn menutup mata sembari menghirup udara yang baru saja memasuki waktu malam. Ia belum merasakan ketenangan meski telah berkali-kali bernapas dengan perlahan.
Dalam benak, ia masih ingin menolak. Ya, ia tidak ingin meneruskan semua ini. Hati kecilnya sungguh tidak mengharapkan kekayaan yang tidak pernah dipegangnya selama hidupnya.
Bahkan ketika dirinya berada di Eropa, uang yang dimiliki ayahnya hampir tak pernah sampai ke rekening milik Rayn. Lalu, mengapa saat ini ia harus mengurusi kekayaan yang tidak dipahami oleh Rayn?
Julian berbalik, melihat Rayn yang masih berdiri di dekat pintu mobil membuatnya menyusul tuan muda yang sedang gundah itu.